Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan di Malang Seawet Rindu

5 Januari 2021   23:46 Diperbarui: 5 Januari 2021   23:56 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sudah cukup lama tinggal di Malang. Kota yang identik dengan hawa dingin dan curah hujan yang menurut saya lebih intensif daripada kota asal saya. Di kota asal, hujan bisa dikatakan patuh dengan musimnya. Sedangkan di Malang, hujan terkadang juga muncul pada saat hitungan kalender musim sedang merujuk pada musim kemarau.

Saat ini--seperempat akhir tahun dan awal tahun--memang sedang musim penghujan, maka saya juga tidak terlalu mengeluh terkait hujan yang setiap hari mengisi daftar hadir. Bahkan, saya juga tidak mengumpati hujan meski ada satu baju saya yang terkena jamur, karena dua hari berturut sulit mendapatkan angin dan panas matahari.

Sepertinya, memang bajunya juga tidak seperti baju lainnya yang gampang kering walau hanya memanfaatkan terpaan angin. Sejak itu, saya pun mulai menyiasati mencuci pakaian pada pagi hari dan tidak berjumlah banyak--ini faktor kesediaan ruang menjemur juga. Paling banyak tiga pakaian yang saya cuci, dan memang harus setiap pagi hari mencuci.

Padahal, biasanya jika musim kemarau, saya mencucinya pada pukul 10 pagi dan pukul 1 siang--tidak sampai sore sekali--sudah kering. Sedangkan saat musim penghujan begini, saya harus sudah mencucinya paling lambat pukul 8 pagi.

Rentang waktu yang diharapkan untuk mengeringkan pakaian pun hanya sekitar 4 jam, karena selepas pukul 12 siang biasanya awan sudah mendung dan siap mengirimkan hujan. Pada sisi inilah saya sebenarnya baru mengeluh. Mengapa?

Karena, hujan di Malang tidak seperti di kota asal saya yang kalau datang langsung deras dan bikin saya lari tunggang-langgang untuk segera menyelamatkan jemuran, tetapi cepat reda. Bahkan, juga bisa kembali cerah.

Sedangkan di Malang berbeda. Datangnya seringkali pelan-pelan. Begitu pun saat sudah merata, curahnya tidak terlalu deras. Kalaupun sangat deras itu tidak lama. Tetapi, yang bikin saya tidak bisa kembali menjemur pakaian di tempat jemuran adalah rintik-rintiknya yang tidak akan berhenti pasca hujan.

Rintik-rintik itulah yang membuat hujan terasa sangat lama, dan tentunya menutup kemungkinan bagi cahaya matahari untuk kembali tampak terang. Jika sudah begitu, tidak ada harapan untuk menjemur kembali di tempat semula.

Harus segera mencuci pakaian sejak pagi biar bisa mendapatkan jatah panas matahari di musim penghujan. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Harus segera mencuci pakaian sejak pagi biar bisa mendapatkan jatah panas matahari di musim penghujan. Gambar: Dokumentasi Deddy HS
Bahkan, rintik-rintik hujan itu juga bisa bertahan sampai malam dan baru benar lenyap saat sudah melewati pukul 24 malam. Berarti, berapa jam hujan di Malang?

Betul. Nyaris dua belas jam!

Memang, kadang ada jedanya saat waktunya kaum muslim beribadah dan untuk kaum pengisi perut yang harus ke luar mencari warung dan gerobak makanan. Tetapi, tetap saja ada kalanya juga langit tetap rintik-rintik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun