Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Geopolitics Enthusiast

Learn to live, live to learn.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Jika Angka Kelahiran Rendah Sebenarnya Sebuah Berkah?

23 Juli 2025   17:36 Diperbarui: 23 Juli 2025   17:49 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah orang tua bisa membesarkan anak tanpa tekanan ekonomi berat?

  • Apakah bumi masih bisa menopang kehidupan?

  • Jika kita menjawab "tidak" untuk sebagian besar pertanyaan itu, maka menambah populasi bukan solusi. Kita justru harus memperbaiki sistem dulu.

    Jadi, mungkinkah kita melihat angka kelahiran rendah bukan sebagai "krisis", melainkan sebagai momen refleksi kolektif?

    Mungkin ini saatnya membangun sistem ekonomi yang tidak bergantung pada pertumbuhan populasi. Mungkin ini kesempatan memperjuangkan keadilan reproduksi. Mungkin ini momen menyadari bahwa bumi tidak perlu lebih banyak manusia---melainkan manusia yang lebih peduli.

    Alih-alih panik dan mendikte rahim perempuan, mari kita ambil jeda. Dengarkan generasi muda. Bangun sistem sosial yang ramah bagi semua pilihan hidup. Dan pertimbangkan bahwa lebih sedikit bisa berarti lebih baik.

    Angka kelahiran rendah bukan akhir dunia. Justru bisa jadi awal dunia baru: dunia yang tidak dibangun atas tekanan sosial untuk menikah, punya anak, dan mengorbankan diri demi sistem yang tidak adil.

    Dunia di mana pilihan dihormati. Di mana kehidupan diukur bukan dari jumlah bayi lahir, tetapi dari kebahagiaan manusia dan keberlanjutan planet.

    Mungkin, semua kecemasan demografis ini adalah berkah yang tersembunyi.

    Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun