Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Andang CY, Lirik Lagu Banyuwangian, dan Stigmatisasi Komunis

29 Oktober 2021   17:18 Diperbarui: 29 Oktober 2021   17:31 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu Kembang Galengan, Perawan Sunti, Luk-luk Lumbu, Kembang Pethetan, Kali Eluh, Kembang Peciring, dan yang lain, memang tidak diplesetkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menstigmatisasinya sebagai komunis, tetapi kedekatan tematiknya dengan nasib rakyat jelata serta keterlibatannya di Lekra, menjadikan ia harus merasakan pahitnya hidup dalam penjara.

Andang adalah seniman yang tumbuh dan berkembang dari lingkungan alam dan masyarakat Banyuwangi. Kekayaan alam dan keragaman persoalan sosial rakyat di sekitarnya menjadi inspirasi penciptaan yang memperkaya makna dalam lagu-lagunya. Dengan keindahan lirik, ia berhasil menulis lirik dengan makna simbolis yang begitu mendalam. 

Kolaborasinya dengan Basir Noerdian---sebagai arranger lagunya---menghasilkan komposisi-komposisi yang begitu indah dan menyentuh. Dengan suara lirih tapi tetap energik, ia menuturkan bagaimana proses awal dalam menciptakan lirik sebagai berikut.

"Saya masih ingat ketika kecil dimandikan ibu di sumber (pancaran mata air, pen) sambil dikudang (dinyanyikan lagu daerah, pen). Itu menjadi inspirasi saya. Saya buat lirik-lirik baru yang berisi harapan seorang ibu terhadap anak-anaknya. Kalau laki-laki berjuanglah untuk nusa dan bangsa. Laki-laki dan perempuan harus bergandeng tangan untuk kehidupan bangsa ini. Ada juga lagu Kali Eluh. Itu nama sungai yang membentang dari arah Barat. Kali Eluh itu seperti semangat dari warga Banyuwangi yang tidak pernah berhenti mengalir, pantang menyerah. Makna filosofisnya seperti itu."

Penjelasan Andang tersebut menunjukkan ketiadaan korelasi langsung antara proses penciptaan yang ia jalani dengan ideologi komunis. Kekayaan metafora alam dan kenangan masa kecil ketika "dimandikan ibu" sembari dikudang, menjadi inspirasi utama penciptaan lirik-lirik lagunya. 

Di sinilah sebenarnya letak kehebatan kreatif Andang. Kekayaan metafor alam, seperti Kali Eluh diolah sedemikian rupa sehingga bisa menjadi lirik lagu yang secara filosofis menggambarkan semangat rakyat bumi Blambangan yang harus terus mengalir untuk mengisi dan menuju kehidupan yang lebih baik. Semangat patriotisme juga tidak dipahami secara dogmatis, tetapi dengan bahasa-bahasa lirik lagu yang mendayu-dayu.


Memang ada beberapa pihak dan kondisi tertentu yang mendorongnya untuk menciptakan lirik lagu yang bahasanya memang sangat indah dan penuh makna filosofis. Ia menciptakan lirik sejak 1963 dan rumahnya berdekatan dengan rumah Mohammad Arif, pencipta lagu Genjer-genjer. 

Mereka berdua sangat dekat, bahkan Andang memanggilnya Man Arif. Ia mengakui Arif ikut membentuk karakter kreatifnya. Namun, menurutnya, ibu kandungnyalah yang banyak menginspirasi proses penciptaan lirik-lirik lagunya. Andang merasakannya ketika masih kecil, tepatya ketika sang ibu ngudang dirinya dengan menembangkan lagu-lagu tertentu.

Bisa jadi, kedekatannya dengan Arif memang mempengaruhi proses penciptaan lirik-lirik lagunya yang cenderung dianggap kiri. Namun, kedekatan itu adalah kedekatan kreatif yang menjadikannya lebih dewasa dan lebih mendalam dalam menulis lirik-lirik lagu. 

Akibat kedekatan tersebut, lirik-lirik lagu yang diciptakan Andang memang lebih bermakna simbolis dan filosofis, utamanya yang terkait dengan metafor alam, seperti "kembang", yang mengungkapkan perjuangan rakyat kecil, perjuangan, dan nasehat-nasehat bijak lainnya. 

Meskipun demikian, kekagumannya terhadap sosok Khairil Anwar yang diceritakan oleh guru Bahasa Indonesia di kelasnya sangat mungkin ikut juga mempengaruhi pemilihan diksi dan makna yang ditulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun