Mohon tunggu...
Chinintya Widia Astari
Chinintya Widia Astari Mohon Tunggu... Penulis - Pecandu Insight

Seorang pembaca dan penulis ulung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cara Agar Menjadi Pendengar yang Baik

23 November 2019   07:21 Diperbarui: 23 November 2019   14:43 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: landmarkinsights.com

Masyarakat semakin aware dengan isu kesehatan mental. Di Twitter thread mengenai kesehatan mental semakin banyak diperbincangkan. Himbauan mencari bantuan profesional, pentingnya mengikuti konseling, cara menghadapi orang yang memiliki gangguan, dan sebagainya. 

Dari berbagai macam topik seputar kesehatan mental, salah satu isu menarik yang ingin saya bahas adalah mengenai menjadi pendengar yang baik. Beberapa curhatan di media sosial yang saya baca membeberkan betapa pentingnya menjadi pendengar yang baik bagi orang-orang yang sedang membutuhkan telinga. 

Bagaimana caranya menjadi pendengar sekaligus pemberi saran yang baik? Saya akan membagikan cara yang selama ini saya anggap benar dan saya terapkan ketika teman-teman terdekat berkeluh kesah.

Sebelum mendengarkan cerita orang lain, hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa diri kita siap untuk mendengarkan. Menjadi pendengar tidaklah mudah, dibutuhkan energi serta fokus yang lebih. 

Jika kondisi pendengar sedang tidak mood atau sedang kelelahan, proses mendengar bisa jadi tidak sempurna, kondisi yang tidak fit juga bisa memengaruhi cara pendengar merespon sebuah cerita. 

Setelah siap menjadi pendengar, hal lain yang harus diperhatikan adalah kebutuhan pencerita. Apakah ia hanya ingin didengarkan atau mencari sebuah solusi? Orang-orang yang datang hanya untuk bercerita sering kali merasa terganggu dengan saran yang diberikan oleh pendengar dan saran tersebut akan dengan mudahnya ditolak dengan atau tanpa disadari. 


Apa yang bisa dilakukan ketika mendengarkan keluh kesah pencerita? 

Hal paling utama yang harus dilakukan adalah mendengarkan. Jangan berfokus pada reaksi apa yang ingin dimunculkan, saran apa yang ingin diajukan, atau memikirkan tanggapan terbaik apa yang bisa diberikan setelah orang tersebut selesai bercerita. 

Fokus pendengar adalah mendengarkan. Active listening dibutuhkan agar pendengar memahami konteks permasalahan yang sedang dijabarkan. Sebelum menanggapi atau memberikan saran, alangkah lebih baiknya pendengar memastikan bahwa konteks permasalahan yang disampaikan pencerita sudah sesuai dengan yang dipahami pendengar. 

"Oh.. jadi karena pacar lo update kayak gitu, lo jadi mikir dia selama ini selingkuh ya?" atau "gue nangkepnya lo mikir dia selingkuh ya?" kalimat seperti ini memberikan kesan bahwa pendengar benar-benar memahami cerita yang telah disampaikan. 

Selain itu, jika pendengar salah dalam mentafsirkan cerita, pencerita dapat menjelaskan kembali inti dari keluh kesahnya, sehingga tidak ada kesalahpahaman.

Bagaimana cara menanggapi cerita?

Ketika pencerita sudah selesai mengutarakan seluruh isi hatinya, kadang kita merasa bingung, kira-kira tanggapan apa yang sebaiknya kita berikan. Pada saat menanggapi sebuah cerita ada dua hal yang biasanya saya terapkan. 

Pertama, berfokus pada perasaan pencerita. Dalam beberapa situasi saran bukanlah pilihan yang tepat, namun kalimat sederhana yang membangun atau kalimat yang menunjukan bahwa kita memahami kondisi pencerita dapat membuatnya merasa lebih tenang.

Kalimat singkat seperti "lo keliatan sedih banget ya" atau "its ok!" diiringi dengan physical contact sederhana seperti memegang pundak/tangan ataupun memberikan pelukan. 

Hal ini dapat dilakukan salah satunya ketika pencerita membutuhkan saran namun emosi yang ditimbulkan membuatnya belum siap menerima saran dalam bentuk apapun. Kedua, berfokus pada isi cerita. Kita bisa memberikan sudut pandang ataupun saran jika memang diminta atau diperlukan. 

Meminta saran atau hanya ingin didengarkan?

Terkadang kita merasa bingung apakah dia ingin mendapatkan sebuah solusi atau hanya berkeluh kesah. Dalam beberapa situasi pencerita dengan gamblang meminta saran "aduh gue harus gimana ya..."/ "menurut lo gue harus gimana?"/ "lo ada saran?", namun dibeberapa kondisi pencerita tidak memberikan sinyal apapun. 

Dengan ilmu cenayang mungkin kita bisa menduga-duga apakah dia membutuhkan saran, tetapi tidak jarang saya langsung melontarkan pertanyaan "lo butuh saran/pendapat?". Biasanya saya meluncurkan pertanyaan ini pada orang-orang yang jarang bercerita kepada saya, saya merasa belum memahami ekspektasi atau tujuan pencerita.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari!

Dalam mendengarkan, hindari pernyataan atau pertanyaan yang bersifat menghakimi. "Ah! gitu doang!" / "Gak usah lebay! lo aja yang baper". Kalimat seperti ini membuat pencerita merasa tidak nyaman dan merasa tidak dipahami. 

Fokus pada cerita dia! Dia yang sedang berkeluh kesah, bukan kamu, jadi jangan sampai arah pembicaraan jadi berbelok menjadi kisah hidupmu.

Selain itu, salah satu hal paling penting yang harus diingat adalah setiap orang memiliki kisah hidupnya masing-masing, apa yang menurutmu bukan masalah, belum tentu juga berlaku bagi orang lain, begitupun sebaliknya. 

Tidak ada masalah yang sepele, jadi jangan sepelekan sebuah keresahan. Mungkin bagi sebagian orang kehilangan pulpen itu biasa saja, tapi bagi dia kehilangan pulpen kesayangan yang susah payah ia dapatkan adalah kejadian paling menyedihkan baginya hari itu. 

Hal yang cukup sulit tetapi bisa ditumbuhkan adalah memiliki rasa empati. Ketika kita bisa merasakan apa yang pencerita rasakan, kita bisa benar-benar memahami keluh kesahnya, kita bisa menempatkan diri di kaki pencerita, bahkan ikut merasa sedih ketika dia memunculkan emosi sedih, maka rasa empati sudah kamu miliki. Tetapi hati-hati karena kadang kala rasa empati bisa membuat kita tidak logis/realistis dalam menanggapi sebuah cerita. 

Tidak terlalu diperhatikan, tetapi dibutuhkan. Selama dia sedang menceritakan kisahnya, berikanlah eye contact, jangan sibuk melakukan hal lain. Eye contact dapat memunculkan kesan bahwa kita benar-benar memberikan atensi sepenuhnya. 

Selain itu, memberikan respon minimal juga dapat memberikan kesan bahwa kita mengikuti setiap alur cerita. "Hmm..." /"ya ya"/ "iya gue paham" ataupun memberikan anggukan. 

Memang rasanya menyebalkan ketika kita sudah mendengarkan dia bercerita panjang lebar dan memberikan sederet sudut pandang ataupun saran, tetapi pencerita tidak menerapkan saran yang kita berikan. 

Namun hal yang harus diingat adalah bahwa kadang kala seseorang membutuhkan proses yang tidak singkat dalam memahami dirinya sendiri ataupun memahami permasalahan yang ia miliki. Bisa jadi ada kehadiran denial ataupun defensif yang mempersulit proses dia dalam menemukan solusi atas permasalahannya. 

Salah satu cara yang bisa dilakukan sebagai pendengar adalah menanti dengan sabar dan berusaha untuk menghancurkan defensif yang ia munculkan. 

Gimana kalo terjadi berulang kali? Nah, saya belum pernah dihadapkan dengan kondisi seperti ini, tetapi beberapa teman saya mengalaminya dan beberapa diantara mereka menerapkan sistem slot. 

Pada saat orang tersebut menceritakan hal yang sama untuk kedua kalinya dan belum melakukan sesuatu sebagai sebuah langkah dalam menyelesaikan masalahnya, ia akan memberikan peringatan pertama. 

Bisa dilakukan dengan mengingatkan kembali diskusi atau saran sebelumnya yang sudah pernah dibahas dan menanyakan alasan mengapa orang tersebut belum menerapkan saran yang menurutnya juga jalan terbaik.

Jika hal yang sama kembali terulang untuk ketiga kalinya, teman saya beranggapan bahwa tidak masalah jika kita memutuskan untuk tidak lagi mendengarkan keresahan yang sama. 

Sebagai penutup, beberapa keresahan yang kita dengarkan mungkin terdengar sangat genting dan harus ditangani oleh profesional. Jika memang kisah yang diceritakan sudah bukan lagi sesuai dengan porsi yang kita miliki, maka cara terbaik yang bisa dianjurkan adalah meminta pencerita untuk datang ke profesional yaitu psikolog ataupun psikiater.

Selamat! Karena setelah membaca tulisan ini seharusnya Anda sudah lebih siap menjadi pendengar yang baik. Terima kasih karena sudah menjadi pendengar bagi mereka yang membutuhkan telinga dan pundak untuk bersandar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun