Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas Indonesia U-23 Kalah dari Australia, tapi...

27 Oktober 2021   00:41 Diperbarui: 27 Oktober 2021   17:32 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain timnas Indonesia U-23, Bagus Kahfi, dihadang 2 pemain timnas Australia saat bertanding di laga Kualifikasi Piala Asia U23 2022 di Tajikistan pada Selasa (26/10/2021). Sumber: PSSI via Kompas.com

Tim nasional Indonesia U-23 sudah menjalani laga pertama babak Kualifikasi Piala Asia U-23 2022 melawan satu-satunya lawan di grup G, yaitu Australia. Asnawi Mangkualam dkk. bertindak terlebih dahulu sebagai tim tuan rumah meski laga digelar di Tajikistan (26/10).

Awal babak pertama berjalan sangat mendebarkan bagi tim asuhan Shin Tae-yong, karena Australia langsung memberi tekanan ke pertahanan Indonesia sejak menit pertama. Bahkan, di menit ke-5, Australia mendapatkan penalti.

Beruntung, Ernando Ari Sutaryadi berhasil mengantisipasi arah bola dan eksekusi Patrick Wood gagal menjadi gol pembuka. Meski begitu, Australia tidak menurunkan intensitas serangan ke pertahanan Indonesia.

Ernando pun dipaksa jatuh-bangun untuk mengantisipasi serangan lawan yang berhasil lolos dari kawalan Rizky Ridho dan kawan-kawan. Berkat Ernando--tanpa mendiskreditkan para pemain bertahan, gawang Indonesia bisa bersih sampai babak pertama usai.

Babak kedua seperti menjadi rencana permainan ulang bagi Australia. Bedanya, jika di babak pertama mereka masih kurang beruntung, kali ini mereka lebih beruntung.

Itu bisa dibuktikan dengan gol yang tercipta lewat sundulan akurat Marc Tokich, memanfaatkan eksekusi tendangan bebas yang dilakukan Lachlan Brook. Beberapa menit kemudian, Australia berhasil menggandakan keunggulan menjadi 0-2, setelah Patrick Wood membayar kegagalan eksekusi penaltinya di babak pertama.

Meski tertinggal 0-2, rupanya timnas kita tidak pantang menyerah. Mereka mulai keluar menyerang, dan beruntung gol yang dicari pun tercipta. Tendangan dari luar kotak penalti yang dilakukan Witan Sulaeman berhasil membuat kiper Australia tak berdaya.

Skor 1-2 membuka asa bagi timnas Indonesia untuk menghindar dari kekalahan sekaligus sedikit meringankan beban untuk laga kedua nanti. Namun, harapan ideal itu buyar, setelah Jacob Italiano sukses membuat gol ketiga bagi Australia.

Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Australia U-23 di laga pertama (26/10) kualifikasi Piala Asia U-23 2022. Sumber: Dokumentasi PSSI
Indonesia U-23 harus mengakui keunggulan Australia U-23 di laga pertama (26/10) kualifikasi Piala Asia U-23 2022. Sumber: Dokumentasi PSSI

Sekali lagi, Asnawi dkk. tidak menunjukkan langkah gontai menjelang 10 menit akhir pertandingan. Mereka makin menggempur pertahanan Australia, dan Taufik Hidayat yang masuk sebagai pemain pengganti, sukses mencetak gol setelah memanfaatkan peluang dari Gunansar Mandowen.

Indonesia, 2, Australia, 3. Meski akhirnya gagal menambah gol, skor akhir 2-3 cukup menggambarkan bahwa kualitas Indonesia tidak terlalu jauh dari Australia.

Hanya saja, kita tentu akan melihat bahwa timnas kita kalah karena ada faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebabnya. Apa saja?

Pertama, kekalahan kita berawal dari dominasi permainan timnas Australia. Sepertinya, Australia tahu bahwa jika bola dibiarkan untuk dikuasai Indonesia, itu artinya bahaya besar bagi pertahanan mereka.

Tentu, faktor ini bukan bualan, karena pada kenyataannya, Indonesia bisa mencetak dua gol ke gawang Nicholas  Suman. Artinya, kunci untuk mengalahkan Indonesia adalah membatasi ruang kreasi para pemain Indonesia. Itulah yang dilakukan anak asuh Trevor Morgan.

Kedua, kualitas permainan kolektif Australia menjadi kunci dalam mengobrak-abrik pertahanan Indonesia. Pertahanan Indonesia masih terlihat kurang rapat dan kurang bagus kerja samanya. Terutama, dalam melakukan penjagaan pemain tanpa bola.

Permasalahan klasik pada pertahanan Indonesia dalam hal "bengong" saat terjadi bola lambung di dalam kotak penalti pun sempat terjadi. Dan nahasnya, langsung berbuah gol pertama bagi Australia.

Beruntung, setelah itu, pemain Indonesia mulai terlihat bisa mengantisipasi duel bola atas, terutama yang dilakukan Rizky Ridho. Sebenarnya, tanpa memenangkan duel bola atas namun diganti dengan ketatnya pengawalan tanpa bola dan sama-sama melompat di udara, itu bisa membuat lawan tidak bisa leluasa dan bisa fokus mengarahkan bola ke gawang.

Jika pola bertahannya begitu, maka Ernando tidak harus mengambil tanggung jawab berduel di udara dengan segera keluar dari bawah mistar untuk menjemput bola. Karena, keputusan krusial itu harus dilakukan kiper dengan garansi, bahwa dia dapat memenangkan duel dan tepat dalam menebak arah bola.

Apakah kemudian kita menyayangkan ketiadaan Elkan Baggot?

Bisa jadi.

Tetapi, tim yang tidak punya banyak pemain tinggi seperti Barcelona di era Pep Guardiola, nyatanya tidak terdengar di Eropa sebagai tim yang mudah dibobol lewat bola lambung. Justru, tim yang selalu 'keder' dengan situasi bola mati adalah Arsenal, yang padahal tidak punya kekurangan jumlah pemain berpostur tinggi.

Silakan intip deretan catatan ini: Tirto.id (2018), Kompas.com (2010), Detik.com (2015), Mediaindonesia.com (2020).

Ketiga, Indonesia kesulitan melakukan transisi dalam membangun serangan balik. Beberapa momen serangan balik Indonesia patah, karena satu pemain berhasil menguasai bola tetapi rekannya terlambat maju dan membuka ruang.

Sebenarnya, gambaran ini sudah tercium sejak laga timnas Indonesia senior melawan China Taipei di pra-kualifikasi Piala Asia 2023. Meski timnasnya berbeda, ternyata permasalahannya cenderung menular di tim junior.

Mereka yang dipaksa bermain bertahan oleh Australia, nyatanya tidak fasih untuk menerapkan strategi serangan balik. Justru, Australia-lah yang sebenarnya tampil sebagai tim yang menguasai bola, ternyata bisa menerapkan serangan balik berbahaya ke pertahanan Indonesia.

Seandainya, Indonesia bisa melakukan transisi dari bertahan ke menyerang yang bagus, tentu mereka tidak akan kesulitan untuk mencetak gol selain harus mengurung pertahanan lawan terlebih dahulu. Karena, dengan cara itu, timnas kita juga bisa dipukul dengan serangan balik yang berbahaya.

Baca juga: Catatan Penting di Balik Kemenangan Perdana Timnas Indonesia

Tiga faktor yang bisa ditangkap secara sederhana ini tentu akan menjadi evaluasi bagi timnas selain detail-detail lain yang bisa mereka tangkap di pertandingan ini. Meskipun, di laga ini mereka kalah, sebenarnya timnas kita masih punya faktor penentu untuk mengubah keadaan di laga kedua.

Faktor itu adalah kerja keras dan semangat tingkat tinggi untuk mencetak gol. Sejauh ini, timnas kita baik senior dan kelompok umur, sama-sama menunjukkan hal itu. Terutama di laga timnas U-23 ini.

Terlihat sekali bahwa para pemain Indonesia masih mampu bertarung habis-habisan menjelang pertandingan berakhir. Bahkan, mereka bertindak sebagai tim penyerang, bukan tim yang bermain bertahan.

Itulah kenapa, sekalipun timnas kita kalah, bahkan seandainya nanti gagal ke Piala Asia U-23 pun--semoga tidak terjadi, kita sebenarnya patut tetap mengapresiasi perubahan gaya bermain di timnas kita dari yang dulu ke sekarang.

Ini tentu bukan pujian setinggi langit, yang hanya muncul mengikuti euforia, melainkan apresiasi yang sesuai fakta di lapangan. Maka dari itu, kalau seandainya tim U-23 ini tersingkir oleh Australia, mereka sebenarnya punya prospek untuk di turnamen lain, seperti SEA Games 2021--mundur ke 2022--dan Asian Games 2022 yang juga memainkan tim U-23.

Artinya, kalau belum bisa kompetitif di Piala Asia, kita masih bisa mencoba kompetitif di turnamen lain, terutama SEA Games. Jika berdasarkan performa di laga ini, bisa saja timnas kita akan sangat kompetitif di level SEA Games.

Meski begitu, sebelum berangan-angan ke waktu yang jauh di depan, harapan terdekat kita adalah melawan Australia dengan lebih tangguh lagi di laga kedua pada 29 Oktober nanti. Jadi, selamat berjuang lagi, Indonesia!

Kami tetap semangat mendukung!

Malang, 26 Oktober 2021

Deddy Husein S.

---

Tersemat: CNNIndonesia.com 1 dan 2, Antaranews.com.

Terkait: CNNIndonesia.com, Indosport.com, Tirto.id.

Baca juga: Di Balik Kelolosan Indonesia ke Kualifikasi Piala Asia 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun