Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Joe Biden Kirim Pesan "Berani" ke China

21 September 2022   13:40 Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:55 1706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto pada 19 Januari 2021 memperlihatkan seorang tentara memegang bendera Taiwan dalam latihan militer untuk menangkal serangan China, di Hsinchu, utara Taiwan. (AP PHOTO/CHIANG YING-YING via koamps.com) 

"Amerika akan membela Taiwan secara militer jika China menyerang Taiwan." Joe Biden.

Biden Menyatakan Dukungan Militer Kepada Taiwan, Tujuannya Apa?

Pernyataan dari presiden AS pada bulan Mei tahun ini menciptakan badai api diplomatik. Kemarin Biden mengeluarkan pernyataan serupa pada sebuah wawancara dengan penyiar AS.

Penyiar: Apakah pasukan AS akan mempertahankan pulau itu (Taiwan)?

Joe Biden: Ya jika  ada serangan, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Penyiar: Jadi tidak seperti Ukraina, biar lebih jelas, pak, pasukan AS, pria dan wanita AS, akan membela Taiwan jika terjadi invasi China.

Joe Biden: Iya.

Jadi memang tidak ada pernyataan ambigu bahwa tentara AS berkomitmen untuk membela Taiwan. Jadi dua kali pernyataan yang sama. Juga pada kedua kesempatan ini, White House cepat-cepat untuk mengklarifikasi pernyataannya. 

Tapi apakah ada orang yang benar-benar percaya kedua pernyataan itu? yang lebih penting, apakah Beijing yakin dengan pernyataan Biden? Lalu apa dampak dari pernyataan Biden ini?

Segera setelah pernyataan Biden keluar, wartawan mendatangi white house. Mereka ingin klarifikasi. Lebih penting lagi, mereka ingin tahu apakah kebijakan AS telah berubah. 

Meski begitu White house tetap berpegang pada naskah lama. Juru bicara White House mengatakan bahwa kebijakan AS tidak berubah. "Presiden telah mengatakan ini sebelumnya. Termasuk di Tokyo awal tahun ini. Dia juga menjelaskan bahwa kebijakan Taiwan AS."

jadi kebijakan apa yang dimaksud White House? Yang dimaksud White house adalah kebijakan ambiguitas strategis. Apa itu?

Selama bertahun-tahun AS telah melakukan hubungan diplomatik dengan Taiwan. AS menghindar untuk memilih antara China atau Taiwan. Ke sisi ke China mereka berjanji untuk mematuhi kebijakan satu China, yaitu kebijakan yang menyatakan Taiwan sebenarnya adalah bagian dari China. 

Kebijakan ini ditandatangani oleh AS pada tahun 1979. Saat itu AS memutuskan semua ikatan formal dengan Taipei demi Beijing. Tapi washington tidak pernah benar-benar sepenuhnya balik belakang dari Taiwan.

Di tahun yang sama AS mengeluarkan undang-undang yang disebut Taiwan Relations Act. Undang-undang tersebut memungkinkan AS untuk menjual senjata ke Taiwan. 

Ada bagian dari undang-undang ini yang mengatakan bahwa AS akan datang untuk membela Taiwan jika terjadi serangan. 

Tetapi klausul ini ditulis agak ambigu.  Karena tidak benar-benar menentukan bagaimana AS akan mempertahankan Taiwan. 

Apakah dukungan terbatas pada senjata atau apakah AS siap mengirim tentaranya untuk mempertahankan pulau itu. Ini yang ingin diketahui semua orang.

Dan Komentar biden mengakhiri ambiguitas itu. Kini Biden siap untuk intervensi militer jika perlu. itulah yang dikatakannya.

China sangat marah. Klarifikasi dari White House diabaikan. Beijing melontarkan protes diplomatik kemarin. "Pernyataan AS secara serius melanggar Kebijakan Satu China (One China Policy) dan ketentuan dari tiga komunike bersama AS.

 Mereka melanggar  komitmen AS untuk tidak mendukung kemerdekaan Taiwan dan mengirim sinyal yang sangat salah kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan. China dengan tegas menyesalkan dan menolaknya dan telah membuat keluhan serius dengan pihak AS.

Kedengarannya seperti ancaman. Militer China juga mengancam Taiwan dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur. Kemarin sembilan pesawat dan lima kapal China terlihat di sangat dekat  ke Taiwan. Apa yang mereka lakukan di sana? Tidak banyak. Hanya membuat kehadiran mereka terasa di sana.

Para ahli militer biasa menyebut langkah militer Taiwan ini dengan sebutan Greyzone Tactics (taktik zona abu-abu). Militer China telah menyempurnakan pendekatan ini.

Apa itu Greyzone Tactics? Pada dasarnya merupakan gerakan militer yang memaksa dan memprovokasi pergerakan militer tapi tidak terlibat langsung dengan perang. Taktik ini cukup baik untuk membuat seseorang atau satu kubu tetap waspada.

Militer China memulai kunjungan provokatif ini bulan lalu setelah kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan. Nancy Pelocy adalah juru bicara Dewan Perwakilan AS. 

Kunjungan Pelosi menjadi kunjungan Pejabat dengan peringkat tertinggi yang mengunjungi Taiwan dalam kurun waktu lebih dari dua dekade.

Beijing mutlak melihat kunjungan Pelosi sebagai provokasi. Sinyal bahwa  AS siap mendukung Taiwan dengan militer. 

China tidak mengesampingkan operasi militer untuk merebut Taiwan secara paksa. Latihan yang sering dilakukan di sekitar Taiwan berfungsi sebagai pengingat kepada Taiwan seberapa cepat pasukan China dapat memobilisasi dan mencapai Taipei.

Sekarang situasi meburuk. China bikin langkah sembrono. Beijing menggunakan setiap opsi yang tersedia untuk menyerang balik AS. Minggu lalu beijing mengumumkan babak baru sanksi. 

China secara khusus menargetkan sektor pertahanan AS. "Penjualan senjata AS ke Taiwan secara serius melanggar prinsip satu China dan tiga komunike bersama Sino-US, terutama komunike 17 agustus. 

Itu sangat merusak ketenangan dan kepentingan keamanan China, hubungan sino-us, dan perdamaian dan stabilitas selat Taiwan. 

China dengan tegas menentang dan sangat mengutuknya. Dalam upaya menjaga ketenangan dan kepentingan keamanan China.

Pemerintah China telah memutuskan untuk memberikan sanksi kepada mereka  yang terlibat dalam penjualan senjata, (antara lain) ketua dan CEO Raytheon Technologies Gregory Hayes, dan Presiden dan CEO Boeing Defense Ted Colbert." terang juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada Siaran Pers Kementerian Luar Negeri (Jumat, 16/9).

China Daily, surat kabar China terkemuka yang dimiliki partai komunis menerbitkan artikel baru tentang situasi Taiwan. Surat kabar tersebut menuduh politisi di AS memainkan "risky game" dengan Taiwan. 

Ada peringatan juga di artikel tersebut mengatakan "Jika Washington melangkah terlalu jauh, mungkin terjadi perang antara AS dan  China." Terdengar agak ngeri kan? Memang ngeri kalau sampai terjadi.

Bulan depan Partai Komunis akan mengadakan kongres ke-20 di Beijing. Selama acara itu Xi Jinping diharapkan untuk mengamankan masa jabatan bersejarahnya yang ketiga. Perpanjangan masa jabatan itu akan membuatnya setara dengan bapak China modern Mao Zedong.

Coba pikirkan ini, sebelum momen bersejarah ini, apakah Xi ingin tampil lemah dalam masalah Taiwan? Tentu saja tidak, tetapi ancaman Xi Jinping sekarang menempatkan China di jalan menuju eskalasi berbahaya, di mana bahkan satu kesalahan saja terbukti bisa sangat fatal.

Rujukan: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun