Mohon tunggu...
Delfian Giputra
Delfian Giputra Mohon Tunggu... Editor - Penulis Pemula

Penulis Pemula, Pengamat Sepakbola, Peminat Budaya, Penyuka lainnya hehe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Power of Pinahangi (Kekayaan Intelektual Etnis Bolango)

11 Maret 2020   09:16 Diperbarui: 11 Maret 2020   18:11 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sinulrado dalam bahasa Bolango artinya "Tulisan" atau "Seni Tulis", sebuah karya tulis yang dituangkan dalam kain putih. Sinurlado dibagi menjadi empat jenis, yaitu Pinahangi , Sinulrado Bulru Wopato, Sinulrado Bulru Tolru dan Pinihi'a. Klasifikasi ini dibagi berdasarkan bentuk motif serta fungsi , karena Motif sinulrado beda berdasarkan motif maupun fungsi dan pemanfaatannya.

Menurut sejarah Seni Tulis kain suku Bolango dimulai saat Kerajaan Bolango berada di Tapa (Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo) saat penobatan Raja Gobel Sebagai raja Bolango ke IX (Sembilan) sekitar tahun 1700. 

Memang pada masa Raja Gobel itu adalah masa dimana Penciptaan Symbol-symbol kebudayaan kerajaan mulai berkembang, diantaranya adalah Mahkota Raja, Pakaian Adat dan Seni Tari. Salah satu penciptaan yang fenomenal pada masa itu adalah Tari Dangisa.

Seiring perkembangan zaman , dengan perpaduan kultur budaya dengan etnis Gorontalo, maka perlahan pula ciri khas Bolango ini mengalami pergeseran dikarenakan terjadi akulturasi. 

Akulturasi itu terlihat jelas dalam adat perkawinan dimana Pakaian adat yang dipakai dalam prosesi adat Perkawinan menggunakan perpaduan itu di bagian kepala mempelai identik dengan pakaian adat perkawinan etnis Gorontalo (mahkota dan Bilriu), perbedaan yang mencolok hanyalah di Bagian pakaian dimana etnis Bolango menggunakan empat motif khasnya Pinahangi, Bulru Wopato, Bulru Tolru dan Pinihi'a sesuai dengan cara penggunaan dan fungsinya masing-masing. Perpaduan ini sangatlah wajar karena Suku bolango memang pernah mendiami Wilayah Tapa Gorontalo ratusan tahun lamanya.

Pinahangi adalah Pakaian Adat tertinggi kedudukannya dalam Suku Bolango , berdasarkan urutan kedudukan dan penggunaannya, Pakaian adat perkawinan dipakai oleh keturunan langsung dari Raja Bolango dalam artian Raja yang sedang memimpin pada masa itu, pakaian ini dipakai hanya Jika Keturunan Raja tersebut menikah dengan Sesama keturunan Raja pula atau minimal setara kedudukannya ini tidak berlaku bila Keturunan Raja tersebut menikahi orang yang bukan keturunan raja langsung maka yang berlaku adalah Pakaian Bulru Wopato, Bulru Tolru dan yang paling terakhir adalah Pinihi'a sebagai pakaian masyarakat biasa. 

Mitos dan Legenda mengiringi perjalanan kain ini,  Kesakralan Pinahangi begitu dipercaya masyarakat sehingga turut mempengaruhi bagaimana eksistensi kain ini dimasyarakat, keterbatasan penggunaan dan kesakralan tersebut membuat kain ini sekarang tidak begitu dikenal lagi di kalangan Generasi muda dalam mitosnya apabila penggunaan kain ini tidak diizinkan oleh pemilik (keturunan pemangku adat tertinggi) maka akan terjadi suatu bencana. Meski ini hanya mitos namun masyarakat mempercayainya karena secara kebetulan beberapa kali ada saksi mata yang melihat hal itu.

Motif Pinahangi yang asli dibuat langsung dengan Tangan (handmade), Cara pembuatannya adalah dengan menyediakan kain Putih Polos , lalu membuat Cetakan sederhana terlebih dahulu , dengan tinta dari Getah pohon kemudian diberi warna Merah,Hijau, Kuning dan Ungu, motif Pinahangi adalah Zig zag beraturan, dengan empat warna dicetak secara berurutan sehingga membentuk Empat garis bersusun , berwarna dan membentuk pola zig zag empat garis, Empat garis berwarna tersebut memiliki makna yaitu empat unsur lipu yaitu Lipu Lebe , Lipu Taunia , Lipu Sowanaa , dan Lipu-Lipu. 

Dengan penjelasan Kain Putih mengandung arti kesucian dan kejujuran dalam tata adat melambangkan LIPU ADATI , warna merah mengandung arti Keberanian, Kesatriaan dalam tata adat melambangkan LIPU TAUNIA , warna hijau mengandung arti kesuburan dan kebebasan menjalankan syariat agama dalam tata adat melambangkan LIPU LEBE , dan warna ungu mengandung arti persatuan antar lipu-lipu (negeri) dan hubungan para warganya dalam tata adat disebut LIPU LIPU.

Pembuatan Pinahangi ini membutuhkan waktu kurang lebih Lima sampai tujuh hari , sehingga jika ada hajatan pernikahan maka pakaian ini dibuat lebih dulu sebelum hari pelaksanaan , para pengrajin kain Motif bolango dewasa ini sudah berkurang , dikarenakan kurangnya regenerasi , generasi muda kurang menekuni seni ini, disebabkan pula Budaya bolango yang perlahan mulai tergerus zaman , sehingga pakaian adat bolango jarang dipakai lagi dalam adat pernikahan bahkan oleh suku bolango itu sendiri .

Sehingganya, Pelestarian adat dan budaya khusus Kain khas ini patut digaungkan kembali , mengingat kekayaan intelektual ini bisa menjadi ikon atau ciri khas tersendiri bagi Bolaang Mongondow Selatan yang diangkat dari budaya suku bolango , sehingga bisa menyelamatkan nilai-nilai tradisi yang sudah mulai hilang dan pemanfaatannya juga untuk perkembangan Bolaang Mongondow Selatan di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun