Mohon tunggu...
Defrida
Defrida Mohon Tunggu... Penulis

Peminat Sejarah, Budaya dan Kajian Keamanan Nasional. Cita-cita jadi anggota KOWAL tapi gagal karena mabuk laut. Ingin jadi WARA tapi phobia ketinggian. Ingin jadi Diplomat tapi TOEFL belum 600.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Senapan Berkarat :Refleksi Korupsi Militer dalam Film "The War of Loong"

19 April 2025   12:46 Diperbarui: 19 April 2025   12:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Teaser Film The War of Loong (Sumber : pinterest.com) 

Perkembangan teknologi informasi modern menawarkan alat baru untuk memerangi korupsi militer yang mana menjadi sesuatu yang tidak tersedia bagi Jenderal Feng di tahun 1885. Dr. Roslyn Hees dari Transparency International menjelaskan bahwa sistem pengadaan elektronik yang transparan dapat mengurangi risiko korupsi hingga 60% di beberapa kasus. "Ketika setiap transaksi terekam secara digital dan dapat dilacak, ruang untuk manipulasi dan kolusi berkurang drastis," tulisnya.

Georgia menjadi contoh sukses implementasi teknologi dalam reformasi antikorupsi. Setelah Revolusi Mawar 2003, negara ini menerapkan sistem pengadaan elektronik komprehensif yang mencakup sektor pertahanan. Hasilnya, biaya pengadaan peralatan militer turun rata-rata 15%, dan persepsi korupsi menurun signifikan dalam survei independen. General Giorgi Kalandadze, mantan Kepala Staf Pertahanan Georgia, mencatat bahwa "Transparansi digital tidak hanya menghemat uang tetapi juga membangun kepercayaan antara militer, pemerintah, dan masyarakat dengan aset tak berwujud yang sama berharganya dengan peralatan tempur terbaik."

Di era media sosial dan jurnalisme warga, kemampuan untuk menyembunyikan korupsi skala besar juga semakin terbatas. Kasus korupsi militer yang terungkap di Thailand pada 2019, misalnya, bermula dari foto di media sosial yang menunjukkan gaya hidup mewah beberapa perwira menengah. Serupa dengan itu, laporan tentang kondisi memprihatinkan fasilitas militer yang viral di Mali pada 2020 memicu investigasi yang mengungkap penyelewengan dana pemeliharaan dalam jumlah besar.

Dr. Heather Marquette dari University of Birmingham menyebut fenomena ini sebagai "akuntabilitas sosial" yang melengkapi mekanisme pengawasan formal. "Di negara dengan institusi pengawasan lemah, tekanan publik yang dipicu oleh pemaparan media bisa menjadi katalis penting untuk reformasi," tulisnya dalam sebuah studi tentang peran teknologi informasi dalam antikorupsi. Namun, Marquette juga memperingatkan bahwa teknologi semata tidak cukup melainkan juga diperlukan kemauan politik yang kuat untuk menindaklanjuti kasus yang terungkap.

Pelajaran dari Masa Lalu untuk Masa Kini

Sebagai penutup, kisah Jenderal Feng dalam "The War of Loong" memberikan cermin bagi kita untuk merefleksikan bagaimana korupsi militer tetap menjadi ancaman serius bagi keamanan nasional di era modern. Meski konteks historis dan geografisnya berbeda, pesan moral tentang bahaya pengkhianatan kepercayaan dan kewajiban dalam institusi pertahanan tetap relevan hingga kini. 

Film ini mengingatkan kita bahwa militer bukanlah sekadar organisasi pertahanan tetapi juga merupakan suatu institusi yang berdiri di atas fondasi nilai dan kepercayaan. Ketika fondasi ini terkikis oleh korupsi, konsekuensinya jauh melampaui kerugian material. Seperti yang ditulis oleh Profesor Eliot Cohen dari Johns Hopkins University: "Kekuatan militer tidak hanya bergantung pada teknologi atau jumlah personil, tetapi pada etos institusional yang menumbuhkan keberanian, pengorbanan, dan loyalitas. Korupsi adalah racun yang secara perlahan namun pasti melarutkan etos tersebut."

Upaya memberantas korupsi militer mungkin tidak lagi melibatkan eksekusi langsung seperti yang dilakukan Feng, tetapi komitmen terhadap integritas dan akuntabilitas tetap sama pentingnya sekarang seperti halnya di tahun 1885. Negara-negara yang berhasil mengatasi tantangan ini menunjukkan bahwa reformasi efektif memerlukan pendekatan komprehensif dan kombinasi antara mekanisme pengawasan, transparansi, insentif untuk perilaku etis, dan penegakan hukum yang tegas.

Di tengah lanskap keamanan global yang semakin kompleks, dengan ancaman hybrid dan asimetris yang berkembang pesat, integritas institusi militer menjadi lebih krusial dari sebelumnya. Seperti yang digambarkan dalam "The War of Loong," kadang dibutuhkan keberanian luar biasa untuk melawan korupsi, terutama ketika ia telah mengakar dalam sistem. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Jenderal Feng, kegagalan untuk melakukan hal tersebut dapat membawa konsekuensi fatal tidak hanya bagi pasukan tetapi juga bagi negara secara keseluruhan.

Saat kita merenungkan kisah heroik dari masa lalu ini, tantangan bagi kita adalah mentransformasikan keberanian individual menjadi reformasi sistemik yang berkelanjutan dengan membangun institusi militer yang tidak hanya kuat dalam persenjataan, tetapi juga dalam integritas.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun