Mohon tunggu...
Dedy Gunawan
Dedy Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Suami dari seorang istri yang luar biasa dan ayah dari dua anak hebat.

Penulis, blogger, jurnalis, senimanmacro, fotografer, penikmat kuliner, traveler, guru, pelatih menulis, dan penyuka segala jenis musik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Ayo Membaca

29 Mei 2016   14:57 Diperbarui: 29 Mei 2016   15:15 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak perempuan membacakan puisinya tentang

DI kala nilai raport tentang literasi kita anjlok, masih ada manusia-manusia gigih yang menumbuhkan harapan. Inilah kehebatan insan Indonesia.

*** 

Sore itu, sejumlah pemuda berkumpul di tepi sungai, Taman Edukasi Avros, Medan Polonia. Mereka menggelar karpet biru. Memasang satu panggung kecil diantara pokok mangga. Aliran sungai yang menampar-nampar gundukan sampah menyeligi aktivitas para anak-anak, remaja, dan pemuda itu untuk berdiskusi. Sebuah spanduk ukuran sedang dipasang sebagia latar panggung. "Gerakan #AyoSumutMembaca" menjadi tagline diskusi tersebut.

Diskusi ini sangat sederhana. Namun berkualitas. Tidak perlu tiket masuk, karena semua orang bisa hadir dan terlibat. Tak tanggung empat pemateri dihadirkan, dan semuanya kompeten. Ada Dr Mustyuhito Solin Pakar Keberaksaraan, Agus Marwan Direktur USAID PRIORITAS, Muhammad Yazied Eks Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Sumut, Masrul Badri Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Medan. Dan makin seru karena diskusi ini dimoderatori oleh Erix Hutasot, Ahli Komunikasi dari Sumut.  

Gerakan #AyoSumutMembaca ini jelas bagian dari respon positif atas kebijakan Kemendikbud yang telah mencanangkan gerakan membaca 15 menit. Gerakan 15 menit membaca, sepasti kita ketahui bersama, ditujukan guna menumbuhkan budaya literasi anak. Sayangnya, gerakan tersebut tidak berdampak nyata karena tidak diikuti dengan lahirnya gerakan-gerakan di tiap kabupaten/kota. Padahal, gerakan tersebut akan sangat efektif dijalankan guna menekan angka ketidakmelekan kita terhadap literasi. Sebagaimana dilansir The World’s Most Literate Nations (WMLN) 2016, tingkat literasi Indonesia sangat jelek. Bahkan nomor dua terburuk di dunia (rank 60 dari 61 negara).

Tak heran jika UNESCO mengungkap bahwa, dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang punya minat serius membaca buku (riset 2011). Persoalan ini tentu tak bisa kita abaikan. Budaya literasi sangat dipengaruhi kebiasaan membaca. Muhammad Yazied mengatakan, untuk meningkatkan minat literasi, dibutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak. Tua, muda, laki-laki dan perempuan harus mengambil peranan. Didasari panggilan itulah, beberapa individu menginisasi Gerakan 1 juta buku untuk anak-anak Sumatera Utara. Niat baik ini dimulai dengan diskusi terbuka.

Yazied menjelaskan, membaca penting untuk menumbuhkan keterampilan literasi. Keterampilan literasi ini terkait dengan bagaimana mencari, menggali dan mengelola informasi yang dibutuhkan untuk merancang masa depan yang lebih baik. Ia juga bercerita bagaimana membaca begitu berguna bagi profesinya sebagai jurnalis. Ia memulia materinya dengan mengisahkan bagaimana susahnya mendapatkan buku di zaman awal kemerdekaan, namun hal itu tak menyurutkannya untuk menggeluti dunia bacaan. Terbukti, akibat kegigihannya membaca buku, sekarang ini ia menjadi satu-satunya jurnalis di Sumut yang punya keterampilan menyusun peta dengan menggunakan foto udara.

Gerakan membaca buku ini, kritik Jamal, salah satu peserta, jangan hanya ditujukan bagi anak-anak, tetapi lebih kepada kepada guru. Ia berkeyakinan, akibat kemalasan guru membacalah sehingga anak-anak tidak cerdas. Ia mengatakan, banyak sekali guru malas membaca sehingga tidak menjadi suri tauladan bagi anak-anak. "Maka Guru juga harus terlebi dahulu kita sasar agar melek literasi. Para leaderdi sekolah seperti kepala sekolah dan guru harus melek literasi, sehingga ditiru murid-muridnya,” anjurnya.

Tak hanya Leader, supaya budaya literasi tumbuh, Julita Darmayanti Lubis, Guru SD di Binjai menimpali, peran keluarga dan berbagai komunitas juga perlu dilibatkan. Sebuah gerakan, katanya, akan kuat dan berdaya gugah ketika semua pihak ikuambil andil. Pandangan Guru SD Binjai itu mendapat acungan jempol dari Masrul Badri. Masrul pun menyahuti dengan menjanjikan akan menggerakkan para jajaran dan bawahannya di dinas pendidikan kota Medan untuk ikut terlibat mendukung Gerakan Sumut Membaca. Ia juga, hari itu, ikut urun buku.

Gerakan Sumut Membaca ini dimulai dengan mengumpulkan buku-buku bekas atau baru. Siapa saja bisa menghibahkan. Tiap buku yang terkumpul akan didata secara baik dalam satu sistem database, kemudian dikirimkan kepada pelajar miskin di seluruh pelosok Sumut. Agus Marwan mengatakan, pihaknya memiliki penanggung jawab di setiap kabupaten/kota. 

Sehingga sebagian buku segera bisa dikirim tanpa harus menunggu terkumpul 1juta eksemplar. “Ini hanya target minimal satu juta buku. Kita berharap bisa lebih. Terkait titik-titik pembagian buku, kita memprioritaskan kepada anak-anak miskin yang punya semangat membaca buku. Baru kemudian komunitas-komunitas baca pinggiran yang kekurangan buku. Sekolah-sekolah dan madrasah juga akan menjadi target,” ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun