Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bimbel Dapat Menentukan Masa Depan Anak?

12 April 2019   08:50 Diperbarui: 13 April 2019   10:40 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bimbel (Foto: www.quipper.com)

Tapi bisa jadi, bermain game secara berlebihan dapat menjadikan si anak seperti itu pula. Apalagi jika memikirkan atau membandingkan bahwa bermain game lebih nyaman daripada belajar matematika, bukan?

Namun, ada beberapa hal yang dapat diperoleh dari bermain game. Kekalahan.

Kekalahan dalam bermain game akan memicu upaya bagi si anak untuk survive. Artinya, si anak akan mulai terbiasa untuk belajar dari kekalahan. Ya, mempelajari suatu hal di dalam game pada akhirnya dapat dijadikan simulasi bagi si anak ketika dia sudah tumbuh dewasa dan menghadapi problematika kehidupan. Artinya, membiasakan diri untuk belajar dan survive di dalam bermain game dapat menjadi pondasi dalam membentuk karakter (kuat) di dalam kehidupan yang sebenarnya.

Selain itu, kekalahan juga menjadi terapi emosi. Karakter meledak-ledak si anak tentu perlu dihadapkan pada kekecewaan dan jatuh. Ibaratnya saat belajar menaiki sepeda dan jatuh, maka, satu hal yang harus dilakukan oleh si anak adalah mencobanya lagi ketika sudah sembuh. 

Artinya, pada saat dia menangis dan sedih, saat itu harus ditekankan pada upaya untuk sabar dan mencobanya lagi ketika sudah mampu untuk melakukannya lagi. Dari situlah, si anak perlahan namun pasti akan tahu caranya untuk menghadapi kehidupan yang biasanya jauh dari ekspektasi. Hehehe...

Berbicara soal emosionalitas juga tidak bisa lepas dari penanaman spiritualitas dari orangtua dan keluarga. Keterlibatan lingkungan sosial juga dapat membentuk spiritualitas si anak, dan itu penting untuk diraih oleh anak dan tanpa perlu adanya tekanan yang berlebih---contohnya dengan patokan nilai. Lepaskan anak untuk mempelajari dunia spiritualitas untuk menemukan jati diri dan cara terbaik untuk menghadapi permasalahannya. 

Salah satunya adalah permasalahan bullying/perundungan. Hal ini tidak atau jarang didapatkan di sekolah---cara untuk mengatasi perundungan. Maka, perlu dicarikan di luar sekolah, dan itu harus berada di jam-jam yang masih ideal. Saat sore menjelang petang adalah waktu yang bagus untuk memberikan waktu bagi anak untuk melakukan pencariannya terhadap spiritualitas.

Selain itu, ada perihal keberanian. Keberanian ini bukan keberanian untuk mengambil resiko. Melainkan, keberanian untuk berinteraksi. Dewasa ini, semakin sulit melihat anak untuk berani keluar rumah. Selain karena adanya ketakutan untuk diculik, juga karena merasa takut untuk menghadapi permasalahan. Salah satunya adalah perundungan.

Perundungan seolah-olah menjadi momok dan ketakutan bagi anak dan pada akhirnya si anak tidak berani keluar rumah. Padahal perundungan akan semakin menebal ketika si anak tidak berani "menampakkan" dirinya. Apakah Anda tahu bagaimana caranya untuk menang dalam pertarungan tinju?

Memukul balik lawan, bukan hanya menghindar saja. Itulah yang harusnya terjadi dalam menghadapi perundungan. Untuk itu, jangan terlalu sering belajar. Keluar. Main-main di warnet, bersama teman, ngopi, PS-an, dan lainnya. Dengan begitu, keberanian si anak akan terlatih dan itu akan membangun mentalitas dalam menghadapi kehidupan yang keras. Hidup itu keras, nak! Hehehe...

Lalu, sampailah pada poin ketiga. Yaitu, pentingnya waktu yang cukup bagi anak untuk terbiasa berada di jangkauan interaksi dengan orangtua. Hal ini cukup penting. Karena, meningkatnya tingkat kenakalan remaja bukan hanya karena si anak bodoh atau tidak diajari tata-krama oleh orangtuanya, namun kurangnya waktu untuk berkomunikasi antara orangtua dan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun