Mohon tunggu...
Dea Rosi
Dea Rosi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Film

[Movie Review] Jumbo: Animasi Indonesia Terbaik dengan Cerita Tak Terduga.

20 April 2025   11:10 Diperbarui: 20 April 2025   11:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumbo, begitulah ia dipanggil oleh teman-temannya. Don adalah anak periang yang selalu ingin diterima oleh teman-temannya. Ia ingin bermain bola kasti seperti anak-anak lain, tapi teman-teman Don menganggapnya lelet sehingga mereka seringkali menjadikan Don sebagai cadangan saja. Tapi Don tidak patah semangat, di bangku cadangan ia tetap membacakan cerita "Pulau Gelembung", sebuah dongeng yang ditulis oleh kedua orang tua Don sebelum Tuhan membawa mereka kepangkuan-Nya. 

Ia bercerita berulang kali sampai-sampai temannya bosan dan menolak mendengarkannya. Tetapi, Don tampak tidak bosan menceritakan kisah itu, kisah Pangeran yang berjuang mengatasi rintangan di Pulau Gelembung tanpa kehadiran orang tuanya, persis seperti dirinya, Don berpikir. 

Buku dongeng dari orang tuanya, selalu ia pegang erat kemana pun ia pergi. Sesuai kata Oma,

Buku ini akan nemenin Don sampai kapanpun. 

Personal Review: 

1 Kata untuk mendeskripsikan film ini: Unexpected. 

Kualitas Animasi dan Cerita yang Setara.

Ketika saya melihat trailer  Jumbo beberapa bulan sebelum penayangan resminya, saya terpukau dengan kualitas animasinya. Apalagi di adegan awal film dimana animasi bergaya krayon di tampilkan.. wah saya sangat menikmati adegan itu.  Mulai dari detailnya, keindahan gaya krayon yang seolah hidup dan membentuk dunia baru, dan dongeng yang di tampilkan. Selain itu, dunia Don juga di buat dengan indah. Bagaimana bayangan pohon jatuh di wajah Don di awal film, bagaimana detailnya penggambaran rambut para karakter, hingga jari Nurman saat memainkan gitar. Semua terasa halus dan penuh jiwa. Kualitas animasi ini berhasil membuat penonton terhanyut kedalam cerita tanpa membuat bosan sedikit pun. 

Selain animasi yang keren, cerita yang disuguhkan juga tak kalah mengagumkan. Sepertinya sutrada menyadari bahwa animasi saja tidak cukup membuat penonton terkesan, cerita juga perlu diperhatikan.Dengan tema keluarga, persahabatan, serta pengembangan diri, Jumbo berhasil menorehkan kesan mendalam kepada para penonton. Alhasil, Jumbo dapat menjadi tontonan seru anak-anak serta menjadi tontonan yang menyentuh untuk orang dewasa. 

Air mata turun Secepat itu

Saya sudah menduga akan menangis, tapi tidak menyangka akan terjadi secepat, saat adegan pembuka ditayangkan. 

Disajikan dalam bentuk animasi gaya krayon, adegan dibuka dengan kisah pangeran di Pulau Gelembung yang harus menghadapi kerasnya ombak setelah orang tuanya ditelan awan hitam dan berkata: 

"Don pasti bisa menghadapi semua rintangan, karena Don anak yang kuat"

Wah, air mata saya langsung menetes tanpa sadar, perasaan saya langsung penuh dengan rasa haru dan sedih. Ini bukan sekedar dongeng, ini tentang anak-anak yang kehilangan, yang ditinggal terlalu cepat dan harus belajar kuat dalam badai yang mereka sendiri belum paham cara menaklukannya.  

Tema Kematian dan Tragedi yang Tidak Malu-Malu

Film ini tidak ragu menyentuh tema berat. Dilihat dari karakter yang memiliki kisah kelam namun nyata. Don, anak yatim piatu yang sulit diterima oleh teman-temannya, Nurman yang ditinggalkan oleh ibunya sejak kecil dan sekarang ia menjaga kambing-kambing engkongnya setelah ayahnya meninggal. Mae yang sempat berada di panti asuhan sebelum di adopsi oleh ibu tirinya, dan Atta yang yatim piatu dan hanya tinggal bersama abangnya, Kak Acil yang kini menggunakan tongkat bantu jalan setelah mengalami kecelakaan dan tidak berani ke dokter karena alasan biaya (relate sekali, yah :)). Atta yang terlihat membuli Don ternyata hanyalah anak yang marah pada hidup. Ini bukan tentang jahat vs baik, tapi bagaimana manusia berusaha menyalurkan luka mereka.

Jujur saya, saya cukup terkejut dengan latar karakter yang cukup kelam untuk film anak-anak. Namun, saya senang cerita animasi Indonesia akhirnya berkembang. Karakter tidak lagi digambarkan memiliki keluarga sempurna dan sifat tanpa cela, melainkan karakter yang penuh luka disertai kekurangan yang menyebalkan namun mau belajar memperbaiki diri. Unsur latar karakter yang kelam terasa merangkul anak-anak dengan kisah kelam yang sama. Alih-alih digambarkan menyedihkan, anak-anak ini tetap digambarkan cerita dan optimis. Kehadiran mereka terasa seperti pelukan hangat yang mengajak penonton-khususnya anak-anak dengan pengalaman serupa-untuk tetap tersenyum dan berharap. 

ISaya teringat betapa hangat hati saya ketika Nusa merepresentasikan anak-anak disabilitas. Hal yang sama saya rasakan saat menonton Jumbo, dimana Don dan teman-temannya menghadirkan cerminan bagi anak-anak yang tumbuh dengan luka, namun tetap ingin merasa terhubung, dimengerti dan dilihat. 

Sempurna dalam Ketidaksempurnaan

Yang membuat saya kagum adalah Jumbo menggambarkan karakter-karakter "abu-abu." Don pun sempat menyebalkan ditengah film. Atta yang keras ternyata penyayang dan berbakat dalam teknik mesin. Karakter-karakter ini tidak sempurna, dan itu sangat manusiawi. Film ini mengajarkan bahwa sangat tidak apa-apa melakukan kesalahan asal diperbaiki dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Ini menjadi kekuatan Jumbo. Film ini menjadi pelukan bagi anak-anak dengan luka yang sama. Anak-anak dengan cerita "tidak ideal" bisa merasa "Aku juga ada dalam cerita ini." 

Kesimpulan

Jumbo bukan hanya film animasi anak biasa. Ini adalah cerita tentang kehilangan, pengharapan, dan keberanian untuk tetap bermimpi ketika dunia terasa tidak adil. Dengan kualitas animasi yang memukau dan naskah yang emosional, Jumbo membuktikan bahwa film anak-anak juga bisa dewasa-bukan dalam isi, tapi dalam cara ia memahami luka dan tumbuh bersama penontonnya.. 

Satu kata: menyentuh. 

Dan saya rasa, ini adalah film animasi indonesia terbaik sepanjang masa. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun