Mohon tunggu...
Dea Rosi
Dea Rosi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Film

[Movie Review] Jumbo: Animasi Indonesia Terbaik dengan Cerita Tak Terduga.

20 April 2025   11:10 Diperbarui: 20 April 2025   11:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disajikan dalam bentuk animasi gaya krayon, adegan dibuka dengan kisah pangeran di Pulau Gelembung yang harus menghadapi kerasnya ombak setelah orang tuanya ditelan awan hitam dan berkata: 

"Don pasti bisa menghadapi semua rintangan, karena Don anak yang kuat"

Wah, air mata saya langsung menetes tanpa sadar, perasaan saya langsung penuh dengan rasa haru dan sedih. Ini bukan sekedar dongeng, ini tentang anak-anak yang kehilangan, yang ditinggal terlalu cepat dan harus belajar kuat dalam badai yang mereka sendiri belum paham cara menaklukannya.  

Tema Kematian dan Tragedi yang Tidak Malu-Malu

Film ini tidak ragu menyentuh tema berat. Dilihat dari karakter yang memiliki kisah kelam namun nyata. Don, anak yatim piatu yang sulit diterima oleh teman-temannya, Nurman yang ditinggalkan oleh ibunya sejak kecil dan sekarang ia menjaga kambing-kambing engkongnya setelah ayahnya meninggal. Mae yang sempat berada di panti asuhan sebelum di adopsi oleh ibu tirinya, dan Atta yang yatim piatu dan hanya tinggal bersama abangnya, Kak Acil yang kini menggunakan tongkat bantu jalan setelah mengalami kecelakaan dan tidak berani ke dokter karena alasan biaya (relate sekali, yah :)). Atta yang terlihat membuli Don ternyata hanyalah anak yang marah pada hidup. Ini bukan tentang jahat vs baik, tapi bagaimana manusia berusaha menyalurkan luka mereka.

Jujur saya, saya cukup terkejut dengan latar karakter yang cukup kelam untuk film anak-anak. Namun, saya senang cerita animasi Indonesia akhirnya berkembang. Karakter tidak lagi digambarkan memiliki keluarga sempurna dan sifat tanpa cela, melainkan karakter yang penuh luka disertai kekurangan yang menyebalkan namun mau belajar memperbaiki diri. Unsur latar karakter yang kelam terasa merangkul anak-anak dengan kisah kelam yang sama. Alih-alih digambarkan menyedihkan, anak-anak ini tetap digambarkan cerita dan optimis. Kehadiran mereka terasa seperti pelukan hangat yang mengajak penonton-khususnya anak-anak dengan pengalaman serupa-untuk tetap tersenyum dan berharap. 

ISaya teringat betapa hangat hati saya ketika Nusa merepresentasikan anak-anak disabilitas. Hal yang sama saya rasakan saat menonton Jumbo, dimana Don dan teman-temannya menghadirkan cerminan bagi anak-anak yang tumbuh dengan luka, namun tetap ingin merasa terhubung, dimengerti dan dilihat. 

Sempurna dalam Ketidaksempurnaan

Yang membuat saya kagum adalah Jumbo menggambarkan karakter-karakter "abu-abu." Don pun sempat menyebalkan ditengah film. Atta yang keras ternyata penyayang dan berbakat dalam teknik mesin. Karakter-karakter ini tidak sempurna, dan itu sangat manusiawi. Film ini mengajarkan bahwa sangat tidak apa-apa melakukan kesalahan asal diperbaiki dan belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. 

Ini menjadi kekuatan Jumbo. Film ini menjadi pelukan bagi anak-anak dengan luka yang sama. Anak-anak dengan cerita "tidak ideal" bisa merasa "Aku juga ada dalam cerita ini." 

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun