Saya nggak bilang perjalanan ini mulus. Ada masa-masa lelah, revisi dari klien yang bikin pusing, atau tulisan yang nggak dibayar. Tapi semua itu adalah bagian dari proses tumbuh. Yang penting: saya tetap bisa berkarya tanpa harus keluar rumah. Dan yang lebih penting lagi, saya merasa punya ruang untuk jadi diri sendiri , bukan cuma sebagai ibu, tapi juga sebagai perempuan yang punya mimpi.
Nah, saat ini impian saya adalah memiliki perusahaan sendiri. Momen pencerahan itu datang saat saya bertemu dengan seorang teman lama di sebuah acara. Dia dulu juga ibu rumah tangga seperti aku, hobi menulis, tapi sekarang dia punya agensi penulisan yang cukup besar. Obrolan kami malam itu benar-benar membuka mataku. Dia bilang, "De, kalau kamu mau berkembang, kamu harus berani ubah mindset. Dari sekadar penulis, jadi pengusaha di bidang penulisan. Itu beda banget!"
Wah, tentu ini bukan hal yang mudah. Akan ada banyak hal yang harus saya pelajari lagi. Dulu, tugas utama cuma menulis. Kalau jadi CEO perusahaan, saya harus memikirkan pemasaran, keuangan, manajemen tim, sampai urusan legalitas.Â
Jujur, awalnya ragu dan nggak percaya diri. Rasanya semua jadi serba baru dan berat. Ada saatnya saya hampir menyerah, mikir, "Ah, mending nulis santai aja deh kayak dulu."
Tapi, setiap kali melihat anak-anak, semangat itu muncul lagi. Saya ingin mereka bangga, melihat ibunya bukan cuma sekadar mengurus rumah, tapi juga punya karya dan bisnis sendiri. Saya ingin membuktikan bahwa ibu rumah tangga pun bisa menjadi CEO dari perusahaannya sendiri.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI