Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menerka Penyebab Kegalauan Klub di Liga 1 2020

1 Agustus 2020   06:26 Diperbarui: 1 Agustus 2020   06:58 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liga 1 2020 akan restart, semua klub harus kembali mengencangkan sabuk. Gambar: Kompas.com/Suci Rahayu

Itulah mengapa pihak PT. LIB memusatkan gelaran Liga 1 ini di satu pulau, yaitu Jawa. Pilihan ini memang wajar diambil, karena Jawa memiliki lebih dari 4 stadion berstandar nasional dan internasional, maka daerah tersebut masih ideal untuk menjadi "host" Liga 1 2020.

Dengan pemusatan tempat penyelenggaraan itu, kekhawatiran terkait jadwal padat dan persiapan singkat seharusnya tidak lagi mengudara. Jadwal padat memang menjadi kelumrahan yang juga terjadi di sepak bola internasional.

Sedangkan untuk keluhan terkait persiapan singkat itu juga kurang tepat. Karena saat PT. LIB menggagas kelanjutan kompetisi, itu sudah ada di bulan 7, dan kompetisi akan "kick-off" bulan 10. Maka, ada 2 bulan lebih untuk persiapan.

Bagaimana dengan kompetisi di Eropa yang menargetkan bulan Mei-Juni restart, sedangkan persiapannya hanya 1 bulan saja. Mereka tetap bisa kok.

Memang, jika melihat bagaimana laga-laga awal Bundesliga saat restart, kita seperti melihat permainan semi-pro. Namun, mereka pasti akan meningkatkan standar permainannya ketika sudah berjalan beberapa pertandingan.

Para pelaku sepak bola pasti akan menemukan atmosfer kompetitifnya lagi. Itulah mengapa, persiapan 2 bulan--walau masih dalam kondisi ketidakpastian, tetaplah lebih cukup daripada hanya sebulanan.

Di awal musim 2020, Persipura terlihat langsung tancap gas, namun sayang kompetisi harus ditangguhkan (13/3/2020). Gambar: Kompas/Suci Rahayu
Di awal musim 2020, Persipura terlihat langsung tancap gas, namun sayang kompetisi harus ditangguhkan (13/3/2020). Gambar: Kompas/Suci Rahayu
Jika menyinggung tentang atmosfer kompetitif, penulis menyetujui pendapat dari pihak Persipura terkait tidak setujunya mereka dengan ketiadaan sistem degradasi di musim 2020 ini. Artinya, jika mereka tidak ingin bermain (walkout) pun tetap tidak akan terdegradasi.

Jika alasannya karena memanusiawikan ekonomi klub, maka seharusnya bukan dengan membiarkan ke-18 klub itu tetap bermain di Liga 1, melainkan membuat 18 klub itu bersaing untuk bertahan di Liga 1 2020 agar mendapatkan kompensasi yang lebih besar daripada kasta di bawahnya.

Aura kompetitif harus ada di setiap kompetisi, meski secara ekonomi sedang terlilit. Jika dicari formulasinya yang tepat, maka masih banyak cara untuk membuat kompetisi tetap seperti yang seharusnya; ada degradasi-promosi.

Sebenarnya langkah PT. LIB membuat satu daerah sebagai konsentrasi kompetisi sudah bagus. Upaya itu sudah membuat biaya operasional semua klub menjadi lebih terminimalisir. Ditambah jika PT. LIB memberikan kompensasi setiap posisi yang berbeda di akhir musim, maka mereka sudah pasti akan menerima, walau harus ada yang terdegradasi.

"Apakah klub yang terdegradasi di era pandemi akan menyalahkan pandemi dan kompetisi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun