Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Mark Twain: Panduan Bercerita" Sepilihan Esai Terbaik

13 Agustus 2021   20:02 Diperbarui: 13 Agustus 2021   20:08 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mark Twain: Panduan Bercerita"

Sepilihan Esai Terbaik

Bila ada pertanyaan sejauh mana pengetahuan saya tentang Mark Twain, maka bila dikuantifikasi dengan bahasa komputer, jawaban terbaiknya adalah hanya 7-8 byte saja. Tidak lebih. Bahwa saya hanya tahu Mark Twain itu seorang penulis. Itu saja. Tidak ada yang lain.  

Bahwa nama aslinya adalah Samuel Langhorn Clemen, sementara Mark Twain adalan nama pena nya yang mendunia, serta di aberasal dari Amerika yang lahir di tahun 1835 dan meninggal tahun 1910, itu baru saya ketahui dari buku ini. Apalagi informasi bahwa dia salah seorang sastrawan terkemuka Amerika, melahirkan karya yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia dan namanya dinobatkan sebagai salah satu nama penghargaan di dunia komedi di Amerika. Itu baru saya ketahui setelah menyempatkan waktu beberapa saat untuk googling tentang Mark Twain.

Karena pengetahuan tentang Mark Twain hanya 7-8 bits itu, maka alasan ketika membeli buku berjudul "Mark Twain, Panduan Bercerita, Sepilihan Esai Terbaik" yang diterbitkan kakatua ini, juga sederhana. Karena harganya murah dan bukunya tipis. Isinya adalah tulisan-tulisan pendek seorang pencerita. Setelah seharian kepala saya disesakan dengan bahasa komputer yang matematis, denotatif, formal dan kaku, sepertinya beralih sejenak membaca cerita pendek yang informal, luwes dan konotatif, akan menjadi variasi yang sangat berarti buat neoron di kepala saya. Sama seperti sebelumnya ketika membaca tulisan-tulisan pendek seloroh seorang Nasruddin Hoja dari tradisi masyarakat Turki atau kenakalan dan keisengan seorang Till Eulenspiegel dari tradisi masyarakat Jerman tetangga Turki.

Jadi pilihan membaca Mark Twain juga tidak rumit-rumit. Hanya upaya mencari pengisi waktu. Karena alasan se-sederhana itu, maka dengan ringan saya melewatkan tulisan di buku ini yang berjudul "Kesalahan-kesalahan Fenimore Cooper dalam Sastra". Karena jangankan mengerti dunia Sastra apalagi Sastra Amerika, Sastra itu apa saya tidak faham. Hanya tahu bahwa kita mesti meluangkan waktu untuk membaca Sastra supaya hidup kita lebih berwarna. Karenanya saya bisa kagum ketika sineas Korea yang menyisipkan pentingnya membaca Sastra dan Puisi dalam salah satu Drama mereka berjudul "Encounter". Jadi bagi orang awam seperti saya, membaca kritik Sastra seorang Twain kepada Cooper menjadi sesuatu yang tingkat signifikansinya rendah.

Namun setelah membaca buku tipis ini, kemampuan bercerita Mark Twain memang mesti diberi acungan jempol. Dari 9 tulisan yang ada di buku ini, coba saja sempatkan baca esai pendek berjudul "Percobaan Menulis Pertama Kali". Dengan sangat lincah dan padat, Twain bisa menceritakan dengan baik motif berekspresi, motif politis juga motif ekonomi dalam sebuah aktivitas jurnalistik hanya dalam satu tulisan kurang dari 4 halaman. Membaca tulisan pendek ini kita jadi faham, ternyata motif politis dan ekonomis untuk meraih keuntungan sebanyak-banyak nya dalam dunia jurnalistik, sudah terjadi sejak lama. Bahkan di Amerika yang mengajarkan Komunikasi sebagai dunia yang sangat linear dan mekanistik.

Begitu juga ketika kita membaca tulisan berjudul "Mencalonkan Diri Menjadi Presiden". Menurut Twain, bila dia ingin maju menjadi Presiden maka diantara hal pertama yang akan dia lakukan adalah membuka borok masa lalunya selebar-lebarnya. Sehingga dia tidak akan kewalahan bila nanti media dan masyarakat terus menerus menyerang masa lalu nya yang kelam. Karena siapa sih yang tidak mempunyai masa lalu kelam dan tidak layak untuk dikenang.

Ketika membaca tulisan ini kita jadi faham bahwa dalam politik upaya menghancurkan kredibilitas orang untuk meraih kekuasaan itu sudah terjadi sejak lama dan biasa. Hanya caranya dan istilahnya saja yang berbeda. Orang dulu mungkin mendeskreditikan melalui rumor dan selebaran gelap. Namun orang sekarang melakukannya melalui meme, sengaja mendistribusikan dis informasi dan hoax.

Ketika ongkos politik naik tajam, upaya menjatuhkan lawan politik bisa dilakukan dengan langkah lebih canggih dan sistematis. Tidak hanya membuat meme dan mendistribusikan hoax. Tetapi juga membayar mahal orang-orang yang bisa membuat syntax program komputer untuk melakukan scrapping ke akun media sosial seseorang. Hanya dengan sekali klik dan waktu beberapa menit, riwayat media sosial seseorang yang sudah eksis belasan tahun dengan ribuan tweet, bisa terpetakan dengan sangat baik. Karena itu tidak aneh bila sekarang pembajakan akun media sosial selalu berkaitan dengan peristiwa politik.

Mungkin yang menarik adalah ketika Mark Twain menceritakan pengalaman pertama kalinya mengendarai Sepeda dalam cerita berjudul"Menjinakan Sepeda". Sebuah tulisan yang dibuat tahun 1879. Ketika motor dan mobil belum ditemukan, pada masa itu, Sepeda pastinya sebuah alat mobilitas tercanggih. Diatas Kuda, Unta atau Keledai. Karena kendaraan baru, maka perlu keahlian khusus untuk menguasainya. Selain susah, akan ada resiko kecelakaan bila tidak dipelajari dengan baik.

Dalam tulisan itu Twain tidak hanya menceritakan bagaimna dia mesti  masuk Rumah Sakit karena kecelakaan belajar menaiki sepeda, tapi juga menceritakan proses pembelian dan belajar bersepeda. Setelah Twain membeli Sepeda, pihak penjual juga mengirimkan seseorang yang mengajarkan Twain cara bersepeda dan menunjukan cara menghindari kecelakaan ketika bersepeda.

Cerita Twain ini mau tidak mau mengingatkan cara kita membeli Motor pada masa sekarang. Saat sekarang ini, rasanya kita tidak menemukan adanya penjual Motor yang menyertakan "safety training" sebagai bagian dari paket pembelian. Mungkin kita hanya akan menemukan itu pada Motor yang harganya diatas harga Mobil.

Penjual Motor seolah ingin mengatakan bahwa urusan anda dan kami adalah jual beli. Sementara urusan keamanan atau kecelakaan itu bukan masalah kami, itu masalah anda. Tidak berbeda dengan kebiasaan kita mendapat SIM atau Surat Izin Mengemudi. Lisensi yang syaratnya bukan lagi kemahiran mengendalikan kendaraan sehingga aktivitas di Jalan Raya menjadi aman dan tertib, tapi syarat utamanya adalah uang. SIM hanya upaya negara untuk mengumpulkan uang masyarakat, melalui mekanisme penerimaan negara bukan pajak, bukan lagi upaya menjadikan berlalu lintas sebagai aktivitas yang aman dan nyaman. Karena kenyamanan dan keamana itu adalah urusan anda sendiri.

Namun sebelum saya membaca cerita ke-3, ke-6, ke-7 dan cerita terakhir dari buku ini, saya sudah terlebih dahulu senang ketika membaca cerita pembuka dari buku ini. Dalam tulisan berjudul "Panduan Bercerita" Twain tidak hanya bisa memilah perbedaan pola cerita humor, cerita lucu atau cerita dan cerita jenaka. Sebagai seorang penulis yang juga dikenal sebagai pencerita, Twain memberikan cara yang tepat menceritakan ketiganya.

Namun setelah saya baca ulang, sepertinya ini bukan hanya kepiawaian seorang Twain, tapi juga Afris Irwan penterjemah buku ini. Meski saya belum membaca teks aslinya, penterjemah lah  yang membedakan antara cerita humor, cerita lucu dan cerita jenaka. Dalam tulisan ini juga Afris mencoba menterjemahkan tulisan Twain dalam bahasa informal yang biasa digunakan dalam keseharian orang Indonesia. Bukan bahasa formal yang tercantum di buku-buku. Dalam tulisan ini kita bisa membaca ada kosakata seperti "ngedengerin", "malem", "pengen banget" yang tidak akan kita temukan dalam Kamus Bahasa Indonesia yang resmi.

Namun ketika membaca pengantar buku Mark Twain lain yang berjudul "Katak Terkenal Dari Calaveras" ternyata Mark Twain memang mempunyai kebiasaan untuk memasukan unsur bahasa slang, santai dan dialek lokal baik ketika bertutur maupun menulis. Seperti memasukan dialeg negro ketika bertutur. Kelompok masyarakat yang pada masa itu dikenal marginal dan hina. Sepertinya karena cara Twain bertutur dan menulis seperti itu, maka pun memasukan bahasa lokal Indonesia dalam menterjemahkan tulisan Twain ini. Mungkin supaya lebih men-Twain

Delianur

Bandung, 13 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun