Mohon tunggu...
Deep Bongiovi
Deep Bongiovi Mohon Tunggu... -

Just a deep thought...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

West Sumatra Chronicles I - Explore Padang

18 Maret 2016   14:50 Diperbarui: 18 Maret 2016   15:10 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perut sudah lebih dari kenyang dan hujan mereda. Sakaw Travelling kemudian menggelinding ke Taman Museum Nagari Adityawarman, museum budaya Sumatra Barat yang sudah berdiri sejak 1977. Nama museum ini diambil dari seorang raja Malayapura pada abad ke 14 yang satu jaman dengan kerajaan Majapahit.


Rumah Adat Minangkabau 

Basically, just a public park, museum and monument. Terdapat banyak 2 sejoli berbagi kasih di taman ini jadi apabila sedang jomblo, hindari tempat ini. Kesan tidak terawat dengan koleksi museum yang kurang tertata membuat sedikit ilfeel. Tidak banyak aktivitas yang menarik untuk dilakukan, selain ber-narsis ria, disana. Cukup sejenak mengabadikan singgah lalu berangkat pulang.

 


Taman Museum Nagari Adityawarman
 

Kembali ke hotel, kami menikmati sore dengan kegiatan yang produtif yakni, leyeh-leyeh berkualitas. Di dalam perjalanan Sakaw Travelling, terkadang kami harus bermalam di peraduan yang kurang nyaman. Berusaha memejamkan mata diatas ubin dingin atau ranjang kotor beraroma apek itu sudah biasa. Backpacker harus siap menderita untuk bisa survive bertualang dengan budget minim. Karenanya ketika kami diberkahi dengan hotel yang nyaman, sebisa mungkin kami tidak menyiakannya dengan lompat-lompat diatas kasur empuk dan menikmati leyeh-leyeh diatasnya sampai terlelap penuh liur dan syukur. Yes, travelling makes you respect the little things in life.

Malam panjang di Padang

Malam menjelang. Sakaw Travelling sudah harum dan siap melanjutkan petualangan kuliner kami di Padang. One of the perks of travelling is that we can meet and interact with a lot of new interesting character along the way. Malam itu, kami bertemu dan diantarkan oleh sahabat Sakaw Travelling, Ivra Rangga dan 2 temannya untuk gaul berjama'ah. Merasakan denyut Padang di malam hari dan muda-mudinya yang masyuk bercengkrama dan pacaran. Spot pertama adalah menikmati Sate Padang Danguang-Danguang yang ternama dengan bumbu pedasnya di kaki lima Jalan Sawahan. Enak tapi tidak jauh berbeda dengan sate padang depan kos di Batam tercinta.



Sate Padang Danguang-Danguang
 

Cerita demi cerita bergulir dalam percakapan. Sempat terlontar pertanyaan. Padang sudah seharusnya menjadi kota maju dengan bandara utama di Sumatra Barat. Namun tidak terlihat gedung tinggi khas kota-kota besar. Ternyata Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerah seismik aktif. Kombinasi faktor alam ini membuat Padang sangat rawan akan gempa dan tsunami. Pada gempa tahun 2009, 6000 korban jatuh dan membuat trauma warga kota Padang sampai saat ini. Informasi baru, euy. Lumayan.



Friends in travelling
 

Malam belum berakhir dan rombongan Sakaw Travelling terdampar di Restoran Es Durian Iko Gantinyo. Serius, itu namanya. :D I'm not a sweet tooth, tapi mencicipi Es Durian khas Padang sepertinya merupakan kunjungan wajib disini. Cita rasa duriannya terasa asli, karena buah durian diolah menjadi seperti saus, kemudian disajikan dengan es serut dan kucuran susu kental manis coklat. Olahan es durian ini sangat terkenal dan dapat ditemui dimana-mana di Sumatra Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun