Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

MotoGP Qatar 2021 Berlangsung Sengit

29 Maret 2021   04:05 Diperbarui: 29 Maret 2021   07:45 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Start MotoGP Barwa Qatar 2021 | Gambar: Motogp.com

Fantastis! Kata yang seharusnya tepat untuk menggambarkan seri perdana MotoGP 2021, khususnya di kelas utama.

Kata fantastis merujuk pada pemandangan duel sengit yang tidak ada habisnya sejak awal hingga akhir. 

Secara detail, itu dapat ditandai sejak awal balapan, ketika para pembalap yang mengisi baris start depan tetap mampu memulai balapan di baris depan.

Pembalap seperti Fabio Quartararo dan Maverick Vinales bisa dikatakan tidak melawak di awal putaran. Dampak positifnya, mereka mampu menekan dominasi Ducati yang juga langsung mengisi baris terdepan.

Bahkan, pembalap rookie, Jorge Martin yang membela tim Pramac Ducati sempat mengisi posisi 4 besar. Artinya, di awal ada Francesco Bagnaia, Jack Miller, Johann Zarco, dan Jorge Martin. Ini sebuah pemandangan mengerikan bagi para rival.

Pemandangan awal balapan | Gambar: Motogp/via Transmedia
Pemandangan awal balapan | Gambar: Motogp/via Transmedia
Namun, Yamaha lewat duo Vinales-Quartararo berhasil memecah barisan merah tersebut. Perlahan nan pasti, Jorge Martin mulai tergusur oleh duo Yamaha.

Pada momen ini, Quartararo yang menjadi pendobrak. Ia juga yang mampu menggusur Jack Miller yang entah mengapa kali ini terlihat takberkutik.

Hanya saja, Quartararo seperti bertemu dengan pawangnya, yaitu Johann Zarco. Alih-alih mampu mendekati Zarco dan menyalipnya, Quartararo malah mulai kehilangan kecepatan dan tugas pendobrak akhirnya dijalankan oleh Vinales.

Seolah-olah memang sedang mendapatkan angin bagus, Vinales terus memangkas jarak dengan Zarco dan terus memepetnya. Akhirnya, upaya Vinales berhasil.

Vinales mengambil alih posisi Quartararo | Gambar: Motogp/via Transmedia
Vinales mengambil alih posisi Quartararo | Gambar: Motogp/via Transmedia
Zarco yang sebelumnya mampu menutup segala celah yang berusaha dimasuki Quartararo akhirnya menyerah dari Vinales yang terlihat lebih agresif. 

Namun, bukan faktor agresivitas saja yang membuat Vinales garang, tetapi dugaan kekuatan ban yang masih oke sepertinya sangat membantu Vinales.

Tugas Vinales kini adalah mengejar dan menggusur Bagnaia. Pembalap yang juga akrab dipanggil Pecco itu akhirnya juga gagal menghadang kengototan Vinales untuk masuk ke sisi dalam tikungan.

Vinales memimpin. Pemandangan yang bisa dikatakan jarang terlihat, karena sejak 2018 (tanpa 2020) pemimpin jalannya balapan Qatar biasanya Ducati atau Honda, bukan Yamaha. 

Yamaha memang tidak sepenuhnya kalah bersaing, hanya saja faktor kecepatan khususnya di lintasan lurus itu adalah momok Yamaha.

Namun, kali ini, Yamaha khususnya lewat Vinales seperti membuktikan bahwa tenaga mereka tidak sepenuhnya kalah dengan motor lain. Apalagi, dalam hal menaklukkan tikungan, mereka masih jago.

Vinales terlihat tidak gentar mengejar duo Ducati di trek lurus | Gambar: Motogp/via Transmedia
Vinales terlihat tidak gentar mengejar duo Ducati di trek lurus | Gambar: Motogp/via Transmedia
Itu kemudian dibuktikan dengan keberhasilan Vinales menjadi yang pertama melalui garis finis. Vinales menang di MotoGP Qatar lagi sejak 2017.

Menariknya, saat itu, situasinya bisa dikatakan nyaris mirip dengan sekarang. Pada musim 2017, Vinales pertama kali membela Yamaha yang kala itu masih bernama Yamaha Movistar.

Artinya, Vinales saat itu sedang memiliki kepercayaan diri tinggi dan ingin membuktikan bahwa dirinya memang pantas membela pabrikan besar seperti Yamaha. Itu juga mirip dengan sekarang, ketika dirinya kini resmi menjadi pembalap utama tanpa bayang-bayang Valentino Rossi.

Meskipun, musim lalu ia sudah ditunjuk sebagai patokan pengembangan motor, namun masih adanya Rossi di garasi yang sama tentu akan memengaruhi cara kerja tim. Ini yang diduga telah berbeda ketika musim 2021 Yamaha sudah menggeser Rossi ke tim satelit.

Visi Vinales diprediksi menjadi lebih didengar, meskipun di dekatnya ada Fabio Quartararo yang sempat membuat orang berdecak kagum pada awal musim lalu. Inilah yang seperti menjadi momentum bagus bagi Vinales untuk percaya diri terhadap kemampuannya.

Maverick Vinales meluapkan kebahagiaannya setelah berhasil menang di seri Barwa, Qatar 2021 | Gambar: Motogp/via Transmedia
Maverick Vinales meluapkan kebahagiaannya setelah berhasil menang di seri Barwa, Qatar 2021 | Gambar: Motogp/via Transmedia
Selain itu, kemenangan Vinales di seri perdana ini juga memberikan bantahan terhadap julukan 'not Sunday rider'. Julukan ini merujuk pada kebiasaan Vinales tampil cepat dalam latihan bebas (Jumat dan Sabtu) dan kualifikasi (Sabtu), namun melempem di balapan, yaitu pada hari Minggu.

Itu berkebalikan dengan mantan rekannya, Valentino Rossi. Rossi justru mampu tampil bagus saat balapan dibandingkan saat latihan bebas dan kualifikasi. Itulah sebabnya, Rossi sering disebut 'the Sunday rider'.

Tetapi, khusus pada balapan ini, Vinales bisa dikatakan tampil sempurna, alias mantab abis! Ia tidak tercecer saat start, yang mana itu adalah pemandangan khas Vinales dalam dua musim belakangan.

Perubahan itu yang membuatnya tidak terlalu kesulitan untuk mencatatkan progres selama balapan. Ia juga mampu memanfaatkan agresivitas Quartararo dalam memecah konsentrasi pembalap Ducati dengan terus membuntuti rekan setimnya.

Ketika El Diablo mulai terhadang oleh degradasi ban, giliran Vinales yang membuat tim Ducati sempat memegang kepala. 

Bagaimana tidak, mereka yang sempat terlihat perkasa di awal balapan justru mulai tergerus oleh motor-motor biru, Yamaha dan Suzuki.

Namun, Ducati patut bersyukur, bahwa mereka memiliki satu pembalap spesial yang bisa dikatakan menjadi pembalap terbaik setelah Vinales pada seri ini. Dia adalah Johann Zarco.

Zarco selalu berhasil mengisi posisi dua, baik saat balapan dipimpin Peco maupun Vinales | Gambar: Motogp/via Transmedia
Zarco selalu berhasil mengisi posisi dua, baik saat balapan dipimpin Peco maupun Vinales | Gambar: Motogp/via Transmedia
Pembalap bernomor 5 itu adalah pembalap Ducati paling konsisten sejak awal hingga akhir balapan. Sekalipun ia akhirnya didepak oleh Joan Mir di putaran terakhir, ia masih mampu menjaga jarak aman untuk kemungkinan dapat beradu cepat di trek lurus garis finis.

