Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Ilmu Menulis Kreatif dan Bermanfaat bersama Komalku Raya

10 Februari 2019   20:05 Diperbarui: 10 Februari 2019   20:32 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Ning Evi Ghozaly membuka sesinya (walau pada akhirnya di-twist dengan pemateri yang lain). Sumber gambar: dok.pri (Deddy Husein S.)

7. Di poin ini juga merupakan penyambungan dari poin sebelumnya. Kita diberikan bukti betapa pentingnya tulisan, peran penulis, dan bagaimana upaya kita untuk dapat menjaga warisan pengetahuan dan pengalaman melalui informasi yang tertulis.

8. Informasi yang tertulis juga untuk memastikan validitas informasi itu. Sekaligus menjadikan alasan yang kuat terhadap sulitnya menulis. Yaitu, jaminan kualitas tulisan, objeknya, hingga penulisnya. Melalui tulisan, kita mulai dibiasakan untuk bertanggungjawab terhadap apa yang sudah kita sampaikan kepada orang lain. Karena, tulisan dapat tetap dibaca orang lain, meski penulisnya sudah mati.

Sehingga, menjadi seorang penulis juga pada akhirnya menjadi orang yang harus menjaga dirinya untuk tidak sembarangan dalam menyebar-luaskan informasi. Jika, dulu, mulut/lidah adalah yang harus dijaga setiap kata-kata yang dikeluarkan. Maka, saat ini, tangan dan jari-jemari kita perlu dijaga untuk dapat menulis dengan benar dan baik.

9. Menyelesaikan misi itu penting. Salah satunya adalah membaca. Karena, dengan proses yang tuntas sampai akhir, maka, informasi yang kita dapatkan akan 100% utuh. Sehingga, jika ada yang masih sering salah paham terhadap tulisan orang lain. Bisa diketahui bahwa orang itu belum menyelesaikan bacaannya terhadap tulisan tersebut.

Hal ini tak hanya berlaku dalam membaca buku, namun juga membaca segala tulisan yang saat ini sudah tersebar di mana saja. Ambil contoh, sebuah meme yang sering muncul dengan gambar sebuah sampul buku yang bertuliskan "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat". Banyak yang menafsirkan bahwa seni itu lahir untuk membuat kita tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita. 

Padahal, jika kita membaca buku tersebut, kita akan menemukan kiat-kiat untuk menghadapi segala problematika kehidupan dengan sudut pandang orang yang mencintai seni. Salah satunya, belajar bertanggung jawab terhadap segala hal yang sudah diberikan kepada kita. Artinya, ketahuilah informasi itu secara utuh, tidak sepotong-sepotong.


Hal ini juga berlaku bagi kita yang mungkin mencintai bidang kepenulisan. Menulislah sampai tuntas. Sebelum tulisan tersebut terlanjur mendapatkan multitafsir yang kemudian malah jauh dari maksud dari tulisan tersebut. Kecuali, jika kita menulis tentang karya seni yang mengusung gaya absurditas---bermakna. Maka, penafsiran akan bergantung pada seberapa mampu pembacanya untuk memaknai tulisan tersebut. Artinya, boleh beda tafsir.

10. Banyak orang yang gagal dalam menulis, karena, tidak mampu untuk bertahan dan mengembangkan dirinya untuk dapat menjadi seorang penulis yang seperti yang dia lihat terhadap orang lain. Menjadi seorang penulis bukan suatu yang gampang. Ibaratnya, ketika hendak menulis surat cinta, maka, kita haruslah jatuh cinta terlebih dahulu dengan yang akan kita kirimi surat cinta itu. Jika tidak, bagaimana kita bisa menulis surat berisi kata-kata indah dan berupaya untuk meyakinkan yang dituju untuk menerima cinta kita?

Selain itu, menulis perlu keberlanjutan. Tanpa itu, mustahil untuk dapat menjadi penulis, apalagi yang baik. Seperti bidang lainnya yang perlu keberlanjutan untuk terus dilakukan. Maka, menulis juga membutuhkan hal itu. Selain itu, perlu ada keyakinan bahwa diri kita bisa menulis dan kemudian tulisan kita akan menjadi hal yang penting untuk dibaca orang lain. Dari sanalah, cikal bakal tumbuhnya penulis yang bakal eksis sebagai penulis sampai mati. Tanpa keyakinan yang kuat, kita akan mudah berhenti dalam melakukan segala sesuatu, termasuk menulis.

11. Semakin banyaknya media penampung tulisan, maka, semakin banyak orang yang menulis. Namun, belum tentu, mereka yang menulis adalah orang yang mampu menggaransi tulisannya sebagai tulisan yang baik dan bermanfaat. Baik di sini adalah adanya bukti yang dapat dipertanggungjawabkan bersama tulisan tersebut. Contohnya, tulisan jurnalis/reportasi. Maka, diperlukan adanya fakta di lapangan untuk dapat disampaikan melalui tulisan tersebut.

Tulisan yang kita tulis juga seharusnya memberikan manfaat kepada pembaca. Agar, mereka tidak merasa sia-sia untuk membaca tulisan kita. Manfaat yang disisipkan ke tulisan kita juga pada akhirnya akan memberikan pengaruh yang positif. Sehingga, mereka tidak hanya sekadar tahu tapi juga menguji kebenarannya dengan mempraktikkannya. Jika benar, maka, mereka yang membaca tulisan kita akan menjadi pihak yang pertama kali mengakui hasil karya kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun