Dengan menghidupkan pemikiran ini, pendidikan Islam mampu membangun jembatan antara tradisi klasik dengan kebutuhan kontemporer.
Tantangan dan Jalan Baru
Globalisasi dan Identitas
Tantangan terbesar adalah bagaimana pendidikan Islam tidak larut dalam arus homogenisasi global, tapi juga tidak menutup diri. Jalan keluarnya adalah pendidikan dialogis: terbuka pada nilai universal seperti keadilan dan kemanusiaan, tapi tetap berakar pada Qur'an dan Sunnah.-
Krisis Kemanusiaan dan Lingkungan
Konflik, ketidakadilan, dan krisis iklim memerlukan etika baru. Pendidikan Islam bisa menawarkan paradigma rahmatan lil 'alamin, yaitu pendidikan yang membentuk generasi peduli lingkungan, anti-kekerasan, dan pro-keadilan sosial. Metodologi Multidisipliner
Untuk menjawab kompleksitas zaman, pendidikan Islam tidak bisa berjalan sendiri. Ia perlu memanfaatkan teori-teori modern dari psikologi, sosiologi, ekonomi, hingga teknologi informasi. Sinergi ini akan melahirkan model pendidikan Islam yang relevan, adaptif, dan solutif.Transformasi Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam harus bergerak dari sekadar hafalan menuju keterampilan berpikir kritis, literasi digital, kepedulian lingkungan, dan etika global. Filosofinya tetap Qur'ani, tetapi metodenya menyesuaikan kebutuhan abad ke-21.
Penutup: Saatnya Reposisi Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan Islam hari ini bukan sekadar warisan klasik, melainkan kompas untuk menghadapi masa depan. Dengan mengintegrasikan sains, spiritualitas, serta nilai keadilan sosial, pendidikan Islam bisa mencetak generasi cerdas intelektual, matang spiritual, dan berdaya guna sosial.
Inilah saatnya pendidikan Islam tampil bukan sebagai "alternatif", tetapi sebagai model pendidikan yang relevan untuk dunia modern.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI