Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Empat Mata dan Tukulisme ala Kandidat Doktor

30 November 2021   04:00 Diperbarui: 30 November 2021   04:05 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tukul Arwana. Dok. Kompas.com

Keempat, tim kreatif dan Tukul mampu menghadirkan kembali suasana obrolan cair yang penuh canda-tawa di tengah-tengah kejumudan masalah hidup yang membebani masyarakat. Sebagai bagian dari kelisanan kedua yang menggabungkan tradisi lisan (berupa obrolan dan guyonan) dan tradisi tulis (skenario acara dan konsep pertanyaan yang dibuat oleh Tia), Empat Mata mampu menghadirkan sebuah tradisi lisan bernuansa guyonan yang begitu cair dan cenderung mentertawakan persoalan-persoalan sepele ketika persoalan besar sedang membelenggu.

Ada mekanisme eskapis ketika orang tertawa lepas, di mana seolah-olah beban yang ada sejenak mencair dalam keterlepasan ekspresi. Namun, di sisi lain, itu merupakan bentuk mentertawakan diri sendiri, karena mereka setelah mereka melakukan hal-hal konyol yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, apakah dalam aktivitas pekerjaan ataupun kuliah.

PRAKTIK MENONTON EMPAT MATA PARA KANDIDAT DOKTOR

Kandidat doktor juga manusia! Mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa tiga kandidat doktor pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta di tengah-tengah aktivitas akademisnya masih menyempatkan untuk tertawa lepas ketika menikmati tampilan Empat Mata di layar kaca. Bayangan aktivitas laborat yang biasa mereka lakukan sehari-hari, seperti hilang sejenak dari raut muka ceria mereka.

Bagi Pak Wayan, Pak Agung, dan Pak Parwata, menonton Empat Mata sudah menjadi rutinitas ketika mereka berada di tempat kos. Pak Agung dan Pak Parwata sama-sama berasal dari Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram), sedangkan Pak Wayan berasal dari Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian di Bogor.

Meskipun berasal dari institusi pertanian yang berbeda, mereka memiliki kedekatan kultural karena sama-sama berlatar belakang tradisi Bali, beragama Hindu, dan semasa S1, ketiganya berasal dari Fakultas Pertanian Unram, meskipun berbeda semasa S2. Selain institusi saat ini, perbedaan diantara ketiganya adalah Pak Wayan dan Pak Parwata berasal dari kasta waisya, sedangkan Pak Agung berasal dari kasta ksatria, keturunan Raja Karangasem Bali.

Meski berbeda dalam hal kasta, mereka dalam interaksi dan relasi sosial sehari-hari sangat akrab. Bahkan, tidak menunjukkan perbedaan kasta tersebut. Dalam aktivitas menonton TV, mereka pun memiliki ‘kesetaraan derajat’. Artinya pada suatu saat Pak Wayan atau Pak Parwata bisa saja duduk di atas kursi sementara Pak Agung duduk di karpet spon, dan begitupula sebaliknya.

Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh status akademis mereka yang sama-sama kandidat doktor dan dalam kehidupan sehari-hari mereka berada di tempat kos yang sama. Kondisi ini tentu akan berubah ketika mereka berinteraksi dalam sebuah ritual di Bali ataupun di Lombok.

Tayangan TV yang paling sering mereka tonton, paling tidak selama tiga bulan riset ini dilaksanakan (Maret-Mei 2007), adalah program berita, sinetron Intan (RCTI), dan Empat Mata (Trans 7). Empat Mata-lah yang mampu ‘mengikat’ dan ‘menyatukan’ mereka dalam praktik konsumsi tayangan TV, dalam suasana perkawanan yang sangat cair.

A. ‘Ritual tawa’ dan Praktik Konsumsi yang Membebaskan

Bagi ketiga kandidat doktor tersebut, Empat Mata seolah menjadi ‘ritual wajib', yang dijalani selama pukul 21.30-23.00 WIB, dari Senin hingga Jum’at, di sela-sela kesibukan akademis yang mereka jalani, tidak hanya di kampus, tetapi juga di tempat kos. Sebelum acara itu dimulai, ketiganya biasanya sibuk di kamar masing-masing, sehingga ruang tamu tempat TV berada menjadi sangat sepi, kecuali kalau ada teman sekampus yang berkunjung untuk keperluan tugas atau sekedar berdiskusi tentang topik perkuliahaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun