Teori akuntansi berperan penting dalam menjelaskan hubungan konseptual antara income (pendapatan) dan capital (modal) sebagai dua pilar utama sistem pelaporan keuangan modern (Wolk, Tearney, & Dodd, 2025). Pengukuran laba tidak hanya bersifat teknis, melainkan juga merupakan refleksi dari pilihan teoretis dan nilai-nilai institusional yang mendasari praktik akuntansi (Wolk et al., 2025). Bab 6 dari Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach menegaskan bahwa struktur teori akuntansi harus mampu menghubungkan dimensi ekonomi, filosofis, dan sosial dalam memahami pendapatan dan modal (Wolk et al., 2025).
Konsep capital dan income memiliki akar historis yang panjang sejak masa double-entry bookkeeping yang dikembangkan oleh Luca Pacioli pada abad ke-15 (Wolk et al., 2025). Pada masa tersebut, capital dimaknai sebagai investasi awal pemilik, sedangkan income diartikan sebagai selisih antara kekayaan awal dan akhir periode (Wolk et al., 2025). Tujuan utama pencatatan keuangan pada masa itu adalah menjaga stewardship, yakni pertanggungjawaban pengelola modal terhadap pemilik (Wolk et al., 2025).
Seiring berkembangnya kapitalisme industri, makna laba mengalami transformasi dari sekadar selisih aritmetika menjadi indikator efisiensi dan nilai tambah ekonomi (Wolk et al., 2025). Pemikir seperti John Hicks mendefinisikan economic income sebagai jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi tanpa mengurangi kekayaan awal, atau dikenal dengan konsep maintained capital (Wolk et al., 2025). Sementara itu, Edwards dan Bell memperkenalkan business income yang menekankan bahwa laba seharusnya mencerminkan perubahan nilai ekonomi aset, bukan hanya hasil transaksi historis (Wolk et al., 2025).
Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, teori akuntansi mulai memisahkan konsep wealth (kekayaan) dari profit (laba), menandai lahirnya teori capital maintenance (Wolk et al., 2025). Dalam pandangan ini, terdapat dua pendekatan utama: financial capital maintenance dan physical capital maintenance (Wolk et al., 2025). Financial capital maintenance menyatakan bahwa modal dianggap terjaga bila jumlah moneter tidak berkurang, sementara physical capital maintenance menekankan bahwa modal terjaga bila kapasitas produksi tetap sama (Wolk et al., 2025).
Dengan demikian, cara seseorang mendefinisikan capital akan menentukan bagaimana ia memahami dan mengukur income (Wolk et al., 2025). Memasuki era 1970-an, teori akuntansi mengalami pergeseran besar akibat inflasi tinggi dan pertumbuhan pasar modal yang menuntut informasi lebih relevan (Wolk et al., 2025). Lahirnya paradigma fair value accounting menandai peralihan dari sistem transaction-based menuju value-based accounting (Wolk et al., 2025).