Mohon tunggu...
DK Putra
DK Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Katalis

mahakecil aku || setengah buih, separuh debu || buanglah sampah pada tempatnya!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu yang Pemalu

26 Januari 2021   18:54 Diperbarui: 26 Januari 2021   19:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: pixabay.com | TREVOR McNALLY)

Bagaimana bisa kau bersembunyi, sedangkan batu-batu itu
tidak lebih besar, dibanding rasa rindu yang kau peram.
Cukup udang, yang berondok di baliknya.

Pekat malam, pernah kaujadikan jubah pelindung.
Tetapi, masih kurang gelap, untuk menutupi gerak-gerikmu.
Mungkin kau lupa, ada kunang-kunang, bersarang di matamu.
Kelap-kelip, saban kau mengawasi, walau dari jauh.

Adakalanya, kau menyaru angin.
Tetap saja, sia-sia.
Meski tak kasatmata, kehadiranmu telah kukenali,
yang diam-diam, menjelajahi hari-hariku.

Atau, seperti kemarin,
kau buru-buru meminta hujan menyapu jejakmu.
Namun, wangimu masih tertinggal.
Menguar dari tanah yang ditumbuhi kerinduan,
sejauh jarak langkahmu, mengendap-endap tanpa suara.

Duhai, haruskah kau bersembunyi?

Dan ketahuilah,
tak berbunyi pun engkau,
getarmu sudah lebih dahulu sampai kepadaku.

***

26 Januari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun