Mohon tunggu...
Dedi Laksana
Dedi Laksana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karya Sastra Pujangga

Salah satu filosofi dasar cinta yg kujual dlm karya sastraku adalah,... Bisa bahagia dlm keadaan apapun, tanpa syarat apapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pangeran Sambernyawa, Garuda di Sarang Naga Eps 04

26 Juli 2020   18:25 Diperbarui: 26 Juli 2020   18:19 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

golok, ruyung atau belati, tapi tidak untuk menghadapi serangan perisai besi yang dilemparkan. Raden Mas Said melanjutkan serangannya dengan sambaran cambuk bertubi-tubi, sambil menunggu Tameng Waja Putih kembali ke tangannya. Si Penyerang Gelap punya dua langkah untuk menghadapi serangan itu, yaitu kembali menghindar dengan cara menggegoskan tubuhnya atau dengan menangkis sambaran cambuk itu dengan tebasan pedang. Namun bila tenaga prana pemegang cambuk lebih tinggi dari tenaga prana pemegang pedang, maka cambuk itu tidak akan mempan ditebas. Dari reaksi Si Penyerang Gelap yang tidak menggunakan pedangnya untuk menangkis, Raden Mas Said yakin tenaga prananya masih jauh lebih tinggi. Terlihat disini Si Penyerang Gelap menghindari sambaran cambuk dengan cara meliukliukan tubuhnya, masih dalam posisi sambil melayang di udara.

Raden Mas Said cukup kagum dengan kelincahanSi Penyerang Gelap. Meliukkan tubuh sambil melayang di udara bukan hal yang mudah untuk dilakukan, hanya bisa dilakukan oleh pendekar papan atas. Terlihat disini Si Penyerang Gelap cukup lihay dalam membaca situasi, karena dengan mengandalkan pedang dan tenaga prana sulit menghalau serangan, maka dia gunakan kelincahan tubuhnya. Model gerakan seperti itu banyak dipakai oleh para pesilat pantai; maka ilmu silat semacam itu banyak disebut orang dengan istilah silat pesisir atau silat syahbandar. Cuma rasa-rasanya Raden Mas Said mengenal jurus-jurus itu, bisa dipastikan Raden Mas Said mengenal siapa siapa Penyerang Gelap itu.

Beberapa saat kemudian Si Penyerang Gelap sudah mendaratkan kedua telapak kakinya ke tanah, dan Raden Mas Said sudah merangsek semakin dekat. " Pengecut, buka topengmu ! Jangan beraninya cuma bersembunyi !" Topeng yang dipakai Si Penyerang Gelap itu terbuat dari besi bajayang dicat dengan warna hitam, Raden Mas Said mempergencar serangannya, target utamanya sekarang adalah membuka topeng baja hitam yang menutupi wajah Si Penyerang Gelap itu secepatnya.

Si Penyerang Gelap yang memakai topeng bajawarna hitam itu tetap tak bersuara. Dan Raden Mas Said juga cukup heran, sudah hampir tiga jurus serangan beruntun dengan lemparan tameng dan sabetan cambuk darinya belum juga mengenai sasaran,  boro-boro sampai dapat membuka topengnya. Dalam banyak pertarungan diwaktu yang lalujarang ada orang mampu menahan serangan Raden Mas Said lebih dari dua jurus. Apalagi Si Penyerang Gelap bertopeng baja itu bisa dibilang tidak mengeluarkan ilmu kesaktian khusus, hanya mengandalkan kelincahan dan kekuatan tenaga prana.

Dan seiring mengalirnya waktu, keadaan perlahan-lahan berubah. Pada posisi awal pertarungan terlihat Raden Mas Said yang agresif menyerang, sekarang dia dalam posisi diserang. Pertarungan yang tadinya berjarak jauh, kini berubah menjadi pertarungan jarak pendek. Si Penyerang Gelap, atau kita sebut saja Pendekar Topeng Waja, yang merubah keadaan itu. Dalam formula pertarungan jarak pendek, Raden Mas Said terlihat kewalahan. Pedang tipispanjang Pendekar Topeng Waja mengurung terus tanpa memberi celah sama sekali. Sementara dalam jarak yang begitu dekat seperti ini, Cambuk Dadung Awuk sulit menunjukkan kehebatannya sebagai si penyambar nyawa.  Tameng waja putih juga

cenderung  memberi fungsi pertahanan saja, menangkis dan menangkis, tapi sulit untuk memberi serangan balik yang berarti.


Raden Mas Said tidak menyangka, pasangan senjata Cambuk Dadung Awuk dan Tameng Waja Putih yang terkenal sebagai penyambar nyawa, bisa dibikin kewalahan oleh sebilah pedang tipis yang pemegangnya lincah bagai burung sikatan.  Harus segera diambil langkah yang cerdas untuk mengatasi keadaan ini. Sewaktu beberapa kali terjadi benturan antara pedang tipis dan Tameng Waja Putih, Raden Mas Said bisa mengukur bahwa tenaga prana Pendekar Topeng Waja Putih dibawah tenaga prananya. Saat pedang tipis menempel di permukaan Tameng Waja Putih, beberapa kali dicoba untuk menyedotnya, tapi tidak berhasil. Pendekar Topeng Waja rupa-rupanya sudah tahu kecenderungan itu, maka dia melakukan antisipasi. Serangan pedang ditangannya selalu dilakukan dengan posisi menusuk atau menebas, terkadang dengan berputar bolak-balikkayak baling-baling, tak pernah sisi kanan kiri pedang sampai menempel penuh ke permukaan tameng,sehingga sulit disedot.

Sempat terpikir di benak Raden Mas Said untuk mengeluarkan Aji Brajamesti, tapi setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya tidak jadi. Pukulan tangan yang dilambari Aji Brajamesti dirasa sulit menembus pertahanan Pendekar Topeng Waja. Pedang tipis yang selalu berputar mengelilingi tubuh Pendekar Topeng Waja, menjadi benteng kokoh yang hampir-hampir mustahil untuk ditembus. Dan Pendekar Topeng Waja juga semakin mempergencar serangannya, membuat Raden Mas Said semakin terdesak.

Bila tidak segera diambil langkah, keadaan akan semakin sulit.

Mulat sariro hangrasa wani (berani mawas diri).

Itulah baris pertama puisi yang tadi ditulis oleh Raden Mas Said. Dia mulai melakukan evaluasi diri. Tenaga dalam dahsyat ada dalam dirinya. Ajian-ajian sakti ada dibadannya. Dua senjata pusaka sakti ada ditangannya. Keberanian bergemuruh di dadanya. Dan semua tidak akan berarti bila tidak dihidupkan oleh kecerdasan dan kecerdikan.  Dari tadi, kemana perginya kecerdasan dan kecerdikan. Mengapa dia tidak hadir dan menggelorakan bernyalanya potensi diri. Dengan banyaknya kekayaan yang tersemat dalam jati diri, tak ada alasan untuk kalah atau gagal. Dan setelah diamati lebih dalam, lawan bisa mendesak Raden Mas Said bukan karena dia sangat hebat, tapi karena dia cukup mengenal jurus-jurus Raden Mas Said. Siapakah gerangan dia ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun