Mohon tunggu...
Dea Rahma Pramesty
Dea Rahma Pramesty Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Slamet Riyadi

Saya senang berbagi informasi dan cerita melalui tulisan, serta selalu berusaha memberikan konten yang bermanfaat dan menginspirasi pembaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Diplomasi Sejak Dini: Kreativitas Anak TK Lewat Batik Jumputan Tisu

14 Agustus 2025   17:11 Diperbarui: 14 Agustus 2025   17:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak TK Pertiwi 1 Jiwan, memamerkan kreativitas mereka melalui kegiatan membatik jumputan tisu, Rabu (23/07/2025). Meski sederhana, kegiatan ini menjadi langkah awal menanamkan kecintaan pada budaya dan diplomasi sejak dini. 

Dengan tisu putih, pewarna makanan, dan cotton bud, para siswa dan siswi TK Pertiwi 1 Jiwan belajar melipat dan memberi warna, hingga menghasilkan pola unik nan indah. Antusiaisme terlihat jelas saat mereka membuka lipatan tisu dan menemukan hasil karya masing-masing. 

proses menuangkan pewarna makanan 
proses menuangkan pewarna makanan 

Dipaparkan oleh Dea Rahma Pramesty dan Marsha Thaufailia, mahasiswa KKN Universitas Slamet Riyadi. Dalam pemaparannya, Dea menjelaskan bahwa batik jumputan tisu dipilih karena aman dan mudah dilakukan anak usia dini. "Selain melatih kreativitas, kegiatan ini mengenalkan batik sebagai warisan budaya Indonesia yang diakui dunia. Anak-anak belajar bahwa karya mereka bisa diapresiasi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga diluar negeri." ujarnya. 

Hasil karya membatik jumputan tisu anak-anak TK Pertiwi 1 Jiwan
Hasil karya membatik jumputan tisu anak-anak TK Pertiwi 1 Jiwan

Namun dibalik keseruan itu, ada pesan besar yang terselip-pesan tentang diplomasi budaya. Dalam perspektif Hubungan Internasional, budaya adalah salah satu instrumen soft power, yaitu cara sebuah negara mempengaruhi dan membangun hubungan baik dengan negara lain melalui daya tarik, bukan paksaan. Batik, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, menjadi salah satu simbol kuat identitas Indonesia di mata dunia. 

"Anak-anak mungkin belum memahami istilah diplomasi, tapi mereka sudah bisa merasakan kebanggaan ketika tahu karya mereka dihargai orang lain, bahkan yang tinggal jauh dari Indonesia," ujar salah satu guru TK Pertiwi 1 Jiwan. 

Manfaat kegiatan ini berlapis. Bagi anak, kegiatan membatik melatih motorik halus, kreativitas, serta rasa percaya diri. Bagi Indonesia, pengenalan batik sejak dini membantu memastikan generasi mendatang tetap menjaga dan mempromosikan budaya bangsa. Dalam jangka panjang, anak-anak ini dapat tumbuh menjadi individu yang memahami nilai identitas nasional sekaligus terbuka terhadap keragaman global. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun