Sebenarnya ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang halalbihalal di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso Tulungagung. Di situ saya menceritakan tentang agenda halalbihalal yang diadakan oleh pemerintah kabupaten (pemkab) Tulungagung dengan mempertemukan perangkat pemerintah di Tulungagung dengan warganya.
Saya pun berkesempatan untuk hadir, meski bisa dikatakan terlambat. Karena, sudah tidak begitu ramai situasi yang ada di dalam pendopo. Namun, justru ketidakramaian itu memberikan keleluasaan bagi saya untuk dapat mengeksplor area pendopo. Alias tidak hanya berada di dalam pendopo namun juga di sekelilingnya.
Jika kemarin saya mengunggah foto lapangan tenis yang berada di dalam area pendopo. Maka, di artikel ini saya akan menunjukkan sisi lain yang menarik di pendopo yang sekaligus sebagai rumah dinas bagi bupati Tulungagung tersebut. salah satu sisi lain yang saya sorot di sini adalah keberadaan 'apartemen' bagi burung-burung unik.
Di sini, saya dapat melihat beberapa jenis burung yang menghuni sebuah pekarangan yang dulu belum terpakai sedemikian rupa. Saya masih mengingatnya jika di tempat yang sama pada saat itu hanya menjadi pekarangan untuk melepas ayam kalkun ataupun burung-burung 'pejalan'. Sehingga di area ini masih hanya dijadikan sebagai tempat menumbuhkan rumput-rumput dan tanaman-tanaman yang hanya perlu dirawat dengan cara disiram dan dipotong (dipola/dibentuk).
Lagi-lagi ini terdengar biasa saja bagi orang yang tetap tinggal di kota kecil ini. Bahkan mungkin akan terdengar sok dramatis. Namun, dari sini saya dapat menemukan adanya inti dari apa yang saya tangkap di momen sesederhana ini. Yaitu, adanya hasil dari perjalanan waktu.
Perjalanan waktu yang berupa kehidupan itu pada akhirnya akan mewujud ke bentuk perkembangan dan perubahan, sekecil apapun itu, pasti akan seperti itu---development and changes. Area inilah (apartemen burung) yang memberikan contoh (miniatur) dari adanya perkembangan dan perubahan, meski di sini saya juga menyebutnya hanya merupakan bentuk dari alih fungsi ataupun pergeseran.
Adanya perubahan sederhana di area pendopo tersebut (dengan adanya apartemen burung), saya jadikan sebagai miniatur dalam melihat Indonesia.
Jika pendopo itu ibaratnya adalah Indonesia, maka, apa yang terjadi pada pendopo ini juga dapat menunjukkan pula bahwa Indonesia juga mengalaminya. Yaitu adanya perkembangan, perubahan, ataupun inovasi-inovasi tertentu yang berhasil terciptakan. Entah itu berupa bentuk yang sederhana ataupun yang sangat kompleks, yang terpenting hal itu pasti ada.
Jika kita melihat negeri saat ini dengan beberapa waktu lalu, maka, kita akan merasakan sesuatu yang menarik di sana. Yaitu perkembangan dan perubahan. Bahwa waktu yang terus berjalan dapat menghasilkan sesuatu yang berbeda, entah besar ataupun kecil. Inilah sebenarnya poin utama yang ingin saya sampaikan melalui artikel ini.
Ini yang sebenarnya perlu kita cermati bersama. Agar kita mulai mampu menilai adanya fungsi yang positif dari perjalanan waktu dan mensyukuri serta mengakui adanya peran penting dari masing-masing (manusia).
Dari momen di tempat ini pula, saya berpikir bahwa pada akhirnya kita akan selalu melihat sesuatu yang unik (berbeda) ketika kita lama tak berada di sana dalam waktu yang lama atau minimal kita jarang berkunjung di tempat yang sama. Hal ini tak bisa dipungkiri karena dewasa ini, kita sudah terlampau disibukkan dengan segala sesuatu yang lebih penting untuk mengejar waktu yang tak pernah beristirahat.
Saat berada di momen ini, saya menganggap bahwa Lebaran tahun ini, saya tidak akan perlu repot dengan pencanangan agenda yang rumit. Saya juga tidak terlalu mengharuskan adanya agenda yang sangat menyenangkan.
Karena, di momen perayaan kemenangan ini (entah kemenangan tentang apa) saya hanya ingin mensyukuri adanya usaha dari orang-orang yang ada di negeri ini---khususnya di Tulungagung---yang tetap berupaya memberikan perannya dalam mengembangkan, merubah, ataupun memberikan dampak perbedaan dari masa lalu ke masa kini.
Artinya, dengan bernostalgia, saya dapat berupaya membayangkan bagaimana peran orang-orang di negeri ini dan bagaimana pula cara yang tepat untuk menghargai jerih payah orang lain.
Karena dewasa ini, saya mulai kehilangan rasa menghargai atas sesama. Semua orang menganggap dirinya masing-masing paling pantas dibandingkan orang lain.
Padahal orang lain juga sama seperti dirinya. Sama-sama sebagai manusia yang akan menjalankan peran yang sama ketika berada di posisi yang sama.
Mungkin artikel ini terasa aneh untuk dibaca, karena, menghadirkan pembahasan tentang apartemen burung---yang ada di sudut kecil dari pendopo ini---untuk membahas tentang realitas di negeri ini. Namun melalui tulisan ini, saya hanya berniat berbagi pikiran bahwa menjalani Lebaran itu tidaklah harus semenyenangkan apa yang dianggap menyenangkan bagi orang lain. Cukup dengan bernostalgia, maka saya rasa momen Lebaran itu akan memberikan nilai kesakralannya di tengah hiruk-pikuk modernisasi (ke-glamour-an) yang tak terelakkan.
Tulungagung, 6-6-2019
Deddy Husein S.