Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kamp Maut Unit 731, Bukti Jepang Pelopor Pembuat Senjata Biologis

11 Agustus 2020   21:13 Diperbarui: 8 September 2020   10:36 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percobaan lainnya. Para korban sering dijadikan sasaran semburan  senjata penyembur api, senjata kimia,  serta  bom. Organ-organ  tubuh para korban itu diambil saat mereka masih hidup, dalam keadaan terjaga, sehingga para peneliti dapat mengamatinya sebelum pembusukan mengubah keadaan mereka.

Hanya untuk mempelajari efek kehilangan darah, beberapa korban dipenggal lengannya. Kadang-kadang anggota badan yang dipenggal tersebut disambungkan kembali atau diletakkan di atas es dan dicairkan untuk mengamati sejauhmana pembusukan dan gangren terjadi. 

Korban lainnya dikurung di kamar gas yang berisi senjata kimia, atau ditempatkan di mesin sentrifugal raksasa yang berputar sampai mereka binasa. Para ilmuwan menggantung terbalik tubuh korban hingga tersedak sampai mati, lalu menyuntikkan udara ke dalam arteri atau air seni kuda ke dalam ginjalnya.

Penggunaan perang kuman secara luas di Jepang dimulai di Unit 731 ini. Para peneliti Jepang sebenarnya telah menemukan  patogen mematikan  yang dicarinya, namun mereka terus mencari cara-cara  baru untuk mendapatkan patogen yang bisa menyebabkan kematian yang penyebarannya lebih luas lagi.

Mereka berhasil dalam beberapa hal, seperti berhasil mengembangkan bom basil defoliasi dan bom kuman. Bom ini, sering kali terbuat dari porselen, karena porselen diangggap dapat  menahan kuman pembawa penyakit pes, antraks, tifus, serta disentri.

Bom kuman pernah dijatuhkan di beberapa wilayah Cina yang belum diduduki Jepang. Tujuannya untuk mencemari tanaman dan persediaan air. Atau juga penyebaran kuman tersebut dilakukan dengan cara memberikan permen yang terinfekasi kepada anak-anak. 


Setelah wabah menyebar,  para ilmuwan Jepang berpakaian  hazmat mendatangi kota-kota yang terinfeksi untuk memeriksa mayat, menguji hasil pekerjaan, serta  memperbaikinya. BBC memperkirakan antara tahun 1938-1945, senjata biologis ini telah menewaskan lebih dari 300.000 warga sipil.

Para ilmuwan Unit 731 tidak pernah kehabisan korban. "Selalu ada 2.000 atau 3.000 batang [orang] yang disiapkan. Ada dua tempat terbakar dan selalu ada mayat yang terbakar, "kata Shoichi Matsumoto, pilot pembom Unit 731.

Kematian di Unit 731 akibat senjata biologis, tidak pernah diungkap media massa. Kejahatan  yang sama dengan pembataian 'sang malaikatul maut"  Josef Mengele di Kamp Auschwitz, hingga kni belum pernah diungkap di ranah publik. Tidak ada Pengadilan Nuremberg. Para pelakunya tidak pernah diadili. Banyak dari mereka, termasuk komandan Unit 731, biang sadis Shiro Ishii, malah merasa terhormat  karena telah berjasa bagi kepentingan negaranya.

Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, pemerintah Amerika Serikat (AS) mendominasi urusan Jepang dan menemukan  bukti-bukti sejauh mana eksperimen manusia yang telah dilakukannya. Namun memasuki perang dingin antara AS dengan Uni Sovyet (Rusia), AS terpaksa harus melindungi Jepang yang telah menjadi sekutunya dari tuntutan Rusia. Maka kasus tersebut ditutupnya rapat-rapat.  

Para pejabat AS menawarkan kepada para ilmuwan Jepang yang bertanggung jawab atas proyek tersebut,  sebuah kesepakatan kekebalan dari penuntutan dengan imbalan harus menyerahkan semua data eksperimen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun