Sungguh sayang seribu sayang, apa daya perjalanan hidup setiap insan manusia berbeda-beda. Terkadang prahara besar dalam rumah tangga, masih bisa terselamatkan. Ada yang berkata "jodohnya kuat" ada pula prahara atau problem kecil bisa berakibat fatal, hingga berujung perceraian." Jodohnya pendek" itulah asumsi perkataan zaman baheula. Semua kita kembalikan kepada daya nalar setiap insan menyikapi suatu problem atau masalah hidupnya, juga sejauh mana mereka mengatasi ujian hidup yang Allah subhanahu wata'ala berikan padanya.Â
Kita kembali kepada Key si phobia kecoak. Karena isterinya sudah tidak bersamanya lagi, akhirnya beberapa bulan kemudian ia menjual rumah kesayangannya untuk di belikan rumah baru dengan lantai tingkat tujuh. Bayangkan coba, oiya...ternyata ia membeli rumah susun. Sisanya ia tabung untuk menikah lagi kelak bersama istri pertama jika masih bisa rujuk kembali, dan isteri baru jika masih ada jodoh lagi, timpalnya.
Setahun telah berjalan ia aman dari pengintaian kecoak, namun setelah itu, tidak di duga, ketika ia akan membersihkan kolong tempat tidur di pertemukannya dengan binatang tersebut, yang membuat ia nyaris loncat lewat jendela. Untung saja teriakannya terdengar jelas oleh tetangga satu susunan itu. Hingga kecoak tersebut segera di pukul dan di buang ke klosed. Ternyata air liur kecoak tersebut, mengundang kecoak yang lain untuk datang, jika tidak segera di pel dan di semprot cairan pembunuh kuman.Â
Seiring waktu berjalan syahdu tanpa malu-malu, kecoak kian kerap menghampiri perjalanan hidup Key. Ia pun lambat laun bisa mengatasi phobianya, terlebih jika ia selalu ingat akan nasihat teman-temannya. Bahwa ia telah berpisah dengan isterinya gegara kecoak. Jika cemas dan takut berlebih terus, mau sampai kapan ia bisa berumah tangga kembali, ujar temannya.Â