Kabar bahagia sepertinya sedang menggema di publik Arab Saudi, khususnya bagi perempuannya. Mereka yang selama ini disebut-sebut berada di bawah dominasi laki-laki, semakin menunjukkan kebebasannya untuk berekspresi.
Tentu, bagi mereka yang Muslim, mereka tetap terlihat sesuai dengan aturan agamanya dan tentunya dengan budaya yang sudah mengakar kuat di sana. Namun, satu hal yang ingin mereka capai adalah keberadaan mereka di publik.
Memang, mereka selama ini tidak hidup sepenuhnya terkungkung. Namun dengan batasan tertentu, mereka cukup sulit untuk eksis di publik. Salah satu contohnya adalah kemandirian untuk bekerja maupun untuk berada di jalan, alias berkendara.
Baru sekitar 2017, pemerintah Arab Saudi mulai mengizinkan perempuan untuk mengendarai mobil, tepatnya pada September 2017. Secara berturut, para perempuan juga akhirnya dapat merasakan atmosfer bekerja, bekerja di bandara, hingga kemudian dapat menonton pertandingan sepak bola.
Tepatnya pada 12 Januari 2018 (Liputan6.com), perempuan di Arab Saudi dapat menonton pertandingan olahraga paling terkenal di dunia itu di King Fadh International Stadium.Â
Mereka akhirnya menjadi bagian dari dari para suporter bola yang dapat menyaksikan pertandingan-pertandingan klub besar di negeri King Salman tersebut.
Kini, momen itu kembali muncul dan semakin dapat dilihat oleh publik dunia. Karena, di Arab Saudi saat ini sedang digelar Piala Super Spanyol 2020 (9-12 Januari).Â
Turnamen ini sebenarnya merupakan pertandingan yang biasanya mempertemukan antara juara La Liga dengan juara Copa del Rey atau runner-up La Liga jika ternyata ada satu klub yang double winners di musim sebelumnya.
Namun, kali ini Piala Super Spanyol digelar dengan format yang berbeda dan mirip dengan turnamen Piala Dunia Antar Klub. Bedanya ini hanya diikuti klub asal Spanyol dengan melibatkan lebih dari dua klub, tepatnya empat klub (Bolatimes.com).
Yaitu, Barcelona sebagai kampiun La Liga 2019, Valencia sebagai kampiun Copa del Rey 2019, Real Madrid sebagai runner-up La Liga, dan Atletico Madrid sebagai penghuni tiga besar La Liga.
Awalnya, terjadi polemik dalam penyelenggaraannya. Selain soal tempat, polemik juga terjadi karena uang yang diberikan tidak merata kepada klub yang berpartisipasi.
Seperti halnya pada kebiasaan sepak bola Spanyol dalam memberikan uang hak siar di La Liga yang terkesan jomplang antara duo raksasa Spanyol (Barcelona dan Real Madrid) dengan semua klub di bawahnya.
Ternyata hal ini juga tetap terjadi di gelaran Piala Super Spanyol yang padahal seharusnya pembagian uang kontrak turnamennya (hadiah) berdasarkan siapa yang menang, runner-up, posisi ketiga, dan keempat.
Namun, di sini pembagiannya berdasarkan status nama besar klub tersebut. Ironis, namun itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Jadi, mau bagaimana lagi?
Terlepas dari sistem itu, ada satu hal lagi yang paling menarik dari tergelarnya Piala Super Spanyol ini, yaitu keberadaan penonton perempuan di tribun. Kabar yang paling mencolok tentu ketika partai pertama antara Real Madrid vs Valencia di King Abdullah Sport City Stadium, Jeddah (9/1).
Karena, mereka juga dapat lebih dekat dengan pemain-pemain dunia yang biasanya hanya dapat mereka ketahui di layar televisi -sekarang bisa streaming.
Karena ketika perempuan dapat masuk ke stadion, berarti anak atau keluarga juga akan aman di sana. Anak-anak yang ingin menonton pasti akan terasa nyaman dan aman ketika ada ibunya.
Toh, perempuan juga sudah tahu bagaimana cara untuk tetap berbudaya ala negaranya, dan tentu tetap berada dalam aturan agamanya yang dianut.Â
Sehingga dengan dipermudahnya akses mereka ke publik, mereka justru akan semakin dewasa dalam menentukan sikap terhadap negaranya seperti perempuan-perempuan di negara lain. Bahkan, sudah banyak perempuan di segala penjuru dunia yang eksis sebagai perempuan-perempuan berpengaruh.
Jadi, mengapa tidak untuk perempuan Arab Saudi? Bukankah mereka juga punya kapasitas untuk membuktikan diri
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Sebenarnya Indonesia dalam urusan ini bisa dikatakan selangkah di depan Arab Saudi. Semenjak tagline "Habis Gelap Terbitlah Terang" dari RA Kartini populer di masyarakat, Indonesia secara bertahap juga mulai mengakui kehebatan dan sumbangsih besar perempuan terhadap negara.
Bahkan, patut diingat bahwa tagline "TENGGELAMKAN" terdengar sangat powerfull meskipun diteriakkan oleh perempuan.
Artinya, perempuan juga punya kekuatan, punya kelebihan, dan tentunya perempuan juga punya kehormatan. Mereka sudah tidak lagi hanya berbicara soal kesempatan, melainkan keharusan.
Karena, kita adalah manusia. Semua punya kapasitas, punya peluang, dan punya hak untuk membuktikan diri dapat berperan untuk negara.
Semoga, dengan melihat fenomena yang ada di Arab Saudi, kita bisa belajar untuk melangkah lebih baik (visioner), lebih terbuka (kompetitif), karena kita sudah harus semakin dewasa (bijak dalam mengelola sistem).
Namun, kita tidak boleh melakukannya secara tergesa-gesa. Bertahap. Seperti yang Arab Saudi lakukan dalam memberikan kebebasan kepada perempuan untuk berekspresi.
Jadi, tetaplah tersenyum dan bahagia, perempuan!
Malang, 11 Januari 2020
Deddy Husein S.
Berita terkait:
Kompas.com 1, Panditfootball.com, Kompas.com 2, Bolasport.com, Tirto.id.