tidak lebih besar, dibanding rasa rindu yang kau peram.
Cukup udang, yang berondok di baliknya.
Pekat malam, pernah kaujadikan jubah pelindung.
Tetapi, masih kurang gelap, untuk menutupi gerak-gerikmu.
Mungkin kau lupa, ada kunang-kunang, bersarang di matamu.
Kelap-kelip, saban kau mengawasi, walau dari jauh.
Adakalanya, kau menyaru angin.
Tetap saja, sia-sia.
Meski tak kasatmata, kehadiranmu telah kukenali,
yang diam-diam, menjelajahi hari-hariku.
Atau, seperti kemarin,
kau buru-buru meminta hujan menyapu jejakmu.
Namun, wangimu masih tertinggal.
Menguar dari tanah yang ditumbuhi kerinduan,
sejauh jarak langkahmu, mengendap-endap tanpa suara.
Duhai, haruskah kau bersembunyi?
Dan ketahuilah,
tak berbunyi pun engkau,
getarmu sudah lebih dahulu sampai kepadaku.
***
26 Januari 2021