Ini merupakan pengakuan terhadap posisi Rusia, karena sejak awal Moskow lebih menginginkan peace deal permanen daripada sekadar gencatan senjata.
3. Pembatalan Sanksi
Tuntutan Rusia konsisten sejak awal: tidak ada keanggotaan NATO untuk Ukraina, pembatasan militer Ukraina, dan pengakuan atas wilayah yang kini dikuasai Moskow. Putin tidak goyah sedikit pun.
Sebaliknya, ia justru memperoleh keuntungan. Pertama, ancaman sanksi baru dari Trump dibatalkan. Kedua, muncul kemajuan bilateral di luar agenda utama---mulai dari kerja sama luar angkasa hingga teknologi.
4. Perubahan Sikap Trump Pasca-KTT Alaska
Sebelum pertemuan, Trump berusaha menekan Putin agar menghentikan perang. Setelahnya, ia justru mengakui tidak ada kesepakatan. Pernyataannya di Alaska:
"Ada beberapa poin yang kami sepakati, tapi tidak ada kesepakatan penuh. Saya akan menghubungi NATO dan Presiden Zelensky. Pada akhirnya, semuanya tergantung pada mereka."
Keesokan harinya, di media sosial, Trump menulis:
"Presiden Zelensky dari Ukraina dapat mengakhiri perang dengan Rusia segera jika ia mau, atau ia dapat terus berjuang."
Dengan kata lain, Trump memindahkan tanggung jawab ke Ukraina. Dan hal ini sejalan dengan posisi Rusia.
Kesimpulan
Jika menggabungkan empat faktor ini, kesimpulannya jelas: Trump kalah telak di Alaska.