Karena strukturalisme mengasumsikan keterhubungan antarperistiwa dan antarmakna ideologisnya, maka perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak akan mengganggu keutuhan pengetahuan ideologis yang dihadirkan dalam struktur dunia naratif.Â
Konsep keutuhan dalam strukturalisme inilah yang mendapatkan kritik dari pemikiran dekonstruksi Derridean. Namun, antara strukturalisme dan dekonstruksi sebenarnya bisa digunakan bersama-sama untuk melihat dinamika peristiwa dan permainan makna-makna ideologis yang tampak utuh, hancur, dan utuh kembali.Â
Dalam kerangka dekonstruktif, perbedaan sekecil apapun penting untuk dijelaskan karena keberadaannya akan menghasilkan ketidakutuhan pengetahuan ideologis yang hendak disampaikan dalam struktur dunia naratif (Derrida, 1989, 1997; Norris, 2002; Zima, 2002; Miller, 2001; Fynsk, 2001).Â
Kehadiran kearifan lokal dalam narasi, keluarga dan gotong royong misalnya, akan menghasilkan keragaman cara pandang subjek (tokoh naratif) dalam menyikapi persoalan yang ia hadapi di tengah-tengah modernitas kehidupannya.Â
Ia yang semula memuja kebebasan individual dalam hingar-bingar kehidupan kota, misalnya, harus menghadapi masalah yang cukup serius yang membuatnya ditinggal oleh kawan-kawannya. Lalu, subjek kembali ke orang tuanya di desa dan bertemu dengan kawan-kawan masa kecilnya; masuk kembali ke dalam kehidupan komunal.Â
Cara baca dekonstruktif akan memaknainya sebagai permainan bebas yang berpotensi menunda atau menghancurkan keutuhan struktur dan pengetahuan ideologis modernitas. Subjek bisa menggunakan kearifan tersebut dalam kehidupan modernnya yang tengah bermasalah, sehingga ia akan masuk dalam permainan bebas dan menjadi terbelah.Â
Ia seolah-olah tidak sepenuhnya modern; hidup dalam ambivalensi dan hibriditas kultural. Namun, ketika subjek tersebut menggunakan kearifan lokal sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan dari komunitas atau keluarganya demi mewujudkan-kembali hasrat dan impian modernnya, maka persoalan menjadi lain.Â
Usaha tersebut menunjukkan bahwa yang menggerakkan subjek tetaplah modernitas dan individualisme; keluarga dan komunalitas desa sekedar menjadi pendukung. Dengan demikian, cara baca dekonstruksi berguna untuk membaca dinamika dan permainan makna yang seolah-olah menunda keutuhan struktur, tetapi sebenarnya tidak menghilangkan pengetahuan ideologis individualisme.Â
Setelah membaca kompleksitas struktur dunia naratif dan pengetahuan-ideologis di dalamnya, kerja berikutnya adalah melakukan analisis relasional dengan konteks sosio-kultural-historis, yakni kondisi dan praktik ekonomi-politik yang berlangsung dalam masyarakat.Â
Pengetahuan-ideologis individualisme bukan sebuah realitas netral. Artinya, pengetahuan-ideologis dalam struktur dunia naratif merupakan bagian dari formasi diskursif untuk menyebarkan gagasan neoliberal yang mengedepankan kebebasan, kemampuan, dan daya kompetisi individual di tengah-tengah mekanisme pasar.Â
Untuk membaca kepentingan ideologis-politis di balik negosiasi individualisme, analisis relasional akan menghubungkannya dengan wacana-wacana yang berasal dari data-data penunjang, baik berita di media, artikel surat kabar/jurnal, foto (gambar) dari koran/majalah, dan lain-lain.Â