Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Ilmu Menulis Kreatif dan Bermanfaat bersama Komalku Raya

10 Februari 2019   20:05 Diperbarui: 10 Februari 2019   20:32 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Ning Evi Ghozaly membuka sesinya (walau pada akhirnya di-twist dengan pemateri yang lain). Sumber gambar: dok.pri (Deddy Husein S.)

2. Menguasai banyak bahasa negara (nation-language), atau mampu berkomunikasi (tulis-lisan) dengan bahasa asing juga adalah nilai tambah yang bagus dan berguna bagi seorang penulis. Mengapa? Karena, informasi itu dapat tersampaikan melalui banyak bahasa. Sehingga, untuk dapat mengetahui informasi sebanyak-banyaknya, akan sangat perlu untuk memiliki kemampuan dalam berbahasa. Artinya, menjadi penulis tidak hanya berupaya bersikap nasionalis dengan menjaga kemampuannya berbahasa negaranya sendiri, namun, juga diperlukan kemampuan dalam berbahasa asing. Minimal bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional yang pasti digunakan oleh banyak orang di Bumi.

Jangan takut dicap tidak nasionalis atau mencintai negeri sendiri ketika mampu berkomunikasi dengan bahasa asing. Namun, berkomunikasilah dengan waktu dan tempat yang tepat. Agar tidak mendapatkan penilaian negatif dari orang lain.

3. Salah satu perilaku manusia yang tidak pernah atau tidak perlu dipelajari, adalah meniru. Meniru adalah tindakan yang secara alamiah dilakukan oleh manusia, bahkan hewan juga melakukannya.  Artinya, tidak perlu gengsi atau takut untuk meniru orang lain. Selama itu adalah hal yang positif dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, kenapa tidak?

Termasuk meniru dalam hal menulis. Sudah banyak tulisan yang terlahir karena terinspirasi maupun mencoba meniru gaya menulis orang lain, dan itu bukanlah hal yang buruk (tidak perlu takut untuk mengakuinya). Asalkan tahap meniru itu harus dibarengi dengan cara berinovasi. Tahap meniru dan berinovasi ini pada akhirnya menjadi jembatan untuk menuju tahap berkreasi. Karena membuat sesuatu, perlu berkali-kali berbuat sesuatu yang sama, dengan berbagai upaya. Termasuk meniru, mengubah, hingga melahirkan hal yang baru.

Poin ketiga ini bagi penulis sangat perlu diperhatikan dan diingat. Karena, tahap meniru dalam menulis juga menjadi langkah penting yang menjadi bukti bahwa kita sudah belajar sebelum bertindak. Belajar meniru tulisan orang lain juga bukanlah hal mudah. Perlu pemahaman yang nyaris 100% sama dengan penulis tersebut dan itu bukan sesuatu yang gampang.

4. Baik muslim ataupun non muslim, meneladani intelektualitas dari orang muslim juga bukanlah hal yang tabu. Contohnya, sosok Imam Syafi'i. Di sini, kita diperlihatkan bagaimana upaya mulia dari Imam Syafi'i untuk dapat mengabadikan dan menyebarkan ajaran agama maupun budaya dari yang diajarkan oleh Muhammad SAW dan sahabat. Bersama Imam Syafi'i, kita bisa melihat bahwa ajaran yang baik adalah ajaran yang dapat terabadikan dan dipertanggungjawabkan di kemudian hari, dan itulah yang menjadi nilai tambah yang besar mengenai tulis-menulis.


5. Di catatan ini, penulis lebih tertarik dalam menyinkronkannya dengan keberadaan kritikus. Artinya, seorang kritikus yang baik, adalah orang yang sudah mempelajari bidang tersebut dan sudah menjadi bagian dari bidang tersebut dalam kurun waktu yang lama dan konsisten. Contohnya, kritikus film. 

Maka, orang tersebut haruslah menjadi pelaku, penikmat, hingga pengamat di bidang film tersebut, dengan begitu, dia akan sangat faham tentang dunia tersebut. sehingga, dia akan sangat fasih dalam menilai, mengkritik, dan memberikan pengarahan untuk dapat menjadi langkah perbaikan bagi pelaku-pelaku film yang karyanya sudah dikritisi oleh orang tersebut.

Hal ini jika ditarik kembali ke pelaku tulis-menulis, harus pada fakta bahwa untuk menjadi penulis yang baik, adalah mereka yang sudah berkecimpung di dunia itu dalam waktu yang lama, konsisten, dan mengalami perkembangan yang pada akhirnya mampu memberikan pengaruh kepada publik secara luas. Artinya, menjadi penulis itu tidak gampang, loh. Hehehe.

6. Kembali lagi ke manfaat tulisan. Yaitu, mampu menjadi wadah atau media penyampai maupun menjaga sejarah yang sudah terjadi. Sungguh sulit untuk dibayangkan, bagaimana dunia ini jika tidak ada prasasti, relief, dan kitab-kitab yang mengabadikan segala kehidupan yang sudah dialami oleh manusia sejak zaman pra-sejarah sampai saat ini.

Zaman yang sudah tak sulit untuk menemukan banyak tulisan saja---seperti saat ini, di antara kita masih sering berdebat dan saling menaruh praduga terhadap orang lain. Apalagi jika tidak ada tulisan, maka, pemikiran kita akan mudah terkecoh oleh setiap mulut yang berbicara yang kemudian berubah-ubah ataupun meluntur (keabsahan/buktinya) ketika orang-orang tersebut sudah terkubur (mati). Lalu, apa yang akan kita miliki saat ini sebagai bagian dari peradaban manusia yang harus terus tumbuh dan berkembang (sampai nanti akan berubah/berevolusi)?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun