Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sweet Karma, Antara Ada dan Tiada

16 Februari 2021   20:55 Diperbarui: 23 Februari 2021   07:48 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keren, tapi hal-hal itu tidak harus saya ikuti dan saya sukai. Saya juga punya indikator tersendiri dalam menyukai suatu hal.

Salah satunya yang masih saya pegang sampai sekarang adalah saya lebih tertarik melihat ekspresi tokoh manusia daripada tokoh animasi. Saya juga sulit menggandrungi tokoh animasi, dibandingkan tokoh manusia.

Alasan lebih dalamnya adalah manusia--yang saya maksud pemerannya--sekalipun hebat pasti terlihat ada kekurangannya. Entah, fisik, ekspresi, atau pelafalannya. Namun, saya lebih mengapresiasi itu daripada tokoh animasi.

Menurut saya, tokoh animasi adalah rekaan ideal dari manusia. Saya tidak bisa membayangkan kalau di sekitar saya, semua sosok perempuannya seperti tokoh-tokoh di SAO. Makin meleleh pikiran saya setiap malam.

Itulah mengapa saya kurang bisa menalar orang-orang yang sangat menggandrungi tokoh-tokoh animasi. Sekalipun, saya juga secara pribadi menggandrungi Gundala bukan karena ada Abimana Aryasatya.

Sebelum ada Abimana sebagai Sancaka, saya sudah membayangkan bagaimana kalau ada sosok Gundala sungguhan di Indonesia. Pasti menarik!


Namun, ketika ada sosok "asli" seperti Abimana, saya menjadi terbantu dengan cara membayangkan kehadiran Gundala di Indonesia. Artinya, saya lebih suka hal-hal yang realistis sekalipun tidak sempurna.

Lalu, bagaimana dengan drakor?

Ini pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan pilihan ganda, 'mau menonton' atau 'tidak mau menonton'. Ini harus dijelaskan dulu, bahwa drakor di sini apakah aliran (genre) atau bentuk penyajian (serial/film)?

Kalau aliran, saya bisa bilang tidak. Sekali dalam 1-5 tahun mungkin pernah menonton, kalau memang saya berhasil menekan ego dengan rasa ingin tahu yang terlampau tinggi terkait tontonan itu.

Tetapi, kalau drakor merujuk pada sebutan lain dari kata serial, maka saya mau menonton. Karena, di sana terdapat banyak pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun