Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melupakan Isu Propaganda Kemerdekaan Lewat Lagu "Indonesia Raya"

17 Agustus 2021   19:13 Diperbarui: 17 Agustus 2021   19:17 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat bertandang pun, lagu "Indonesia Raya" tetap harus dinyanyikan dengan khidmat. Sumber: Dok. PSSI/via Kompas.com

Semakin tinggi pohon, semakin besar terpaan angin yang dia hadapi. Semakin banyak bacaan yang dijangkau seseorang, semakin banyak fakta dan kemungkinan-kemungkinan yang harus dia terima dan dia pikirkan.

Dulu, ketika saya bersekolah, bacaan saya 80 persen masih dari buku di sekolah. Saat itu, internet baru tumbuh di Indonesia, dan tentu saja bagi kalangan menengah-bawah akan lebih tertinggal lagi dalam menjangkau segala informasi yang beredar.

Pengetahuan pun malah berasal dari televisi, yang sebagian besar juga tidak penting amat, karena membahas kehidupan selebriti. Buat apa?

Namun, seiring berjalannya waktu, saya berhasil memperbaiki jangkauan saya terhadap informasi. Termasuk isu-isu tentang di balik kemerdekaan Indonesia.

Bahkan, tidak hanya seputar prakemerdekaan, yang melibatkan figur-figur penting seperti Bung Karno, Bung Hatta, Mohammad Yamin, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, dan sebagainya. Isu-isu tentang di balik kemerdekaan Indonesia juga menjangkau figur-figur era kerajaan di Nusantara.

Entah itu Hayam Wuruk, Sultan Agung, hingga Gajah Mada yang notabene dikenal dengan Sumpah Palapa.

Tentu, ada sisi baik dan buruk ketika saya mulai bisa menjangkau beragam informasi yang kemudian juga beragam sudut pandang. Sampai kemudian, muncul juga yang namanya propaganda kepahlawanan atau juga bisa disebut propaganda kemerdekaan.

Ilustrasi propaganda. Sumber: Solar22/via Kompas.com
Ilustrasi propaganda. Sumber: Solar22/via Kompas.com

Saya tentu masih dangkal tentang itu dibandingkan orang lain yang sudah mendapatkan asupan "nutrisi" lebih banyak. Saya juga cenderung menahan diri untuk tidak terlalu banyak menerima "nutrisi" jika ternyata tubuh (otak) saya belum waktunya membutuhkan itu, atau bisa juga disebut belum kuat.

Menurut saya, literasi seperti nutrisi. Kalau kurang dari kebutuhan, tidak baik. Kalau berlebihan juga tidak baik. Kok begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun