Mohon tunggu...
Deborah   Nainggolan
Deborah Nainggolan Mohon Tunggu... Relawan - HIDUP KITA SETIAP HARI HARUS BERMANFAAT

HIDUP KU SAAT INI KESEMPATAN.......BERBUAT BAIK DAN BERGUNA UNTUK BANYAK ORANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Saatnya Tiba....

30 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 30 Desember 2020   08:05 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan yang turun sejak semalam, belum juga berhenti. “Hiii dingin sekali udara pagi ini, enggan rasanya beranjak dari kasur ku ini. ”Ohhh aku hampir lupa ini kan hari minggu. Saatnya harus beribadah, walau dari rumah, karena situasi di sini yang masih kena wabah Covid 19, Virus Corona. “Non ada telepone dari rumah sakit, terdengar suara Bi Inah dari luar kamar ku. “Iya  bi..sebentar, saya keluar kamar.“ Ternyata dari dokter Indra. 

“Selamat pagi Dini, saya dokter Indra. “Iya dokter, ada apa dengan Mama? Apakah bisa kamu siang ini datang ke Rumah sakit? Baik lah dokter, tapi saya ibadah dulu ya dirumah dengan On line.” Karena kondisi masih rawan dengan virus corona, sehingga Mama tidak boleh ditunggu, hanya Suster yang menunggu Mama selama di  Rumah sakit.

                “Ach …sepinya keadaan di rumah ini, sejak papa meninggalkan kami 1 tahun yang lalu.“ Seandainya papa masih bersama kami, ohhh betapa indahnya….. Teringat oleh ku bagaimana belaian kasih Papa pada ku dan curahan sayangnya untuk Mama, damainya hati ini.” Papa mementingkan dirinya sendiri dan lebih mengikuti anjuran Oma ku, dimana Papa diharapkan mempunyai anak laki-laki. Papa masih terikat kuat dengan adat istiadat dari Oma ku. Kasihan Mama ditinggalkan Papa ,hanya karena Mama tidak dapat memberikan seorang anak laki-laki untuk Papa. Sedih rasanya.

                “Loh kok non Dini melamun? Ayo mandi dulu agar segar dan sarapan pagi, lalu Non Dini bisa ibadah di depan TV, suara  Bi Inah yang baik hati. Aku tersentak  mendengar ajakan Bi Inah. Ohh betapa bodohnya aku, pagi ini aku belum berdoa. Segera ku tinggalkan ruang tamu menuju kembali ke kamar ku untuk berdoa. Ku coba untuk menenangkan diri ku agar ku dapat berdoa padaMU ya TUHAN. Tergerak hatiku untuk membaca KItab suci yang ada di atas meja belajar ku. 

Ku buka Alkitab sesuai dengan bahan Renungan pagi ini, yaitu dari Kitab Mazmur 6 : Pergumulan dan Pengharapan Daud pada TUHAN  disaat Daud mengalami tekanan dan tantangan berat, namun Daud  tetap mempunyai “Pengharapan   hanya pada TUHAN.“ Tak terasa menetes air mataku, aku menangis.  “Terima kasih TUHAN, Engkau telah menegur ku, tolong aku agar dapat merasakan Cinta KasihMU setiap waktu juga untuk keluarga ku. Amin.“

Tingting terdengar sms masuk di HP ku..Hai Dini, jangan lupa sore nanti kita rapat zoometing, ya untuk persiapan Natal Remaja via Onlie. Ku jawab sms dari Rina, hampir lupa aku. Baiklah sore ini ya.”  Ku coba untuk focus mengikuti ibadah online dari depan laptop ku. Ternyata pikiran ku masih menerawang ke Mama. Tak terasa sudah pukul 11.16 siang usai  ibadah via on line Youtobe. Segera ku berpamitan pada Bi Inah, “saya berangkat dulu ya ke rumah sakit lihat Mama. Bi Inah dirumah ya, temani Mang Udin dirumah, saya bisa naik Grab aja dari rumah . “  “Hati-hati ya non Dini, sahut Bi Inah.“ “Iya Bi.” 

Tiba di rumah sakit sudah pukul 12.05. Segera ku temui dokter Indra diruangannya. “Siang dokter Indra”, sapa ku pada dokter Indra. “Jawab dokter Indra, siang Din, silahkan masuk. Ternyata dokter Indra sedang berbincang dengan rekan dokter yang lain. Kemudian rekan dokter Indra pergi berpamitan meninggalkan kami di ruangan dokter Indra. Kami terlibat pembicaraan serius. Singkatnya, dokter Indra menceritakan kondisi Mama yang semakin menurun, mungkin beberapa hari lagi dapat bertahan hidup, namun jika TUHAN  menghendaki, Mama dapat sehat kembali. 

”Doa kanlah, demikian ucapan dokter Indra ditujukan pada ku.” Sambil meneteskan air mata, ku tinggalkan dokter Indra diruangannya. Segera ku menuju ruang ICU dimana Mama terbaring lemah dengan peralatan lengkap pada tubuhnya. Aku hanya bisa melihat dari luar kaca depan ICU, tidak boleh masuk. Pucat wajah Mama. TUHAN  kuatkan Mama, jika boleh sembuhkan sakit mama, namun kehendakMU lah yang terjadi. Kasihan mama pasti sakit sekali tubuhnya. Mamaaaaaa ku sayang . 

Dalam perjalanan pulang kerumah, kepalaku terasa puwsing. Ingin rasanya aku berteriak untuk melepaskan semua nya ini. Namun ku teringat bacaan ku dari Kitab suci tadi pagi, TUHAN  pasti hadir dalam setiap kehidupan anak-anakNYA.  Aku tidak sendir, terima kasih TUHAN.

Tiba dirumah, segera ku bersih-bersih kekamar mandi, agar virus corona tidak masuk tubuhku. Segar rasanya tubuh ini untuk kembali melanjutkan kegiatanku sore ini rapat persiapan Natal secara virtual. Kebetulan aku ditunjuk sebagai ketua panitia.  Beruntung rapat zoometing sore ini lancar tepat waktu, hanya 2 jam selesai. Pikiran ku tiba-tiba menerawang ke mama yang sedang berjuang di rumah sakit.  Segera ku berpamitan pada Bi Inah. “Hati-hati ya Dini.. ini diantar Mang Udin ya ke rumah sakit.” “Iya Bi”, sahutku kemudian. Sampai dirumah sakit pukul 19.45 malam. 

Aku langsung menuju ruang ICU tempat berbaring Mama. Terlihat dokter Indra bersama suster sedang memeriksa Mama. “Ayo masuk Dini”, sapa dokter Indra pada ku. Ku pandangi wajah mama yang pucat, kurus tubuhnya yang dipenuhi selang-selang. Bersama dengan alat bantu pernafasan ventilator. Ku cium kening mama, sambil menetes air mataku. Dengan terisak  ku bisikkan ayat Kitab suci  di telinga kanan  Mama. Yang teringat ku saat itu dari kitab  Mazmur 73, Selain KAU tiada yang lain ada pada ku di bumi seperti di surga. Sekalipun dagingku dan hati ku habis lenyap, namun bagian ku tetaplah TUHAN  selama-lamanya.’ Selamat jalan Mama sayang, ku yakin TUHAN bersama ku saat Mama pergi nanti, karena  Mama pasti  pulang damai kerumah Surga Abadi, Mama sudah sembuh tidak sakit lagi. Amin.“ Ku kecup kembali kening Mama sambil menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun