Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sebab Kopi Sumatra di Amerika, Saya Jatuh Cinta dengan Kompasiana

23 Oktober 2019   09:54 Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia. Walau jalannya berliku-liku. (Kahlil Gibran)

Begitulah cinta. Penuh liku. Cinta terhadap apa pun itu. Termasuk cinta dengan dunia tulis-menulis.

Saya sadar bahwa menulis itu tidak mudah. Tetapi karena saya senang menulis. Maka saya berusaha untuk senantiasa bisa menulis dengan baik. Meski harus jatuh bangun memulainya.

Sebuah buku memotivasi saya untuk tidak mudah putus asa ketika menemui kendala. Pembangkit semangat diri saya manakala sedang down.

Dok pri

Menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman melalui tulisan. Agar bermanfaat bagi orang lain. Itulah niat mulia dibalik keinginan saya menulis.

Valentino Rossi, Kompasiana dan Rasa ini

Memiliki blog pribadi salah satu upaya dalam mewujudkan niat tersebut. Berkegiatan dengan menggunakan blog dan yang terkait dengan blog.

Selanjutnya terbersit juga untuk memiliki akun di Kompasiana. Sebab saya kerap membaca menarik yang ada di Kompasiana.

Tentu menjadi kebanggaan tersendiri jika tulisan kita bisa ada di Kompasiana. Dibaca oleh orang-orang hebat yang sudah lebih dulu berkiprah di Kompasiana. Apalagi Kompasiana ada moderatornya. Jadi tulisan yang tayang di sana meski sepenuhnya tanggung jawab si penulis, namun sudah melalui proses moderasi. Sehingga isi tulisan pun tidak sembarangan. Bahkan ada yang mendapat label tulisan "pilihan" dan juga "artikel utama."

Proses membuat akun di Kompasiana segera saya lakukan mengikuti prosedur. Namun entah ada kesalahan di mana, saya selalu gagal setiap kali membuat akun. Kesal. Itu yang saya rasakan. Sehingga malas lagi untuk membuat akun. Putus asa menghampiri diri saya. Lupakan Kompasiana.

Cukup lama saya putus asa dengan Kompasiana. Tiba-tiba muncul hasrat yang begitu menggebu dalam hati ini untuk bisa menulis di https://www.kompasiana.com

Kalau tidak salah sekitar tahun 2015 akhir. Usai menonton motoGP, saya membaca tulisan-tulisan menarik di media online terkait Valentino Rossi.

Tangan ini gatal sekali untuk memberi komentar pada artikel yang saya baca. Tetapi untuk bisa berkomentar harus masuk ke dalam akun terlebih dulu.

Maka saya bertekad keras untuk bisa membuat akun di Kompasiana. Alhamdulillah kali ini berhasil. Bukan main senangnya perasaan saya saat itu. Dengan segera saya tuangkan apa yang terasakan di hati dan kepala ini ke dalam tulisan.

Usai menulis tinggal dipublish. Bereskan? Seharusnya. Tetapi lagi-lagi saya harus kecewa. Kok sulit sekali mempublish tulisan ini. Saya sampai terkantuk-kantuk hingga tertidur. 

Saya terkejut ketika terbang dan mendapati akun saya masih menyala. Begitu saya lihat seketika kantuk saya hilang. Tulisan saya sudah terpublish dan terdapat kata "pilihan" di sana. Yeaaaah, akhirnya saya sukses menulis di Kompasiana.

Tulisan pertama saya di Kompasiana
Tulisan pertama saya di Kompasiana

Saya langsung share tulisan tersebut kepada teman-teman yang senior. Sebagai ungkapan rasa senang sekaligus meminta kritik dan sarannya. Alhamdulillah mereka mensupport semua yang saya lakukan.

Serba-serbi Menulis di Kompasiana

Setelah sukses dengan tulisan pertama tidak lantas membuat saya lancar jaya menulis di Kompasiana. Niat hati ingin rajin memposting tulisan di sana. Namun ada saja kendalanya

Loading yang lama, upload foto yang gagal terus. Semua itu kembali membuat saya down. Jadi malas mau menulis lagi.

Jarak tulisan pertama ke tulisan berikutnya cukup jauh. Saya lebih fokus menulis di blog pribadi. Suatu hari saya mendapat info tentang lomba menulis. Tetapi menuliskannya harus di akun Kompasiana. Saya jadi teringat akun di Kompasiana yang sudah jarang ditengok.

Berhubung saya tertarik dengan tema dalam lomba tersebut. Akhirnya saya mulai menulis lagi di Kompasiana. Ada atau tak ada lomba, saya berusaha rajin menulis di sana. Menulis adalah keterampilan jadi harus sering dilatih.

Apalagi setelah saya membaca buku "Kopi Sumatera di Amerika" karya Yusran Darmawan, Kompasianer of The Years 2013. Banyak hal baik yang saya dapatkan dari membaca buku ini.

Walau hanya menulis di blog, selama dilakukan dengan baik dan untuk kebaikan. Maka hasilnya pun akan baik. Saya jadi termotivasi untuk rajin menulis. Apalagi dalam buku tersebut dikatakan kalau admin Kompasiana itu baik-baik. Saya pikir karena saya pendatang baru jadi oleh adminya tulisan saya suka dipending. Ternyata bukan begitu.

Adminnya baik-baik katanya. Mungkin memang ada masalah di sinyal atau apa. Duh, maaf ya admin saya sempat buruk sangka. Sekarang sih saya sudah tidak ragu-ragu lagi memproklamirkan diri sebagai Kompasianer.

Pokoknya menulis saja dengan baik. Setiap tulisan pasti akan menemukan jalannya. Dan terbukti. Setelah sekian lama menulis di Kompasiana, akhirnya tulisan saya ada yang mendapat label "artikel utama." Wah, sebagai penulis pemula ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya.

Tulisan yang mendapat label
Tulisan yang mendapat label "artikel utama"

Setelah itu mulailah saya giat menulis artikel. Selanjutnya saya menantang diri ini untuk menulis fiksi. Dengan mengikuti lomba "cerita mini" yang diselenggarakan oleh Fiksiana Community. Masih menyisakan di akun Kompasiana.

Saya yang merasa butuh perjuangan dalam menulis fiksi, merasa kaget dan tak percaya ketika nama saya ada dalam daftar pemenang. Wow.

Tulisan saya mendapatkan apresiasi
Tulisan saya mendapatkan apresiasi

Saya jadi semakin bersemangat untuk menulis, blog walking dan mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kompasiana. 

Beberapa acara off air coba saya ikuti. Nangkring Bareng Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan acara pertama yang saya ikuti. Meski tak kenal dengan satu pun Kompasianer yang hadir, saya cuek saja. Intinya ingin menambah wawasan dan juga kawan.

Bersama jurnalis kompas tv, Rodi
Bersama jurnalis kompas tv, Rodi

Dalam acara ini saya bisa bertemu langsung dengan jurnalis Kompas TV yang saya kagumi. Rosi. Tentu saja saya merasa senang. Semua ini karena Kompasiana. Terima kasih Kompasiana.

Sejak itu saya sempat beberapa kali mengikuti acara Nangkring yang diadakan oleh Kompasiana. Saya jadi mengenal beberapa Kompasianer yang tulisannya kerap saya baca. Diantaranya ibu Asita DK.

Di luar acara Kompasiana saya kerap bertemu lagi dengan ibu Asita DK. Senang rasanya bertemu dengan beliau yang pengalamannya segudang. Yang tulisannya mengenai traveling sangat menggoda hati untuk bisa seperti beliau.

Bersama ibu Asita DK
Bersama ibu Asita DK

Selain itu saya juga mulai mengenal beberapa Kompasianer yang tergabung dalam KOMiK. Komunitas pencinta film Kompasiana. Wah, menyenangkan bisa tergabung dalam kegiatan yang mereka adakan.

Nobar bareng KOMiK
Nobar bareng KOMiK

Dari kegiatan ini referensi bacaan dan tulisan saya bertambah. Saya mulai menua tentang film. Tertarik mengulas tentang film. Hasilnya? Kembali nama saya masuk dalam daftar deretan pemenang. Alhamdulillah. Tulisan saya mendapat apresiasi lagi.

Tulisan yang mendapatkan apresiasi lagi.
Tulisan yang mendapatkan apresiasi lagi.

Apakah saya bangga dengan pencapaian tersebut? Tentu iya. Bohong kalau tidak senang dan bangga. Tetapi tidak lantas membuat saya membusungkan dada.

Sebagai penulis pemula hal tersebut menjadi cambuk penyemangat bahwa saya bisa kalau mau bersungguh-sungguh. Dan pantang putus asa. Jadi harus terus belajar dan menambah wawasan.

Lekas putus asa. Itu menjadi semacam kelemahan diri saya. Namun tiap kali perasaan itu muncul. Saya teringat perjuangan dan semangat si penulis "Kopi Sumatera di Amerika."

Karena membaca buku ini saya jadi sayang-sayang kalau ingin mengabaikan akun di Kompasiana. Saya banyak mendapat ilmu dari tulisan-tulisan Kompasianer.

Satu waktu pernah saya tidak bisa login ke akun Kompasiana. Wah, paniknya bukan main. Segala cara telah saya coba. Tetapi tetap tidak bisa login. Akhirnya saya email adminnya. Alhamdulillah. Setelah dipandu melalui email. Saya bisa kembali login di Kompasiana.

Wah, rupanya saya sudah jatuh cinta dengan Kompasiana. Karena ada rasa takut kehilangan ketika tak bisa login. Lebay? Mungkin. (EP)

Catatan:

Tulisan ini bisa dibaca juga di blog pribadi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun