Mohon tunggu...
Dea Permata Cintiya
Dea Permata Cintiya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa Kelas XII MIPA 4 SMA Negeri 1 Waled

seni adalah hidup, dan hidup adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Ketergantungan dan Keadilan Sosial melalui Puisi "Kepada Peminta-minta" Karya Chairil Anwar

5 Maret 2024   11:24 Diperbarui: 5 Maret 2024   11:30 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengemis adalah mereka yang hidup dari meminta-minta belas kasihan orang lain sebagai sumber penghidupan mereka. Mereka sering kali berada di jalanan, di depan tempat-tempat umum, atau tempat-tempat yang ramai untuk meminta bantuan berupa uang atau makanan. Kehadiran pengemis seringkali menjadi cerminan dari ketidaksetaraan sosial dan ekonomi di masyarakat.

Meskipun demikian, pandangan terhadap pengemis bisa beragam, ada yang menganggapnya sebagai penerima manfaat dari kebaikan hati orang lain, namun ada pula yang melihatnya sebagai simbol dari kegagalan sistem sosial yang tidak mampu memberikan perlindungan dan keadilan bagi semua warganya.

Seperti yang disampaikan dalam Puisi Chairil Anwar yang berjudul "Kepada Peminta-Minta" yang menggambarkan keprihatinan dan kegelisahan sang penyair terhadap keadaan sosial-politik pada masanya.

Baik, baik aku akan menghadap Dia

Menyerahkan diri dan segala dosa

Tapi jangan tentang lagi aku

Nanti darahku jadi beku.

Pada bait ini, penyair mengungkapkan keraguan dan konflik batin terhadap sikap mereka kepada pengemis. Meskipun menyadari pentingnya membantu sesama, mereka juga merasa tidak nyaman dengan cara pengemis meminta belas kasihan. Sikap mereka yang semakin dingin terhadap pengemis mungkin merupakan respons alami atas ketidaknyamanannya, meskipun mereka juga menyadari bahwa sikap tersebut tidak selaras dengan ajaran agama yang mengajarkan untuk berbelas kasihan kepada sesama.

Hal yang membuat mereka tidak nyaman biasanya karena pengemis yang terlalu sering atau agresif (memaksa), hal ini dapat mengurangi rasa empati dan solidaritas dalam masyarakat, karena orang-orang akan menjadi kebal terhadap permintaan bantuan yang berlebihan.

Jangan lagi kau bercerita

Sudah tercacar semua di muka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun