Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menonton dan Memroduksi Teater Mahasiswa di Jember: Sebuah Ingatan

18 Desember 2021   10:23 Diperbarui: 18 Desember 2021   13:53 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panggung Terbuka Fak. Sastra UNEJ yang digunakan latihan dan pentas seni. Dok. Alumni Sastra Inggris FS UNEJ Angkatan 1996

Sebuah senja di bulan September 1996. Daun angsana yang menguning mulai berguguran bertemu debu tipis menuju angkasa. Lalu-lalang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Jember (UNEJ) bersiap kuliah. Ada pula yang selesai kuliah dan mungkin akan pulang ke kosnya masing-masing. 

Di sebuah sudut kampus, di Panggung Terbuka, beberapa mahasiswa gondrong bertelanjang dada mengeja huruf-huruf vokal dengan suara lantang. Beberapa mahasiswa perempuan dengan kaos dan celana training juga tidak kalah semangatnya; mereka bergerak dan mengucapkan beberapa kalimat. 

Dua mahasiswa baru, angkatan 96, penasaran dengan apa yang dilakukan para mahasiswa senior itu. Mereka mendekat ke Panggung Terbuka. Mereka diam, mengamati apa-apa yang terjadi di atas panggung. Sembari menikmati rokok kretek, mereka berdua, untuk sekian lamanya, menikmati gerakan dan suara para mahasiswa yang semakin aneh tersebut. 

Seorang mahasiswa lelaki, menghampiri mereka berdua dan berkata, "mengapa kalian menonton orang gila". Tidak  lama kemudian, ia ngeloyor pergi. Setelah satu jam lebih menonton para mahasiswa itu bergerak dan berteriak, mereka berdua memutuskan pulang ke tempat kos. 

Di perjalanan pulang, menyusuri double way UNEJ, kedua mahasiswa baru tersebut mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap 'kenakalan-kenakalan' kakak angkatan itu. Ya, mereka berdua tertarik dengan proses ber-teater. Dan, saling berjanji untuk sama-sama ikut latihan teater bersama para mahasiswa senior.  (Sebuah fragmen ingatan)

SEBUAH SENJA DI PANGGUNG TERBUKA FAKULTAS SASTRA UNEJ

Dua mahasiswa dalam fragmen ingatan tersebut merupakan mahasiswa jurusan Sastra Inggris, Fakulta Sastra UNEJ (kini Fakultas Ilmu Budaya) yang sama-sama dihinggapi rasa penasaran ketika menonton para anggota Dewan Kesenian Kampus (DKK) berlatih teater. DKK adalah satu-satunya unit kegiatan mahasiswa (UKM) di kampus Sastra. 

Salah satu mahasiswa itu bernama, Husnul Anis, asli Gresik, kelak menjadi Koordinator Bidang Teater DKK (1998-2000) dan terkenal dengan kegemarannya kepada pertunjukan teater absurd para era 2000-an awal. Bahkan, ia mementaskan naskah terjemahan drama The Zoo Story (Edward Albee) sebelum ujian skripsi dengan mengambil objek material naskah tersebut. 

Sementara, mahasiswa yang satunya, saya sendiri, Ikwan Setiawan, yang kelak hanya beberapa kali bermain teater sebagai tokoh antagonis (itu pun kalau stok aktor di DKK sudah habis ketika penggarapan beberapa lakon secara bersamaan) karena harus memilih ngurusi penguatan dan pengembangan organisasi. 

Proses 'menonton' untuk pertama kali itu pula yang mendorong kami bergabung dalam latihan untuk mahasiswa baru yang diarahkan oleh Mas Gatot "Kuplek" Wijanarko (kini manajer di sebuah bank syariah) dan beberapa anggota DKK. Adapun latihan itu diselenggarakan untuk kepentingan Lomba Teater Mahasiswa Baru Tingkat Universitas. 

Bersama beberapa kawan mahasiswa baru seperti Ayik, Efa, Yosefin, Debby, dan yang lain, kami menggarap naskah Yang Bergumam dalam Tabung (YBDT), karya (alm) Halim Tole, salah satu mahasiswa senior yang aktif dalam kesenian dan kelestarian alam. Dalam gelaran tersebut, tim Fakultas Sastra menggondol Juara I. 

YBDT merupakan naskah yang menghadirkan kritik terhadap praktik otoriter dan represif rezim Orde Baru. Kekuasaan rezim telah mengkebiri hak asasi warga negara, termasuk hak berpendapat dan mengemukakan kritik. Rezim Negara selalu menghadapi kritik dengan sanksi-sanksi ataupun stigmatisasi yang menjadikan warga tertindas dalam kamuflase kemakmuran pembangunan nasional. 

Ketertindasan itu direpresentasikan dalam bentuk gumaman dalam tabung, tanpa bisa keluar karena ancaman masih terus mengintai. Ketika gumaman itu semakin mengeras dan berpotensi menggangu keamanan dan otomatis juga akan menggangu kemapanan kenyamanan penguasa, tindakan opresif merupakan jawaban multak yang mesti diberikan kepada subjek resisten. 

Pengalaman 'menonton latihan teater' untuk pertama kali tersebut dan campur-aduk pengalaman selama penggarapan dan pementasan YBDT telah membulatkan tekad kami berdua untuk bergabung dengan bidang teater DKK melalui Latihan Alam 1996, Antrogran, Manggisan Tanggul. 

Latihan Alam (LA) merupakan diklat yang ditujukan untuk calon anggota baru DKK. Dalam LA para calon anggota baru harus mengikuti fase ruang dan faselapangan. Materi ruang berupa pengenalan seluk-beluk organisasi, manajemen pertunjukan, kesenian, dan budaya. Fase ruang merupakan bekal penting untuk calon anggota menuju fase lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun