Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mewaspadai Para Uncal di Ladang Pilkada

11 September 2020   10:36 Diperbarui: 18 Agustus 2022   12:32 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik Transaksional

Berkeliarannya para Uncal  di ladang pilkada tersebut, menandakan bahwa aksi  transaksi politik untuk pemenangan  pimpinan kepala daerah masih berlanjut hingga saat ini. Politik yang lebih dikenal sebagai "Politik Dagang Sapi" ini jelas-jelas tidak sehat.

Politik Dagang Sapi dapat diartikan sebagai bentuk pemufakatan politik diantara partai, bisa juga dilakukan oleh sebuah partai dengan pihak-pihak tertentu melakukan tawar-menawar atau konsensi-konsensi lainnya untuk memenuhi keinginan masing-masing pihak yang terlibat didalamnya (https://brainly.co.id-2017). 

Praktek pemanfaatan dana yang disediakan para kandidat dapat dikategorikan sebaga tindakan "money politic"  yang jelas sangat  tidak diperbolehkan oleh aturan perundangan-undangan yang mengaturnya. Karena implikasinya bisa berimbas pada pendidikan  politik masyarakat luas.

Larangan melakukan politik uang diatur dalam Pasal 523 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. 

"Peserta, tim kampanye, melakukan pemberian uang atau materi lainnya kepada pemilih, baik langsung maupun tidak langsung, itu ketentuan pidananya adalah 4 tahun dan denda Rp 48 juta (Ardito Ramadhan/ Ana Shofiana Syatiri - https://megapolitan.kompas.com/ 2019)

Saat ini, ditenggarai masyararakat luas itu telah mulai membiasakan diri menggunakan aspirasi politiknya hanya semata-mata  berdasarkan pemberian materil yang diberikan kandidat yang membutuhkan dukungannya itu. No money No Vote. 

Partisipasi publik untuk iklim demokrasi yang sehat kini  kelihatannya sudah mulai memudar. Ini sangat berbahaya. Karena kekuasaan akan dipegang oleh pemilik modal terbesar, tanpa memikirkan mau diapakan kondisi negeri ini setelah pemilu selesai.

Politik transaksional biasanya menyisakan banyak kekecewaan.  Kandidat yang kalah pertarungan akan berada di posisi sebagai "orang kena tipu". My stupid boss. 

Masih dibilang beruntung kalau pun kalah dan dananya terkuras banyak tapi masih punya asset perusahaan yang masih jadi  mesin penghasilannya. 

Coba kalau dananya pas-pasan. Hanya mengandalkan harta kekakayaan tak bergerak, tanpa memiliki asset perusahaan yang sedang berjalan baik, apalagi hanya mengandalkan pinjaman sana-sini atau kekayaan hasil pendapatan selama ia menjadi pimpinan birokrasi. Maka ujung-ujungnya sering berupa kejadian tragis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun