adikku menatap sinis padaku saat aku menulis puisi ini...wuahaha..
"aneh sekali..",katanya
Burung-burung liar membumbung rendah,
Dan kata seorang pujangga, “matahari beranjak ke peraduannya..”
Langit merubah rona mukanya, dari sini dia seakan bercinta dengan matahari
Dari sana, dia seakan berpeluk dengan rembulan
Kala itu ada langit, ada awan, dan ada horizon berwarna-warni
Kala itu manusia tetap bergegas memikul-mikul berat tubuhnya..
Senja itu mengakui malam yang mulai datang
Menyambutnya dengan karpet merah, warna sisa matahari..
Membawa awan, membawa bintang, membawa rembulan, ..
Senja itu membuka lembar-lembar baru..lukisan hitam dan hiasan-hiasan terang..
Aku tak tahu warna senja itu..
Sungguh aku tak buta warna..
Yang aku tahu :
“senja itu nila”
Setahu aku akan menulis namaku..
Setahu aku akan puitisme ayahku..
Setahu aku akan kuasaNya, dari sudut kecil ruang luang ini..
Senja itu nila..
..