Zarco bisa disebut cerdas, karena dia tidak mengikuti tindakan Pecco yang terus menggeber motornya untuk berusaha membuat jarak. 

Justru, ketika Pecco terlalu agresif, ia terlihat mulai membiarkan Pecco di depan.

Keputusannya sempat terlihat salah atau mungkin penonton akan menganggap Zarco sudah kehabisan daya cengkeram terhadap bannya. 

Namun, apa yang dilakukan Zarco pada akhirnya mampu digunakan untuk bertarung sengit dengan Mir.

Zarco sedang dikejar Mir | Gambar: Twitter/MotoGP
Zarco sedang dikejar Mir | Gambar: Twitter/MotoGP
Si jago menikung itu memang kembali memperlihatkan jurus andalannya di seri ini. Ia seperti hobi menikung pembalap lain yang sedang berupaya mempertahankan podium, seperti yang pernah ia lakukan kepada Valentino Rossi di MotoGP San Misano 2020.

Mir sempat membuat Zarco hampir "hanya" akan memperoleh podium yang tersisa, yaitu posisi ketiga. Tetapi, kesialan justru menghampiri Mir di tikungan terakhir.

Peco sempat jadi korban Mir di tikungan | Gambar: Twitter/MotoGP
Peco sempat jadi korban Mir di tikungan | Gambar: Twitter/MotoGP
Ia terlalu melebar dan membuatnya harus mengatur ulang kecepatan untuk melahap garis finis. Sedangkan Zarco yang juga dibuntuti Pecco justru mampu melahap tikungan terakhir sebagaimana mestinya, hingga dapat melaju di trek lurus terakhir dengan maksimal.

Apa yang terjadi pada Zarco bisa dikatakan keberuntungan yang menghampiri akibat usaha dan kesabaran. Ia juga bisa dikatakan mampu membalap dengan rapi, meskipun daya cengkeram bannya terus merosot.

Ia terlihat lebih taktis dibandingkan pembalap Ducati lain, bahkan yang paling berpengalaman seperti Jack Miller. Zarco seperti sudah tahu bahwa motornya tidak bisa dipaksa untuk seperti motor Yamaha dan Suzuki yang memiliki akselerasi mulus di tikungan.

Itulah mengapa, ketika daya cengkeram bannya terdegradasi, ia masih tidak sesulit Pecco dan Miller. Bahkan, seandainya Mir tidak melakukan kesalahan, mungkin Zarco tetap bisa berupaya mengajak duel Mir lebih dramatis lagi di garis finis.

Momen dramatis duo Ducati yang berhasil salip Mir yang kalah cepat melintasi garis finis | Gambar: Twitter/MotoGP
Momen dramatis duo Ducati yang berhasil salip Mir yang kalah cepat melintasi garis finis | Gambar: Twitter/MotoGP
Jadi, kesengitan MotoGP kali ini bisa diperlihatkan oleh pencapaian Vinales juga Zarco. Mereka adalah pembalap yang mampu bertahan di antara gempuran pembalap lain yang sangat agresif di seri perdana 2021.

Semua ingin mengawali musim dengan hasil yang terbaik. Namun, yang juara tetaplah hanya satu. Dan itu dapat dicapai dengan strategi yang tepat, seperti Vinales, juga keuletan dalam menjaga kemampuan motornya sampai di titik-titik paling kritis seperti yang dialami Zarco.

Selamat buat Vinales dan Zarco! Selamat buat Yamaha yang kembali bersorak di awal musim. Semoga, mereka juga bisa bersorak di akhir musim.

Podium Barwa Qatar 2021, Vinales 1 (tengah), Zarco 2 (kiri), Peco 3 (kanan) | Gambar: Twitter/MotoGP
Podium Barwa Qatar 2021, Vinales 1 (tengah), Zarco 2 (kiri), Peco 3 (kanan) | Gambar: Twitter/MotoGP
Malang, 29 Maret 2021
Deddy Husein S.

Terkait: Motogp.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun