Simpuh syukur atas anugerah agung, belahan jiwa dalam sanubari
Datang menggarami jejak hidup, jemarinya terulur dalam kesyahduan
Debur jantung mengguncang jiwa, terlalu akbar karunia ini
Bidadari surgaku, ketulusanmu merangkai anatomi janjiku padamu
Kalau di dunia ini cuma ada dua benda, bahagia dan sengsara
Seluruh noktah bahagia kupersembahkan padamu, tanpa syarat apapunÂ
Segala genangan darah kesengsaraan, biar aku yang mereguknyaÂ
Terlarang bagiku, engkau merintih karena kuak luka
Kalau pintu sorga tinggal tersisa satu kaplingan, sisanya adalah neraka abadi
Aku merelakannya untukmu, tanpa satu butir keraguanpun
Aku sangat bahagia kala merenda hari bersamamu
Namun bahagiamu lebih berarti daripada hasratku untuk bersamamu
Cintaku melebihi seribu kematian paling ekstrim
Yang tak seorangpun sanggup menanggungnya
Aku tak pernah berfikir, apa yang aku terima darimuÂ
Yang kufikirkan adalah, apa yang bisa kuberikan padamu
Mungkin ini gugusan rindu, yang tak bisa diterjemahkan dengan bahasa apapunÂ
Karena rindu, tak perlu interpretasi
Rindu adalah maha karya perbuatan
Yang gaungnya tak pernah hilang, meski sumber gaung itu sudah tiada lagiÂ
( Lembah Sambarata, Berau, Kaltim -- 27 Juli 2020 )