Secara tersirat, dukungan terhadap keputusan Liga Pro Jupiler mulai terlihat. Kompetisi Belanda, Eredivise, akhirnya juga menuntaskan musim kompetisi. Hanya, mereka tidak memberikan gelar juara kepada tim penghuni puncak klasemen.
Tidak lama berselang, liga lain juga melakukannya. Ligue 1 (Prancis) mengakhiri musim dan memberikan gelar kepada Paris Saint Germain (PSG). Olympique Lyon dikabarkan protes, namun keputusan berakhirnya Ligue 1 musim 2019/20 membuat Belgia tak sendirian.
Melihat hal ini, UEFA pasti akan bersikap. Tidak menutup kemungkinan keputusannya akan berbeda atau termodifikasi dari sebelumnya. Lalu, apakah keputusan mengakhiri kompetisi akan diambil oleh kompetisi-kompetisi besar lainnya?
Sorotan tajam sebenarnya tidak ke Premier League, justru ke Serie A. Mengapa?
Karena, Serie A adalah kompetisi yang sakit duluan dibandingkan liga-liga di negara lain. Bahkan, penundaan pertandingan sudah terjadi di Serie A.
Begitu pula terkait keterlibatan di Eropa, Inter Milan salah satu klub Serie A yang langsung merasakan bermain tanpa penonton ketika melakoni lanjutan Liga Eropa. Milan memang sudah genting. Tetapi, UEFA masih bergeming untuk memberhentikan kompetisi.
Kompetisi Eropa baru benar-benar kacau ketika Premier League bergejolak. Laga Arsenal vs Manchester City ditunda karena sejumlah pihak dari Arsenal dikabarkan terjangkit corona.
Setali tiga uang dengan Premier League, Serie A akhirnya menunda seluruh pertandingan karena tersiar kabar bahwa pemain dari Juventus positif corona. Serie A resmi ditangguhkan.
Meski terlambat dan diduga menjadi dalang dari penyebaran ke negara lain, seperti saat Atalanta menjamu Valencia di San Siro dengan kehadiran suporter tuan rumah. Padahal Italia sudah resmi positif corona.
Tidak lama kemudian, terdengar kabar jika suporter Valencia terindikasi virus corona pasca pulang dari Italia. Kompetisi La Liga pun akhirnya segera berhenti.