Mohon tunggu...
Deborah   Nainggolan
Deborah Nainggolan Mohon Tunggu... Relawan - HIDUP KITA SETIAP HARI HARUS BERMANFAAT

HIDUP KU SAAT INI KESEMPATAN.......BERBUAT BAIK DAN BERGUNA UNTUK BANYAK ORANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bersamamu...

2 Januari 2021   08:30 Diperbarui: 2 Januari 2021   08:35 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sunyi dan sepinya malam ini. Hanya terdengar suara lembut nya penyiar radio delta fm di tengah malam. “Wow sudah pukul 02:00 malam!  Sudah larut rupanya. Aku terlalu asyik di depan laptop membuat cerpen. Belum juga usai cerpen yang sedang ku susun  ini,namun perutku terasa perih. Ku coba untuk menggerakkan tubuh ku sejenak dan menikmati sepotong roti keju bercampur coklat yang ada di atas meja di samping laptop ku. Ku coba menikmati  roti ini sambil minum segelas air putih. “Nikmat rasanya “. 

Setelah cukup segar tubuhku, kembali ku lanjutkan untuk menyelesaiakan tulisan cerpen ku ini. Tak lama selesailah tulisan ini. ”Akhirnya selesai juga cerpen ini. Ku coba menyimpan nya dalam file di laptop ku. “Astagaaaaaa…kenapa jadi hilang semua tulisan ini?” Anech!  Apakah aku salah pencet tuts di lap top ku ini?  Tak mungkin!  Tapi mengapa hilang semua tulisan ku ini? “Sia-sia semua kerja keras ku bergadang beberapa hari agar tulisan ini menjadi sebuah cerpen.

Letihnya tubuh ku. Ku matikan laptop ini dan kurapikan berkas-berkas  yang masih berantakan di atas meja, juga di ruangan kerja ku. Ku tinggalkan ruangan kerja menuju kamar ku dengan hati yang kesal. Sampai di kamar, ku langsung berbaring di tempat tidur. Ku coba memejamkan kedua mata ku namun sulitnya kedua mata ku terpejam.  Malam semakin larut saat ini sudah pukul 03.40 hampir menjelang pagi hari. 

Cepat sekali waktu berputar, tak pernah berhenti seolah dunia tak pernah tertidur. Aku tersentak, ternyata aku belum berDoa. Segera ku bangun dan ambil posisi sujud untuk berDoa. “Ya TUHAN terima kasih untuk perlindunganMu sepanjang hari ini ,ampuni aku, karena lupa menyadari bahwa Engkau selalu hadir dalam hidup ku, tolong aku ya TUHAN  untuk dapat menyelesaikan tulisan ku yang tertunda,semoga tulisan ku menjadi cepen yang indah walau aku harus memulai kembali dari awal, tolong aku, Amin.” Aku baru dapat tertidur sekitar pukul 04.00 pagi dan terbangun pukul 06.30, tidak sesuai  dengan  bunyi alarm jam dikamar ku. Hanya dua setengah jam aku tertidur dengan nyenyak, namun pagi ini tubuh ku terasa ringan. Aku yakin ini semua karena pertolonganNya.

“Pagi Yaya sayang, gimana tulisan mu, pasti sudah rapi kan, sapa Mama.“ “Pagi Ma, belum.”  “Semoga bisa selesai ya nak.” “Terima kasih Mama”, jawab ku.  Mama, Yaya berangkat ke kantor ya. Nggak sempat sarapan dirumah, ada  meting di kantor pagi ini.  “Daaaa Mama “. Yaya pakai" masker dulu“. “Iya Mama.“ Ntah kenapa aku belum ingin cerita ke Mama tentang hilangnya tulisan ku ini.  

Sampai dikantor ku langsung menuju ruang  meting, ternyata sudah berkumpul team produksi, team managemen bersama team marketing, hanya menunggu Pak bos Andi dan Ibu Santi. Ku coba untuk focus dalam meting kali ini, walau kadang teringat kemarin malam dengan hilangnya tulisan ku di laptop.” Tolong Yaya info dari Ibu Siska Metrodata, apakah tagihan sudah beres? Belum Pak, jawab ku pada Pak Andi. "minggu ini dead line ,jawab Pak Andi .  Sangat sulit untuk kondisi saat covid 19, virus corona saat ini, rasanya untuk memaksa menagih ke beberapa perusahaan tidak tega, namun harus ditagih, karena untuk biaya operasional perusahaan juga untuk membayar gaji karyawan.

Ku selesaikan tugas ku secepat mungkin. Ingin cepat rasanya meninggalkan kantor ini, lalu lanjutkan menulis cerpen. Ku putuskan setelah kerja di kantor, aku tidak masuk kelas Humas, enggan rasanya dan tidak ada semangat. Ku tinggalkan kantor dengan menaiki mobil taxi yang memang sudah ada di depan kantor setiap sore. Hmmm letih nian tubuh ku,mata ku pun kedap-kedip rasa mengantuk menghinggapi ku. Tak lama sampai juga aku dirumah dengan selamat. Legaaaaa raasanya tiba dirumah tanpa kekurangan apapun juga, walau diluar sana aku masih was-was karena covid 19 virus corona yang masih melanda dunia ini, juga di Indonesia hampir 10 bulan. “Ntah sampai kapan.“

Setiba di rumah, aku segera ke toilet untuk membersihkan tubuh ku agar bebas dari virus corona. Sambil bersenandung ku segarkan tubuhku dengan air hangat dan sabun wangi. Segarrr nya, setelah lelah diluar rumah. Sedang ku berganti pakaian, terdengar suara Mama dari ruang tengah, “Yaya ini HP mu bunyi, ayo diangkat.” “Iya Mama, tunggu sebentar”, sambil ku keringkan rambut ku yang basah dengan hydriyer. “Halooo pa kabar Ando”, sapaku. 

“Hai baik Ya.” ”Kamu gimana?” Ku jawab  “aku sehat baru aja pulang kantor, hari ini kerjaan ku lumayan padat. “ Aku bete, kesal nih kemarin malam tulisan ku di laptop hilang.” Belum selesai curhat ku pada Ando, tiba-tiba Ando memotong pembicaraanku. “Yaya ada berita dukacita, Dony meninggal di tempat kos nya kemarin malam.” Ku terdiam sejenak dan ku jawab, “Ando, aku tak percaya! Dony sehat tubuhnya dan tidak pernah mengeluh sakit penyakitnya.” 

Tak terasa menetes air mata ku. Ku katakan pada Ando, “kapan Dony dikubur?.” “Hari ini di Semarang di kubur disamping makam ke 2 orang tuanya. Ku kirim kan karangan bunga atas nama kita ber 3, Yaya, Ogi, dan aku, Ando .“ “Yang sabar ya Yaya, kita harus ikhlas menerima kenyataan ini, sahabat kita Dony telah mendahului kita pergi ke Sang Pencipta ALLAH  Maha Kuasa. Dony sudah menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan sekarang Ia sudah senang di Surga abadi, kelak nanti kita pun akan berjumpa dengan Dony di Surga abadi sesuai waktuNya  TUHAN”,  demikian ucapan sahabatku Ando. Sementara air mata ku terus mengalir membasahi baju ku. ”Halooo Yaya, kamu masih bisa dengar suara ku?” Aku terdiam membisu. “Baiklah Yaya, kamu istirahat ya, besok kita sambung lagi.  Kalau kamu ingin bicara pada ku,aku siap dengarkan,silahkan hubungi HP ku”, demikian ujar Ando sambil mematikan HP nya.

Sejenak angan ku kembali di saat kuliah dulu, bersama sama jerih payah di bangku kuliah bersama dengan Ando, Ogi dan Alm. Dony. Kami sering bersama belajar, kerjakan tugas bersama, mencari buku-buku diperpustakaan, meminjam dari kakak kelas, kadang juga memfotocopy dari teman yang memiliki TextBook yang lumayan mahal harganya. 

Kami juga berdiskusi banyak hal, kadang aku juga bertengkar dengan Alm. Dony jika sedang membahas topik atau membahas soal-soal bahan kuliah. Diantara ke 3 teman ku ini, dengan Dony lah aku sering curhat dan membahas kejadian-kejadian disekitar kami. Temanku Ogi sudah sibuk dengan keluarga nya dan anak nya, lalu Ando sedang mempersiapkan pernikahannya, sementara aku masih menikmati kesendirianku sampai saat ini.

  Teringat oleh ku pertemuan ku dengan Alm. Dony 3 bulan sebelum kematiannya, saat ku bertugas ke Semarang, tidak disengaja kami bertemu di sebuah Café di saat ku menikmati secangkir kopi. Dony curhat pada ku, bahwa pacarnya selingkuh berpacaran dengan bos nya dikantor. Ia sedih sekali, terlihat saat bercerita pada ku. Dony ingin pindah kerja, namun tak mudah saat situasi sulit sekarang ini. Dony berusaha untuk bertahan demi pekerjaannya, walau sangat sulit, karena setiap hari pasti akan bertemu dengan mantan pacar nya. 

Ku coba untuk memberikan support semangat agar Dony tetap bertahan dikantor nya, sampai ada perusahaan lain yang mau mengajaknya bergabung. Donny hanya terdiam saat mendengar saran ku untuknya. Terima kasih Yaya, ini aku traktir untuk mu”. “Thanks ya”, jawabku. Sejenak kemudian kami berpisah, karena juga aku harus melanjutkan pekerjaanku, demikian juga dengan Alm. Dony. Ternyata itu adalah pertemuan ku terakhir dengan Alm Dony, hmmm.

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, ternyata lama juga aku melamun. ”Tiba-tiba terdengar bunyi dering HP di samping ku. Segera ku angkat dan kulihat, ohh ternyata Tio, mantan pacar ku . “  Ada apa  bang telp, sapa ku dengan sedikit ketus. Jawab Tio : “Yaya, maafkan aku  ya, aku menyesal atas perbuatan ku selama ini, percayalah pada ku …aku hanya bermain-main dengan Jeny, hanya teman saja”.  Aku terdiam dan sambil menangisku katakan demikian: 

“Bang Tio, aku terlanjur kecewa melihat kamu tidak setia pada ku. Aku sudah maafkan abang, tapi untuk kembali melanjutkan hubungan kembali kita berpacaran rasanya tidak mungkin.” Simpanlah semua kenangan kita selama 3 tahun. Biarlah semua itu berlalu dnegan hampa, anggaplah semua itu hanya mimpi kita.“ Aku ingin sendiri! Segera ku matikan ponsel ku. Ku bergegas kembali ke kamar, sementara terengar suara Mama dari dapur.  Yaya kamu belum makan, ayo makan dulu, tadi Papa dan Mama sudah lebih dulu makan, karena Papa ada rapat Zoometing sampai malam dengan kantornya.” “Nanti saja Maaaa, Yaya ngantuk mau tidur”, jawab ku.

Ku rebahkan tubuhku di ranjang tempat tidur, sambil teringat dengan sahabat ku yang telah pergi mendahului ku ke Surga abadi. “Seandainya, Dony masih ada, pasti aku sudah telepone kamu sekarang, untuk curhat semuanya.  Achhhhh aku jadi kangen Dony.“ Tanpa sengaja pandangan mataku tertuju pada lukisan didinding kamar ku. Itu lukisan pemberian Alm. Dony saat hari Ulang tahun ku disaat kami masih kuliah dulu. Seorang gadis kecil sedang berjalan menuju satu titik terang, dimana semakin lama titik itu samar-samar lalu menghilang. Mengingatkan ku pada  TUHAN  Sang Pencipta. Suatu saat nanti aku pun seperti gadis kecil dalam lukisan itu, berjalan terus dan berjalan menuju Terang itu lalu hilang dan terus menuju Terang itu.“ Ntah kapan !

                Ku coba menyalakan TV dengan Youtobe saluran musik. Ku dengarkan lagu-lagu indah sambil mengikuti kata-kata dalam lagu di Youtobe. “Jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat, namun Kasih TUHAN nyata pada waktu yang tepat. Mungkin langit tak  terlihat .tertutup awan tebal. Namun hati ku tetap kuat oleh JanjiMu yang kekal. Aku tak sendirian malam ini, terima kasih TUHAN.”  

                                                                                  

30 Desember 2020

D. N.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun