Mohon tunggu...
Senja Nila
Senja Nila Mohon Tunggu... -

aku berwarna, dan kaupun begitu..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Drama~

1 April 2011   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mendekati mereka. Sifat usilku muncul lagi.

"Hoi!!! Jangan rame di perpus!!", aku berteriak di dekat telinga Sesyl. Husky voiceku yang katanya mirip T.O.P Bigbang keluar.

"Astaghfirullah...", Sesyl kaget sambil memegangi dadanya. Aku melihatnya sambil tersenyum.

"hahaa...", Mimi menertawakan Sesyl. Dan akupun segera ngacir pergi sebelum dia meluapkan kemarahannya.

Waktu pementasan drama tinggal seminggu lagi. Kami sudah merekam suara kami, nanti pas pentas tinggal acting aja. Siang itu kami mulai menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pementasan drama. Aku duduk di lantai teras belakang aula. Memegang tongkat yang akan digunakan Sesyl. Aku mau mengecatnya dengan warna coklat muda. Kuoleskan catnya dengan perlahan.

"Eh Reihan, kok cokelat c...", kata Sesyl yang tiba-tiba saja ada di belakangku.

"Emang mau warna apa?pink ya?", kataku.

"Pink?iya boleh..itu lebih bagus dari cokelat.."

"Jangan aneh-aneh kamu..". kataku sambil terus mengecat. Dia tertawa. Ya, pasti dia bercanda ingin tongkat warna pink. Aneh banget Wulan yang tomboy pake tongkat warna pink. Gara-gara drama ini aku bisa sedikit lebih dekat dengan dia. Tetanggaku, temanku sekolahku, teman masa kecilku.

Cepat sekali seminggu berlalu, hari ini hari pementasan drama yang akan diikuti oleh semua anak kelas 2 di SMA kami. Ada 5 kelas, jadi ada 5 pementasan nih. Kebetulan kelas kami kebagian tampil untuk yang pertama kali. Kami mulai meyiapkan diri sejak habis subuh. Aku sudah memakai perlengkapan drama. Baju perang, make up yang membuat wajah gantengku jadi agak jelek dan sangar, huhhu...dan satu lagi yang bikin geli, rambut, kumis dan jenggot palsu. Sumpah, gak tahan nih...

Tirai pentas dibuka. Satu persatu kami maju ke tengah pentas sebagai pembukaan. Mimi sebagai narrator memperkenalkan kami satu-persatu. Setelah babak perkenalan selesai, dramapun dimulai. Rasa deg-deganku pun berlalu begitu saja. Kami focus pada acting kami, kami berusaha melakukan yang terbaik, bismillah. Akhirnya sampai juga pada sesi pertarungan antara Panglima Pemberontak dan Wulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun