Sejak kita kecil, kedua orang tua selalu memberi yang terbaik untuk kita, bahkan sejak dalam kandungan yang lamanya Sembilan bulan, mereka senantiasa menjaga agar hidup kita terpelihara dengan baik. Itu terjadi karena mereka sangat mencintai kita.
Dalam kehidupan rohani juga demikian. Karena cinta-Nya yang begitu besar kepada kita, Allah senantiasa memberi yang terbaik untuk kita: Nafas atau kehidupan, sinar matahari, sanak keluarga, rekan-rekan sekerja, kebaikan hati orang-orang sekitar dan lain sebagainya. Intinya, cinta Allah itu tampak lewat pemberian yang terbaik kepada kita umat-Nya.
Dalam dunia persahabatan juga demikian. Saat kita hendak menunjukkan rasa cinta kita kepada seseorang, umumnya kita akan memberikan sesuatu yang disukai oleh orang yang tersebut. Lewat pemberian itu kita ingin agar orang yang kita cintai itu bahagia.
Dengan demikian, saya duga, maksud penulis kata-kata "Cinta itu memberi bukan meminta" ialah agar kita itu lebih bangga saat kita bisa memberi bukan bangga saat kita meminta. Ini tentang bagaimana kita hidup dalam sikap saling mencintai satu sama lain, dan wujud cinta kita itu tampak lewat pemberian diri kita kepada mereka yang kita cintai.
Oleh karena itu, saat merenungkan kata-kata tersebut, saya pun terdorong untuk memberi kepada orang-orang yang berada di sekitar ku. Bukan pertama-tama harus memberi materi, tetapi juga diri saya sendiri. Misalnya, memberi diri untuk membantu meringankan pekerjaan saudara-saudara se komunitas. Membantu mereka adalah wujud cintaku kepada mereka.Â
Akhir kata, saya ingin menutup artikel ini dengan kata-kata Yesus kepada para murid-Nya, "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yohanes 9:13).