Mohon tunggu...
Dedi Ems
Dedi Ems Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Various organizations during school and college. highest position General Secretary of the Student Senate of the Faculty of Economics, Andalas University. working experience at BRI starting from staff until reaching twice as Head of BRI Branch (Padangpanjang and Sampang). And various Section Heads at Regional Offices and Inspection Offices in several BRI Regional Offices / Kanins.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Gara-gara Covid-19, Driver Online Jadi "ODP" dan Semakin Parah

2 April 2020   09:14 Diperbarui: 3 April 2020   01:29 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dampak kebijakan yang diambil terhadap perekonomi masyarakat belum menggembirakan. Kelancaran aktivitas ekonomi dan bisnis menjadi melambat.

Bahkan di beberapa sektor sudah cenderung stagnan, misalnya di sektor pariwisata. Indikator-indikator ekonomi memperlihatkan angka yang mengkhawatirkan. Salah satu indikatornya adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang semakin melemah.

Menjelang penutupan tahun 2019, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat. Sejak awal Desember hingga akan berganti tahun, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp 13.900 per USD hingga Rp 14.000 per USD (sumber OKefinance, Selasa 31 Desember 2019 jam 18.10).

Setelah virus Covid-19 merebak, nilai tukar rupiah ambles lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (30/3/2020), setelah membukukan penguatan tiga hari beruntun pada pekan lalu.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah ke Rp. 16.150/US$. Depresiasi rupiah membengkak hingga hingga ke Rp. 16.400/US$ (CNBC Indonesia, 30 Maret 2019 jam 17.19 WIB). 

Indikasi lain yang sederhana adalah naiknya harga barang gila-gilaan yang membuat Ibu-ibu di dapur pusing saat belanja kebutuhan rumah tangga di pasar tradisional.

Harga jahe biasa dan jahe merah masing-masing terpantau meroket hingga mencapai Rp 80 ribu dan Rp 90 ribu dari kondisi normal yang hanya Rp 30 ribu dan Rp 35 ribu per kilogram.

Masker yang tadinya tidak dilirik masyarakat, hand sanitizer dicuekin dan lain-lain, sekarang menjadi primadona. Sekarang harganya mencapai puluhan ribu. 

Naiknya permintaan berbagai kebutuhan ini juga karena kesadaran atau kepedulian masyarakat terhadap pola hidup sehat tiba-tiba meningkat gara-gara merebaknya Covid-19. Masyarakat berusaha secara maksimal untuk meningkatkan daya tubuh agar bisa menang berperang melawan Covid-19.

Karenanya, kenaikan harga barang-barang di pasar menjadi logis sebab permintaan jauh lebih tinggi dari penawaran. Berlaku hukum atau teori demand dan supply. 

Di satu sisi Alhamdulillah program social distancing atau physical distancing semakin diterima masyarkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun