Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Squid Game dan Realita Hutang

26 September 2021   13:35 Diperbarui: 28 September 2021   19:37 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi punya uang bisa lebih bahagia daripada tidak punya"

Sebagian dari teman-teman mungkin sudah menonton Drama Korea Squid Game. Sebuah film bergenre Drama Survival Korea yang sedang hits dan trending di Indonesia. Film ini bukan hanya trending di Indonesia, tapi juga di Amerika dan beberapa negara lainnya.

Film serial yang tayang dijaringan streaming Netflix ini bercerita tentang sekelompok orang yang putus asa karena terlilit hutang dan tidak memiliki harapan hidup, dan mereka sukarela bergabung dalam permainan ini dan memainkan permainan anak-anak yang berhadiah total 45,6 Miliar Won, atau sekitar Rp. 563 Miliar.  

Total ada 456 peserta yang mengikuti permainan ini. Bagi yang kalah akan tereliminasi dengan taruhan nyawa. Demi mendapatkan hadiah uang tunai yang besar, para pemain bahkan harus menggunakan strateginya sendiri, dengan cara apapun agar bisa masuk ke babak selanjutnya. 

Saya sih bukan pengamat film ya, dan sebenarnya juga tidak terlalu sering menonton drama korea, tapi saya penasaran karena film ini menjadi perbincangan dilini masa media sosial, akhirnya semalam saya putuskan habiskan 9 episode langsung.. sebegitu gabutnya ya :)

Ada yang menarik dari film ini dan ini sangat dekat dengan kehidupan kita, yaitu Hutang.

Seluruh pemain peserta Squid Game adalah mereka yang memiliki hutang, hutang ke rentenir atau ke bank, dan nilainya ratusan juta dan bahkan miliaran won. Mereka semua dalam titik keputusasaan, mereka bersedia lakukan apapun demi bisa terbebas dari hutang. 

Bayangan akan hadiah 45 miliar won menjadi motivasi mereka mati-matian bertanding dalam games ini. Meskipun pemenangnya hanya 1 orang, tapi semua orang memiliki harapan yang sama, yaitu pulang membawa uang tunai yang akan menyelesaikan masalah hidup mereka.

Semua orang pernah berhutang, termasuk saya, baik ke saudara, maupun ke bank, dan bahkan masih hidup dalam jeratan hutang. Saya sadar betul hutang itu sangat merendahkan derajat kita sebagai manusia, bagaimana tidak, ketika saat cicilan tiba dan uang tidak siap ditangan, reaksi kimia tubuh kita berubah. 

Perut terasa mual, kepala terasa berat, jantung berdebar-debar. Ada telepon masuk langsung berpikir tagihan, ada motor berhenti di depan pintu, deg-deg an.. ah jangan-jangan itu debt collector.. dan terus seperti itu.. Pikiran negatif mulai muncul, lihat tetangga ngobrol langsung suudzon, jangan-jangan lagi ngegosipin saya nih..

Itulah mengapa saat datang kesempatan untuk bisa melunasi hutang dengan cara cepat dan menurut kita mudah, kita langsung cuss tancap gas.. langsung gercep.. ada dorongan ingin menjadi manusia yang bebas dari hutang. 

Hutang adalah hasil dari konsekuensi tindakan dan emosi yang kita putuskan. Artinya hutang adalah bentuk pertanggungjawaban atas sesuatu yang kita putuskan diawal, apakah itu berupa keinginan memiliki rumah, mobil, atau lainnya. Saat kita mengesampingkan akal dan logika, dan mementingkan emosi mengendalikan hasrat maka konsekuensinya adalah hutang.

Mengapa saat berhutang kita tidak pernah terpikir suatu saat nanti hutang itu akan menjadi batu sandungan paling besar? karena rata-rata dari kita tidak terbayangkan sejauh itu. Bayangan bisa memiliki barang yang kita inginan dan membawanya pulang dengan segera membutakan asumsi itu. 

Kita pasti berpikir "ah bisa lah sebulan sisihkan 4 juta..", yang dimana kita belum merasakan pengeluaran 4 juta perbulan itu akan terasa berat ketika pengeluaran lainnya sama besarnya atau parahnya lagi tidak ada dananya. Dan itulah yang terjadi dengan saya, yang tanpa saya sadari porsi hutang dan pendapatan sudah tidak seimbang.

Lalu maksudnya mas ngajarin kita? ngelarang kita berhutang? 
Ndak, saya gak melarang teman-teman hutang, saya hanya mewanti-wanti, bahwa hutang itu menjadi penganggu tidur sejati, hutang menjadi penyebab kita sering bengong/ melamun, dan gak fokus, sering marah-marah, muka ketus, jerawat timbul, muka bintik-bintik, dikit-dikit mulut asam, dikit-dikit pengin masak kopi atau merokok, lalu duduk depan teras sambil berkhayal akan tiba-tiba ada yang datang kasih kartu nama dengan nomor telepon untuk ikut permainan Squid Game.

Yang mampu mengukur kepantasan kita berhutang bukan orang lain, itu adalah ranah kita, hak kita. Berhutang boleh, asalkan rasio logika kita dimainkan, ada hitung-hitungan yang matang. Terlena akan barang idaman boleh-boleh saja, tapi juga ukur diri dan kemampuan. Karena sering sekali kemauan memiliki barang itu mengalahkan kemampuan bayar.

Dan buat teman-teman yang terbebas dari hutang, selamat! Anda sudah di track yang tepat.
Namun tetap waspada, karena salah satu sifat hutang adalah menggoda, ya dia akan menggoda anda lagi untuk masuk ke lingkarannya. 

Udah ah saya mau jalan-jalan ke Stasiun siapa tau ketemu aktor Gong Yoo yang lagi cari pemain tambahan di Squid Game

@deddywijaya57

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun