Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari KAMI Din Syamsuddin ke KAMI Khusnul Jamil

26 Agustus 2020   10:14 Diperbarui: 26 Agustus 2020   10:17 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan mengusung delapan hal sebagai gagasannya KAMI yang diusung oleh Bapak Din Syamsuddin dan kawan-kawan mencoba menyakinkan diri sebagai yang berhasil melihat kelemahan dari pemerintahan atau para penyelenggara negara. Mereka sangat yakin bahwa negara ini sedang mengalami kemunduran dari apa yang disebut sebagai negara yang baik. 

Kehadiran mereka jelas menarik perhatian banyak orang karena orang-orang yang ada di dalamnya bukanlah orang sembarangan. Mereka pernah menjajaki pemerintahan dan bahkan dipercaya sebagai pemegang tanggungjawab untuk keamanan bangsa dan negara. Karena itu saya yakin tidak sedikit dari warga yang melihat kebenaran dari kehadiran mereka saat ini, terlebih saat ini yang tengah dalam keadaan sibuk karena pandemi Covid 19 ini. Atau boleh jadi melihat mereka sebagai pelaku utama dalam kegiatan memancing di air yang keruh. 

Saat kehadiran mereka mencuat muncul berbagai koalisi atau pun kelompok yang gerakannya hampir sama yaitu berkaitan dengan pemerintahan atau penyelenggara negara. Ada KITA, ada KALIAN dan ada MEREKA. Dan seperti biasa, setiap kelompok selalu berusaha memberi keyakinan kepada publik bahwa mereka yang terbaik dan terbenar.

Mungkin itulah efek dari sistem demokratis di negara kita, yang membuka peluang bagi warga untuk menyampaikan aspirasinya, meskipun di satu sisi ada dugaan bahwa itu menunjukkan kekurangtegasan dari pemerintah untuk mengontrol masyarakat dalam beraspirasi. 

Mana yang benar, atau efek demokrasi atau pemerintah yang kurang tegas, semuanya selalu jatuh pada diri kita sendiri sebagai pemilik dari negara dan bangsa tercinta ini. Demi apa kita beraspirasi. 

Saat ini ada KAMI tandingan. Dia bukan tentang KAMI bapak Din Syamsuddin tetapi KAMI dari mahasiswa yang digagas oleh Khusnul Jamil. Ide mereka adalah hendaknya gotong royonglah yang menjadi sikap yang kita pilih dalam menghadapi pandemi atau pun situasi negara kita saat ini. Mereka mencela pihak yang justru menambah kegaduhan di tengah kegaduhan. 

Menarik untuk melihat dan merenungkan apa yang menjadi seruan mereka. Seruan mereka bersifat konstruktif karena memberi suatu optimistis kepada kita sekalian tentang apa yang bisa kita pikirkan atau pun kita lakukan di tengah situasi yang masih gaduh ini. Optimistis adalah sikap yang utama dan penting bukan pesimistis. 

Pertanyaannya, siapa yang optimistis dan siapa yang masih pesimistis? Karena setiap orang pun tahu pasti bahwa optimistis adalah sikap yang baik dan benar. Tetapi jika ada orang yang masih pesimistis mungkinkah dia sedang bersalah? 

Sebenarnya tidak ada orang yang akan mengaku diri telah bersikap pesimistis. Sebaliknya mereka yakin bahwa mereka optimistis. Karena itu optimistis dan pesimistis boleh jadi tinggal sebagai tuduhan. 

Namun sebagai warga negara yang baik, kita pun mengerti bahwa segala persoalan yang tengah dihadapi oleh negara kita ini dan segala upaya penyelesaian yang dilakukan oleh negara sejatinya mendapat dukungan dari kita. 

Pemerintah tidak mungkin berhasil jika berjalan sendiri karena yang sedang diupayakan untuk diselesaikan itu bukan semata-mata tentang mereka tetapi juga tentang kita dan masa depan kita bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun