Mohon tunggu...
Delima Purnamasari
Delima Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa.

Kadang suka jadi akun curhat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Jadi Pemimpin itu Menderita?

5 Februari 2023   07:45 Diperbarui: 5 Februari 2023   07:52 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemimpin. (Sumber: Delima Purnamasari)

Leiden is lijden---memimpin adalah menderita. Pepatah Belanda yang terkenal karena dikutip oleh Mohammad Roem dalam karangannya mengenai kehidupan Haji Agus Salim.

Menurut pribadiku, pepatah itu benar juga. Memimpin berarti sedang diuji, bukan sekadar menikmati hadiah lotre. Seorang pemimpin memikul beban amanat dari setiap orang yang ia pimpin dan karenanya ia menjadi menderita dalam arti siap mati-matian menjalani amanah itu.

Menjadi pemimpin berarti menjadi pemandu, bagi diri sendiri dan orang lain meski menuntun diri sendiri saja susahnya bukan main. Untuk memimpin orang lain, kita harus selesai dengan urusan sepele dan persoalan pribadi lainnya. Mungkin itu juga alasan kenapa para anggota pemerintah harus sudah difasilitasi kebutuhan dasarnya jadi mereka engga perlu susah-susah mikirin sandang, papan, pangan dia dan keluarga. Jadi, diharapkan bisa fokus mikirin rakyat.

Pemimpin yang banyak tunjangan mah bisa dikatain beruntung, lha kalau yang cuma digaji "makasih" padahal harus modal duit, waktu, tenaga, pikiran gimana? Jadilah banyak orang yang alergi jadi pemimpin jenis cuma-cuma dan lebih milih menyerahkan segala tanggungjawab berpikir ke orang lain.

Rasa menderita pemimpin juga bisa muncul dari yang dipimpin. Kalau yang punya pendirian ya enak tinggal mantau meski jika bersebrangan bisa jadi kacau. Sedangkan kalau yang dipimpin engga punya pendirian, yang selalu iya-iya aja, jadinya bergantung terus dan akhirnya semua harus dilakuin sama kita sendiri.

Terkadang pemimpin dituntut untuk sempurna, harus bisa dan tahu semua. Kalau gagal dicaci maki, kalau berhasil terus dipuji saja sudah syukur. Kalau semua sedang payah, kita sebagai pemimpin gak boleh ikutan patah, justru harus jadi penyemangat, padahal diri kita yang paling lelah dan hancur.

Jangan lupa! Proses menjadi pemimpin dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Walau awalnya udah niat bagus-bagus, tapi ternyata lingkungan engga mendukung, atau kepleset sedikit jadinya justru panen dosa.

Pesimis? Aku lebih bilang ini realistis sih. Aku pribadi beberapakali nemuin organisasi engga sehat dan akhirnya bikin pemimpinnya edan.

Apakah aku nyaranin buat engga jadi pemimpin? Bukan begitu. Aku cuma pengen semua yang berniat jadi pemimpin siap megang amanah. Status pemimpin bukan sekadar bercandaan untuk numpang eksis, sekecil apapun lingkupnya.

Lalu, inikah alasan kenapa pemimpin itu cuma satu? Saking menderitanya, engga semua orang dianggap mampu apalagi mau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun