Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSM Memang Harus Juara Piala Indonesia 2018

6 Agustus 2019   21:06 Diperbarui: 6 Agustus 2019   21:15 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil akhir final leg 2 Piala Indonesia 2018. (Twitter.com/OfisialPialaIDN)

Kondisi ini dapat dicontohkan dengan lapangan yang kering ataupun dengan rumput yang lebih tinggi dari batas idealnya (biasanya disengaja oleh tim tuan rumah). Kondisi tersebut akan membuat para pemain tim tamu dengan gaya bermain luwes seperti Barcelona akan kesulitan dan dapat juga membuat pemain-pemain tamu mengalami cedera. Inilah yang membuat uji coba lapangan itu sangat diperlukan bagi tim tamu.

Faktor ketiga adalah kedalaman skuad. Ini seperti yang telah dikatakan begitu lugas oleh komentator Bung Ma'ruf El Rumi. Beliau mengatakan (kurang lebih) jika sebuah tim harus memiliki kedalaman skuad dan kekayaan taktik. Artinya, tim seperti Persija akan sulit menang di laga sepenting ini jika mereka tidak memiliki kedalaman skuad dan taktik-taktik yang sesuai dengan situasi terkini di lapangan.

Hal ini juga terjadi di beberapa pertandingan terakhir Persija, khususnya di Liga 1. Mereka begitu kesulitan untuk menang apalagi mampu menghadirkan permainan yang menarik. Permainan beberapa pemain andalannya terlihat tidak berada dalam performa yang bagus. Riko Simanjuntak yang mulai kembali labil, Andritany yang baru sembuh dari cedera, absen panjangnya Steven Paulle, hingga yang paling fatal adalah peran Bruno Matos yang semakin sulit diterka.

Bruno Matos yang baru hadir di persepakbolaan Indonesia awalnya terlihat cukup cepat nyetel dengan permainan Persija. Namun, ketika kursi kepelatihan Persija berpindah dari Ivan Kolev ke Julio Banuelos, permainan pemain tengah asal Brazil ini mulai menurun. Sentuhan dalam misi pelayananan kepada Marko Simic tak terlihat, begitu pula dalam penyelesaian akhir, tak ada gol yang mampu dilesakkan Matos ketika Persija sedang sangat membutuhkannya.

Ini yang membuat Persija tidak layak untuk juara Piala Indonesia 2018. Mereka sudah compang-camping di paruh pertama musim kompetisi di 2019 ini. Satu-satunya sektor yang masih mampu berbicara banyak adalah sektor penjaga gawang. Meski mereka sudah kebobolan 12 gol di Liga 1, namun tanpa Andritany dan Sahar, mungkin Persija sudah kebobolan lebih dari itu.

Faktor keempat adalah kekayaan taktik. Ini sebenarnya tersambung dengan faktor sebelumnya, karena dengan kedalaman skuad yang tak bagus maka taktik juga akan terpengaruh. Sebagai tim besar, seharusnya Persija memiliki keberanian untuk memasang target tinggi, meski mereka tidak sedang memiliki kedalaman skuad yang bagus.

Sebenarnya akan terbilang cukup naif jika Persija disebut tidak memiliki skuad bagus. Mereka sebenarnya memiliki dua penjaga gawang berpengalaman, empat-lima pemain bertahan yang berpengalaman juga, dan tentunya mereka memiliki kapasitas cukup bagus di sektor penyerangan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana jika pemain seperti Bruno Matos dan Riko Simanjuntak sedang tidak bermain maksimal?

Itulah yang menjadi kendala Persija. Ketika dua pemain itu tidak sedang padu dalam bermain kolektif, Persija tidak punya alternatif. Memang Persija masih memiliki Ramdani Lestaluhu. Namun ketika si pemain asal Maluku itu jarang fit, maka, Persija tidak punya pilihan. Mereka juga tidak punya keberanian untuk mengambil satu fokus ketika sedang tidak bermain bagus dalam sektor menyerang.

Memang Persija adalah tim besar, namun ketika mereka sedang tidak merasa bagus, seharusnya mereka berani mengambil keputusan untuk bermain lebih sabar membangun serangan. Mereka sah-sah saja menerapkan garis bertahan sedikit dalam. Sehingga, tim lawan akan terdikte dan terpancing oleh permainan Persija.

Hal ini yang tidak terlihat di Persija termasuk di final tersebut. Persija yang tidak tampil bagus dalam menyerang -ketika masih ada Riko dan Sandi Sute- ternyata tetap terburu-buru dalam membangun serangan yang pada akhirnya mudah untuk dipotong oleh PSM. Hasilnya, tempo permainan menjadi terpegang oleh PSM.

Inilah yang membuat tensi bagi pemain-pemain Persija sulit terkendali. Ada kemungkinan rasa cemas dan membuat pemain seperti Sandi Sute tidak bijak dalam memainkan perannya sebagai destroyer serangan lawan di babak pertama. Dia memang bertugas sebagai "penjagal" permainan lawan, namun seharusnya dia dapat lebih sabar menunggu momen yang krusial untuk mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun