Mohon tunggu...
Denata
Denata Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

perempuan cerdas tidak hanya harus berpendidikan namun juga mampu menggunakan logika dan rasionalitas dalam menyingkapi sebuah isu. Broaden knowledge and be critical

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menjadi Diri Sendiri di Tengah Kebisingan Media Sosial

7 Juni 2021   09:00 Diperbarui: 7 Juni 2021   09:08 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar infokomputer.grid.id

Beberapa tahun terakhir, pengguna media sosial semakin banyak. Bahkan sebagian masyarakat ada yang mengibaratkan hidup tanpa adanya ponsel bagaikan sayur kurang garam. Jika diminta untuk memilih, bisa jadi mereka lebih rela meninggalkan kartu kredit di rumah daripada ponsel. Mayoritas dari kita memang telah tenggelam dalam kehidupan dunia maya. Dimanapun dan kapanpun, media sosial selalu menguasai waktu senggang kita.

Kehidupan Nyata Vs Dunia Maya

sumber gambar clickz.com
sumber gambar clickz.com

Dari membuka hingga menutup mata, sebagian besar waktu digunakan untuk memantau kehidupan orang lain. Sehatkah aktivitas ini? Rasa ingin tahu yang berlebihan membuat kita selalu memantau postingan orang lain. Bahkan kerapkali kita bermain dengan emosi karena telah menelan konten-konten media sosial setiap harinya.

Banyak orang berlomba-lomba menunjukkan kehidupan di media sosial yang terlihat indah dan bahagia. Tapi benarkah hidup kita sebahagia status di media sosial? Apakah keadaan kita seindah cerita di postingan media sosial? Bahkan banyak orang merombak  foto sebelum membaginya di media sosial. Memberikan filter, memoles wajah dengan aplikasi hingga sosok asli tidak terlihat lagi. Apa tujuan dari kegiatan ini? Hanya untuk mendapatkan like atau pesan langsung di akun media sosial.

Tidak jarang kita jumpai deretan kata manis sengaja disisipkan guna menghiasi caption. Bahkan curahan hati dituliskan tanpa merasa risih, seolah tidak mengapa mengumbar kehidupan pribadi kepada orang lain. Media sosial seakan menjadi racun yang mempengaruhi kewarasan dan jati diri kita.

Sadarkah jika selama ini adalah salah menggunakan media sosial dengan menggunakan topeng. Mengubah jati diri hanya karena takut menjadi authentic. Memang, media sosial adalah tempat yang menyenangkan untuk disinggahi. Tempat di mana kita dapat tampil dengan sisi terbaik dan menjadi sorotan banyak orang. Tapi jangan pernah membiarkan diri kita terjebak di dunia maya.

Jika dipikirkan kembali, untuk apa kita bersusah payah memperlihatkan pada orang lain bahwa kehidupan kita baik. Apakah dibutuhkan verifikasi atau pengakuan dari mereka yang memberikan like atau pengikut akun media sosial kita? Memang benar, lebih mudah mendapatkan like di media sosial ketimbang di dunia nyata. Tapi kita tetap harus tegas membedakan dan memisahkan antara kehidupan nyata dan di dunia maya.

Apa tujuan membangun karakter palsu di dunia maya? Hanya untuk mendapatkan pengakuan. Sebagai contoh, demi terlihat cantik ada yang memaksakan diri berfoto menggunakan sepatu stiletto, padahal dalam kehidupan nyata mereka tidak biasa memakai heels tinggi. Ada juga yang memiliki bentuk wajah bulat atau kotak, tetapi untuk mendapatkan label cantik, mereka menggunakan filter dan aplikasi make up untuk mengubah wajah menjadi tirus.

Apakah pengalaman seperti ini membahagiakan kita? Apakah kita puas dengan mendapatkan ratusan like hingga banyak pengikut? Padahal yang kita suguhkan adalah kepalsuan. Tidak menutup kemungkinan pengikut dan teman yang kita dapatkan juga palsu. Pada akhirnya media sosial pun akan berdampak bagi kesehatan kita. Banyak penelitian yang menunjukkan seseorang dapat mengalami stress jika terlalu banyak menghabiskan waktu  melihat media sosial. Keinginan mendapatkan pengakuan dari orang lain juga tidak baik bagi kesehatan mental seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun